
Seorang rekan di WAG memberi
informasi mengenai
Novel Yorick yang awalnya kurang menarik di hati karena
warna cover-nya yang cenderung “suram”. Maklumlah, walaupun saya termasuk gemar
membaca buku, namun daya tarik sampul buku merupakan salah satu yang membuat
saya lebih berhasrat membaca buku tersebut. Apalagi begitu mengetahui bahwa
novel ini berdasarkan kisah nyata. Pasti suram dan sedih! Ampuuuun...kondisi
saya sejak awal tahun 2018 “sebatang kara”, Ibu kandung meninggalkan dunia ini
di bulan Januari 2018 , assisten rumah tangga yang paling setia kepada Ibu
meninggal dunia di bulan September 2018, petugas keamanan rumah yang selama ini
juga menjaga perumahan sejak masa Ayah saya masih ada juga meninggal dunia
bulan Desember 2018, terakhir keponakan pertama (Usianya nyaris sebaya dengan
saya)
yang merupakan teman bermain sejak
kecil meninggal dunia di bulan Maret 2019. Selama 2 tahun terakhir beruntun
saya ditinggal oleh orang-orang dekat dalam kehidupan. Waah, bisa nangis bombay
saya membaca novel ini!
Tetapi setelah melihat dan
membaca sampul belakang buku ini, Saya tertarik untuk membacanya karena ada
warna negeri Rusia. Rusia, negeri yang terdapat dalam rencana wisata saya di
tahun 2019 – 2020 bersama kakak kandung yang ditinggal suaminya pada bulan
September 2018. Meninggal dunia juga... Jadi saya berharap mendapatkan
referensi dari novel Yorick mengenai situasi dan kondisi Rusia secara mendalam.
Akhirnya di awal Mei 2019 saya membeli buku ini di Gramedia Matraman Jakarta
Timur, toko buku favorit terdekat dengan tempat tinggal.
“Aku bangga, walaupun aku tidak
punya apa-apa, tidak punya keluarga seperti yang lain, tidak diajari dan
dimentori, tapi aku punya Nenek yang tidak dimiliki orang lain. Nenek, adalah
“maha guru” dengan seribu pelajaran”
Beberapa bagian dari kisah
berselang seling antara kisah saat Yorick dewasa dan Yorick masih bersekolah
dan mengaji di Desa Panjalu Ciamis propinsi Jawa Barat. Namun setelah itu alur
kisah kembali tentang Yorick bocah Panjalu yang secara bertahap berkelana
hingga ke ibukota Jawa Barat, Bandung. Walaupun membaca secara runut dan seolah
mengetahui akhir dari kisah Yorick dewasa namun saya tetap tidak dapat menduga
jalan cerita kehidupan Yorick sebelum saya membaca lembar demi lembar novel
ini. Saya merasa dituntun untuk mengarungi kisah Yorick secara bertahap, dari
ia masih belajar dan membantu Nenek Encum hingga akhirnya menjadi konglomerat
sukses (Aih Yorick nanganin program cryptocurency juga seperti saya yang sedang
senang mengamati dunia cryptocurency...hehehe). Saya menemukan hal lain dari
kisah Yorick, yakni kisah yang antimainstream dalam “prinsip” orang Indonesia
pada umumnya, dimana orang Indonesia pada umumnya selalu mengobarkan “Harta Yang
Paling Berharga Adalah Keluarga”. Tidak bagi Yorick, saya membaca bagi Yorick harta yang paling berharga dalam kehidupannya adalah sebagai “Hamba
Allah” yang walaupun bagi umumnya masyarakat Indonesia melihat kasat mata bahwa
Yorick dan Nenek Encum adalah orang-orang yang lemah, tetapi justru mereka
berdua memiliki kekuatan yang sangat kuat! Kekuatan sebagai Hamba Allah yang
mencintai Allah dan selalu memenuhi panggilan-NYA bila telah memasuki waktu
shalat. Ini hakekat kebahagiaan seseorang. Bahagia tanpa syarat, bahagia yang
bukan sekedar menjadi suami/istri, ayah/ibu,anak, tetapi murni sebagai Hamba
Allah. (Lah daku kok jadi pengen ceramah kayak Ustadzah sih, mentang-mentang
bulan Ramadhan :p)

“Menggantungkan hidup pada orang
lain hal yang ia hindari. Prinsipnya adalah bekerja mengimbangi, memberi dan
memberi. Maka semua akan kembali dengan takaran yang sama, bahkan lebih, bila
niat baik menjadi modal utama dalam melakukan setiap pekerjaan.”
(halaman 196)
Pesan moral dari kisah Yorick
sangat kuat dengan bahasa tutur tanpa terkesan menggurui sedikitpun dari
penulisnya, Kirana Kejora yang memang memiliki kekuatan dari ketrampilan menulis
kisah-kisah inspiratif. Pada awalnya saya sempat sedikit berpendapat bahwa
karakter pada tokoh di novel ini tidak terlalu kuat. Hanya tokoh Yorick dan
Nenek Encum memiliki penggambaran karakter yang kuat. Namun saya mengerti bahwa
jika sebab musabab kisah perpisahan kedua orang tua kandung Yorick dan 2 wanita yang
pernah menjadi kekasih Yorick di ceritakan secara mendalam, hal ini justru akan
mengaburkan kisah Yorick sebagai dirinya sendiri. Apalagi sepertinya novel ini
bukan bertema romance ala sepasang kekasih umumnya. Bahkan saya seakan membaca
bahwa novel ini merupakan novel bergenre “Motivasi
Bisnis” yang sangat inspiratif.
Langkah demi langkah perjuangan Yorick dalam membangun bisnisnya sangat kuat
tertulis sehingga dapat menjadikannya pembelajaran bagi kita yang ingin berbisnis. Kuncinya adalah keyakinan dan tetap menjadi Hamba Allah
yang tidak “terganggu” oleh tanggung jawab sebagai anggota keluarga. Tetapi
jelas ada pesan moral kuat dari kisah Yorick dalam hubungan berkeluarga, yaitu
sangat menghargai dan menjunjung tinggi orang yang merawat serta mendidiknya
sejak ia masih kecil, yakni Sang Nenek.