Showing posts with label Novel. Show all posts
Showing posts with label Novel. Show all posts

Friday, 10 May 2019

Novel Yorick, Novel Genre Motivasi Bisnis Berdasarkan Kisah Nyata


Seorang rekan di WAG memberi informasi mengenai Novel Yorick yang awalnya kurang menarik di hati karena warna cover-nya yang cenderung “suram”. Maklumlah, walaupun saya termasuk gemar membaca buku, namun daya tarik sampul buku merupakan salah satu yang membuat saya lebih berhasrat membaca buku tersebut. Apalagi begitu mengetahui bahwa novel ini berdasarkan kisah nyata. Pasti suram dan sedih! Ampuuuun...kondisi saya sejak awal tahun 2018 “sebatang kara”, Ibu kandung meninggalkan dunia ini di bulan Januari 2018 , assisten rumah tangga yang paling setia kepada Ibu meninggal dunia di bulan September 2018, petugas keamanan rumah  yang selama ini juga menjaga perumahan sejak masa Ayah saya masih ada juga meninggal dunia bulan Desember 2018, terakhir keponakan pertama (Usianya nyaris sebaya dengan saya)  yang merupakan teman bermain sejak kecil meninggal dunia di bulan Maret 2019. Selama 2 tahun terakhir beruntun saya ditinggal oleh orang-orang dekat dalam kehidupan. Waah, bisa nangis bombay saya membaca novel ini!
Tetapi setelah melihat dan membaca sampul belakang buku ini, Saya tertarik untuk membacanya karena ada warna negeri Rusia. Rusia, negeri yang terdapat dalam rencana wisata saya di tahun 2019 – 2020 bersama kakak kandung yang ditinggal suaminya pada bulan September 2018. Meninggal dunia juga... Jadi saya berharap mendapatkan referensi dari novel Yorick mengenai situasi dan kondisi Rusia secara mendalam. Akhirnya di awal Mei 2019 saya membeli buku ini di Gramedia Matraman Jakarta Timur, toko buku favorit terdekat dengan tempat tinggal.

“Aku bangga, walaupun aku tidak punya apa-apa, tidak punya keluarga seperti yang lain, tidak diajari dan dimentori, tapi aku punya Nenek yang tidak dimiliki orang lain. Nenek, adalah “maha guru” dengan seribu pelajaran”

Beberapa bagian dari kisah berselang seling antara kisah saat Yorick dewasa dan Yorick masih bersekolah dan mengaji di Desa Panjalu Ciamis propinsi Jawa Barat. Namun setelah itu alur kisah kembali tentang Yorick bocah Panjalu yang secara bertahap berkelana hingga ke ibukota Jawa Barat, Bandung. Walaupun membaca secara runut dan seolah mengetahui akhir dari kisah Yorick dewasa namun saya tetap tidak dapat menduga jalan cerita kehidupan Yorick sebelum saya membaca lembar demi lembar novel ini. Saya merasa dituntun untuk mengarungi kisah Yorick secara bertahap, dari ia masih belajar dan membantu Nenek Encum hingga akhirnya menjadi konglomerat sukses (Aih Yorick nanganin program cryptocurency juga seperti saya yang sedang senang mengamati dunia cryptocurency...hehehe). Saya menemukan hal lain dari kisah Yorick, yakni kisah yang antimainstream dalam “prinsip” orang Indonesia pada umumnya, dimana orang Indonesia pada umumnya selalu mengobarkan “Harta Yang Paling Berharga Adalah Keluarga”. Tidak bagi Yorick,   saya membaca bagi Yorick  harta yang paling berharga dalam kehidupannya adalah sebagai “Hamba Allah” yang walaupun bagi umumnya masyarakat Indonesia melihat kasat mata bahwa Yorick dan Nenek Encum adalah orang-orang yang lemah, tetapi justru mereka berdua memiliki kekuatan yang sangat kuat! Kekuatan sebagai Hamba Allah yang mencintai Allah dan selalu memenuhi panggilan-NYA bila telah memasuki waktu shalat. Ini hakekat kebahagiaan seseorang. Bahagia tanpa syarat, bahagia yang bukan sekedar menjadi suami/istri, ayah/ibu,anak, tetapi murni sebagai Hamba Allah. (Lah daku kok jadi pengen ceramah kayak Ustadzah sih, mentang-mentang bulan Ramadhan :p)


“Menggantungkan hidup pada orang lain hal yang ia hindari. Prinsipnya adalah bekerja mengimbangi, memberi dan memberi. Maka semua akan kembali dengan takaran yang sama, bahkan lebih, bila niat baik menjadi modal utama dalam melakukan setiap pekerjaan.”
 (halaman 196)

Pesan moral dari kisah Yorick sangat kuat dengan bahasa tutur tanpa terkesan menggurui sedikitpun dari penulisnya, Kirana Kejora yang memang memiliki kekuatan dari ketrampilan menulis kisah-kisah inspiratif. Pada awalnya saya sempat sedikit berpendapat bahwa karakter pada tokoh di novel ini tidak terlalu kuat. Hanya tokoh Yorick dan Nenek Encum memiliki penggambaran karakter yang kuat. Namun saya mengerti bahwa jika sebab musabab kisah perpisahan kedua orang tua kandung Yorick dan 2 wanita yang pernah menjadi kekasih Yorick di ceritakan secara mendalam, hal ini justru akan mengaburkan kisah Yorick sebagai dirinya sendiri. Apalagi sepertinya novel ini bukan bertema romance ala sepasang kekasih umumnya. Bahkan saya seakan membaca bahwa novel ini merupakan novel bergenre “Motivasi Bisnis  yang sangat inspiratif. Langkah demi langkah perjuangan Yorick dalam membangun bisnisnya sangat kuat tertulis sehingga dapat menjadikannya pembelajaran bagi kita yang ingin berbisnis. Kuncinya adalah keyakinan dan tetap menjadi Hamba Allah yang tidak “terganggu” oleh tanggung jawab sebagai anggota keluarga. Tetapi jelas ada pesan moral kuat dari kisah Yorick dalam hubungan berkeluarga, yaitu sangat menghargai dan menjunjung tinggi orang yang merawat serta mendidiknya sejak ia masih kecil, yakni Sang Nenek.

Friday, 31 October 2014

Resensi Novel : Rindu by Tere Liye : Pada Sebuah Kapal

Setiap perjalanan selalu disertai oleh pertanyaan-pertanyaan.
Di zaman itu, naik haji adalah perjalanan berbulan-bulan. Penuh perjuangan, penuh air mata keharuan, pun air mata keinsyafan. Mengorbankan waktu, harta, bahkan dalam banyak kasus, juga nyawa. Jamaah yang menyadari benar apa pertanyaannya, atau hanya tersirat dalam doa-doa. (Halaman 222)


Judul Buku : Rindu
Penulis : Tere Liye
Editor : Andriyati
Penerbit : Penerbit Republika
Halaman : ii + 544 halaman
Cetakan Pertama : Oktober 2014

TENTANG PERJALANAN KITA, ANNA
“Berlatar” sebuah perjalanan suci, mengarungi samudera, melintasi benua hingga tiba pada tujuan yang sesungguhnya adalah klimaks perjalanan umat Nabi Muhammad hidup di dunia. Perjalanan terindah ke rumah MahaPemilik dunia, sungguh tiada yang dapat menandingi kebahagiaan serta keberkahan perjalanan yang merupakan aplikasi rukun Islam ke-5. Bersyukur saya telah menempuh perjalanan itu lebih dari 9 tahun yang lalu, menjadi jamaah haji termuda di rombongan kami. Nama panggilan saya : ANNA. Ya, sama dengan tokoh termuda di novel ini yang juga menjadi jamaah termuda di kapal BLITAR HOLLAND. Tetapi sarana transportasi kami berdua ke tanah suci berbeda, saya dengan pesawat terbang dari Soekarno-Hatta Cengkareng bersama rombongan yang baru beberapa hari kenalan dan kami dalam perjalanan hanya duduk, shalat, membaca dan makan di seat pesawat terbang. Sedangkan Anna dalam novel ini melakukan perjalanan ke tanah suci dengan kapal laut dari pelabuhan Makassar Sulawesi bersama ayahnya (DAENG ANDIPATI), Ibu kandungnya, Kakak Kandungnya (ELSA) dan Bik Ijah. Dalam perjalanan suci ini Anna memiliki aktifitas yang banyak di atas kapal, seperti mengaji, sekolah, makan di kantin, silaturahim dengan penghuni kabin lainnya. Mereka memerlukan waktu berbulan-bulan untuk tiba di Jeddah Saudi Arabia. Sedangkan saya hanya memerlukan waktu tidak sampai 1 hari 1 malam dalam perjalanan. Ah, nikmat mana yang dapat kamu dustakan, Anna?

Namun, sungguh, novel ini bukanlah cerita tentang apa dan bagaimana melaksanakan ibadah haji. Justru cerita adalah dari masa lalu ke tokoh-tokoh yang di dalamnya. 

KARAKTER TOKOH
  • Ahmad Karaeng : Seorang Ulama ternama di kala itu. Penduduk Makassar hingga Pare Pare memanggilnya Gurutta. Masih kokoh dan kuat di usia-nya yang 75 tahun, bahkan pihak penjajah masih gentar kepadanya. Beliau masih terbilang keturunan Raja Gowa pertama yang memeluk Islam, Sultan Alauddin. Pernah belajar Di Aceh, Yaman dan Dasmaskus. Menetap di Eropa dua tahun lamanya. Usia 45 tahun barulah kembali ke Makassar menjadi imam Masjid Katangka.
  • Daeng Andipati : Pria Bugis yang sukses sebagai saudagar, muda, kaya raya, pintar dan baik hati. Bersekolah di Rotterdam School of Commerce. Ayah dari Anna dan Elsa
  • Ambo Uleng : Pemuda asal Pare Pare pendiam, yang melamar pekerjaan di Blitar Holland dengan alasan pergi sejauh-jauhnya. Pria Bugis yang benar-benar berjiwa Pelaut Sejati.
  • Bundo Upe & Suami : Wanita China berusia 40 tahun yang menjadi guru mengaji dalam perjalanan. Belajar mengaji/agama saat usia 35 tahun. Suaminya begitu sabar memperhatikannya.
  • Mbah Kakung & Mbah Putri : Pasangan sejati yang keromantisannya selalu membuat iri penumpang lainnya. Berusia 80 tahun, Mbah Kakung merupakan "musuh" Anna selama di perjalanan dikarenakan pendengaran Mbah Kakung terkikis oleh usia-nya.
  • Anna dan Elsa : Kakak beradik yang mendominasi adegan dalam novel. Mereka berperan mencairkan suasana yang ada di tengah permasalah dan kisah kelam tokoh lainnya, walaupun mereka tidak menyadari akan hal itu. Tetapi kebayang “garing” deh andai kedua tokoh ini ditiadakan. Berasa baca kisah nyata kepediah ala majalah wanita dewasa barangkali :D
  • Tokoh pelengkap lainnya : Kapten Phillips, Sersan Lukas, Chef Lars, Ruben si Boatswain, Guru Soerjadiningrat dan Mangkoesoebroto.
           
PADA SEBUAH KAPAL
Bermula di suatu pagi di penghujung tahun 1938. Tepatnya tanggal 1 Desember 1938, berteatan dengan 9 Syawal 1357 H sebuah kapal uap besar dengan cat hitam pekat merapat di Pelabuhan Makassar. Kapal uap yang memiliki panjang 136 meter, dengan lebar 16 meter.Itulah salah satu kapal uap kargo terbesar di zaman itu, berkeliling dunia, dibuat di Eropa tahun 1923. Dimiliki oleh salah satu perusahaan logistik dan transportasi besar asal Belanda, Koninklijke Rotterdam.
(Saat membaca bagian mengenai kapal ini visualisasi saya terlempar tanggal 18 Maret 2014, saat itu saya berada di perairan Makassar – dari Pelabuhan Makassar menuju Pulau Lae Lae dan Samalona berpapasan dengan kapal besar seperti tertulis di novel ini. Di perahu saya bersama beberapa pria Bugis. Ternyata pengalaman ini membantu saya lebih meresapi cerita).

Pada perjalanan haji tahun 1938 M BLITAR HOLLAND melakukan perjalanan berawal dari :

  • Ternate (Naiklah penumpang calon jemaah haji, diantaranya dari Kesultanan Ternate)
  • Makassar (Diantara penumpang adalah : Daeng Andipati dan keluarga, Ahmad Karaeng Katangka – dikenal dengan Gurutta, Ambo Uleng, Bonda Upe dan suami )
  • Surabaya (Sepertinya 2 guru : Soerjadiningrat dan Mangoenkoesoemo naik dari pelabuhan kota Pahlawan)
  • Semarang (Diantara penumpang adalah : Sepasang lansia romantis yang dipanggil Eyang Kakung dan Eyang Putri oleh penumpang lainnya bersama anak sulung mereka yang berusia 50 tahun)
  •  Batavia
  • Lampung (Ssssttt keluarga Bakrie ada yang naik kapal ini loh.Apakah ini kerabat Bapak Aburizal Bakrie yang Ketua Golkar itu-kah?)
  • Bengkulu
  • Padang – Sumatera Barat
  • Aceh – Serambi Mekkah
  • Colombo – Srilanka (Ini diluar Hindia Belanda)
  • Jeddah (Tujuan akhir dari penumpang calon Jemaah haji, kemudian kapal melanjutkan perjalanannya ke Rotterdam hingga beberapa bulan kemudian - tahun 1939 kapal Blitar Holland kembali menjemput para jamaah yang sudah menundaikan ibadah haji, kembali ke tanah air)

Awalnya saya menduga konflik cerita novel bermula dari kisah Anna yang terlepas dari ayahnya ketika kapal berlabuh di Surabaya. Mereka berbelanja baju di Pasar Turi dan mengalami masalah karena kobaran semangat kepahlawanan arek Suroboyo. Ternyata ini hanya sekedar "intro" dalam kisah sesungguhnya.
Sesungguhnya 5 kisah dalam perjalanan panjang menuju Tanah Suci terdapat pada “Rindu”, yakni :
1.      Kisah tentang masa lalu yang memilukan
2.      Kebencian kepada seseorang yang seharusnya disayangi
3.      Kehilangan kekasih hati
4.      Cinta sejati
5.      Kemunafikan

  • Jika saya menceritakan semua kisah di novel Rindu maka akan suliit menghindari dari "spoiler". Oleh karena-nya saya hanya mengurai isi novel, serta pelajaran-pelajaran yang terdapat di dalamnya. Dari semua kisah bersumber dari bathin masa lalu para tokoh yang mengalaminya, yang menjadi mediator dalam penyelesaian masalah adalah : Gurutta yang sebenarnya juga terjebak dalam "kemunafikan".
  • Pada seperempat buku saya sebagai pembaca mengalami kebosanan dikarenakan penulis nampak seolah mengulur-ulur waktu dalam penulisan. Rutinitas kegiatan Anna dan Elsa terlalu mendominasi cerita hampir di setengah novel. Tetapi saya tidak ingin langsung menutup buku dan menunda membacanya. Saya justru penasaran, bertanya dalam hati, sebenarnya apa sih yang diceritakan oleh Penulis. So lanjutlah saya membaca novel bersampul putih ini. 
  • Di Batavia , di sebuah warung soto baru-lah kisah sesungguhnya muncul. Terkuak-lah masalalu Bundo Upe yang memilukan. Bundo Upe yang masih merasakan kepedihan bertahun-tahun, disaat kini banyak murid-murid-nya mengagumi kecantikan dan kepandaiannya mengaji. Kisah pilu-nya terjadi di Batavia.

"Kita tidak bisa melakukan itu,Upe. Tidak bisa. Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi.Berdiri gagah.Mulailah dengan damai menerima masa lalumu.Buat apa dilawan? Dilupakan? Itu sudah menjadi bagian hidup kita. Peluk semua kisah itu. Berikan dia tempat terbaik dalam hidupmu. Dengan kau menerimanya, perlahan dia akan memudar sendiri. Disiram oleh waktu, dipoles oleh kenangan baru yang lebi bahagia." (halaman 312)


  • Banyak hal yang dapat menjadikan pelajaran bagi kehidupan pembaca dari novel Rindu. Diantaranya ya dari dialog/nasehat Gurutta kepada mereka yang memiliki kisah-kisah tersebut. Ini-lah salah satu kelebihan novel selain pada awal cerita kita tidak dapat menebak cerita berikutnya sehingga "memaksa" kita untuk terus melanjutkan membacanya.
  • Banyak unsur rasa terdapat dalam novel Rindu,seperti : kesedihan, kegembiraan, sakit, kematian, kelahiran, pemakaman,heroik,horor, misteri hampir semua terwakili. Hampir semua-nya  bersetting di 1 lokasi, yakni : Blitar Holland. Yang diluar Blitar Holland adalah kejadian awal terkuaknya misteri masa lalu Bundo Upe dan kejadian heroik Ambo Uleng terhadap Anna di Pasar Turi Surabaya .
  • Tanpa testimonial, tanpa gambar/lukisan dan tanpa mini resensi pada cover membuat kita calon pembaca tidak memperoleh clue jalan cerita novel. Good job!! Saya justru "sedih" saat membaca resensi dari pembaca  di internet yang dapat membuat calon pembaca seperti saya urung melanjutkan novel dikarenakan resensi mereka mengupas tuntas cerita. 
  • Walaupun tidak banyak penulis mencantumkan beberapa kalimat berbahasa Belanda. Namun beberapa kata dalam bahasa Belanda ada yang tidak umum saya temukan selama saya belajar bahasa Belanda saat di Leiden dan Delft, diantaranya : "Makassarsche Courant" (hal.4). Sepengetahuan saya kata "koran" dalam bahasa Belanda adalah "de krant". Eh, saya coba googling ternyata ada koran masa lalu yang bernama "Makassarche Courant" ya? :)
  • Novel ini menambah wawasan dan pengetahuan sejarah, misalnya : sejarah trem di Surabaya (hal.123), cara pemakaman di lautan (hal.432)
  • Tidak banyak editan yang salah dalam novel ini, hanya sekedar di hal.402 kata "adalah" ditulis dua kali, hal 518 kata "Iia" seharusnya Dia. Yang sedikit "fatal" kesalahan tahun di hal.322 tertulis 12 Desember 2013.
  • Pada "Epilog" tertulis "...menjemput penumpang perjalanan pulang menuju Banda Aceh hingga Makassar." Lantas jamaah haji yang dari Ternate bagaimana tuh? Nggak dipulangin Disuruh berenang dari Makassar ya? hehehe,,,

Saturday, 13 September 2014

Resensi Novel : Pondok Baca Kembali Ke Semarang



Beberapa tahun saya tidak membaca karya “Eyang Putri” Nh. Dini, Penulis/Pengarang senior wanita terkemuka di Indonesia. “Terpaksa” saya mengimbuhi kata “Eyang Putri” pada beliau dikarenakan usia-nya memang yang sudah memasuki masa sepuh, namun dalam buku ini disebutkan cucu beliau hanya memanggilnya dengan nama “Dini”, demikian pula dengan menantu-nya yang memanggil hanya dengan nama, tanpa embel-embel Grandma, Memee atau Nenek (halaman 153 alinea pertama). Suatu hal yang lazim di beberapa negara, sama hal-nya dengan saya ketika homestay di rumah sepasang kakek dan nenek berusia 70-an di New Zealand, saya memanggil mereka dengan menyebut nama – tanpa ada embel-embel lainnya. Demikian pula dengan Eyang Dini (maaf ya, Bu, karena saya sedang di Indonesia maka saya menyebut dengan Eyang justru karena rasa hormat saya terhadap karya-karya Ibu Dini J) yang memiliki menantu warna negara Canada, imigran asal Italia.

Kembali Ke Semarang
Menurut saya pribadi, boleh dikatakan buku “Pondok Baca Kembali ke Semarang” merupakan kisah Nh.Dini memasuki masa pensiun, khususnya pensiun sebagai Ibu Rumah Tangga. Beliau kembali ke kota kelahiran dimana kedua orang tuanya juga dimakamkan setelah berkeliling dunia mendampingi sang suami yang bertugas sebagai diplomat. Setelah bercerai beliau menetap di Semarang, ke Kampung Sekayu dan mendirikan taman bacaan yang dinamakan “Pondok Baca Nh.Dini”. Terkesan beliau menempuh hidup baru, hidup mandiri yang justru lebih bermanfaat bagi lingkungannya di masa paska pernikahan.
Apakah kita akan mengira bahwa beliau kesepian seperti yang dikatakan oleh seseorang? Orang itu mengatakan,”Waaaah, Mbak Dini tentu kesepian hidup semacam ini!” . Kalimat yang menggelikan bagi Nh.Dini (Juga bagi saya :D). Beliau menuliskan pada halaman 16 - 17 : Bagaimana mungkin aku kesepian?! Memang betul aku hidup sendirian, tapi aku tidak pernah merasa kesepian. Yang pertama ialah Tuhan Yang Maha Besar selalu beruntun kusebut berselingan dengan percakapanku bersama tanaman-tanaman di halamanku. Yang kedua adalah kehadiran Kapten-ku yang tidak pernah terlepas dari batinku. Keduanya merupakan “teman” utama, disusul oleh waktu-waktu mengarang, dimana otak dan jantungku dalam keadaan aktif sepenuh-penuhnya. Bagaimana mungkin kesepian menguasaiku Rasa sepi itu bahkan tidak pernah berkesempatan mengusikku walau ‘hanya’ menyelinap sekalipun! Beberapa teman dan saudara bergantian menelepon, atau datang, bahkan selalu ada yang kemudian mengajakku keluar makan bersama atau menonton bioskop.
Benar banget!!! Membaca buku ini saya justru merasakan keberkahan hidup Nh.Dini dimasa “sendiri”-nya. Beliau membuka PB sehingga lingkungannya mencintai kegiatan membaca dan mengerjakan latihan bahasa. Dunia kepenulisan tentunya tidak ditinggalkan oleh beliau, bahkan terus beliau kerjakan. Selain itu beliau juga aktif di kegiatan social tingkat internasional. Bahkan tidak segan mereka mengangkat anak asuh yang juga dapat membantu mengurusi pondok baca-nya.
Beliau memang seorang Pengarang , namun banyak karya-nya yang terbaca bahwa tulisan tersebut adalah kisah nyata hidupnya. Seperti yang tertulis di buku ini.

Nh.Dini , Pengarang Intelektual dari Semarang
Tulisan beliau terbaca “realistis”, apa adanya, tanpa harus didramatisir atau dipaksakan puitis. Namun tetap berbobot. Sebenarnya sangat perlu dibaca bagi kaum muda yang berminat belajar menulis. Kita nggak dibuat mengerutkan kening berpikir keras dengan membaca tulisannya. Hal yang awam akan beliau jabarkan hingga menambah wawasan pembacanya.
Contohnya dalam buku ini, beliau menjelaskan mengenai Rotary Club Semarang, organisasi sosial yang diikuti. Pada bab 3 (halaman 67) dijelaskan RCS yang diberi nama Kunthi. Siapa dan mengapa nama Kunthi yang diberikan kepada RCS? Pembaca akan mendapatkan penjelasnya di bab ini.
Selain itu bab 11 (halaman 224) juga dijelaskan tentang Plan International Kupang Barat – Nusa Tenggara Timur.
Pengalaman beliau membagikan ilmu di dunia literasi sering dilakukan di berbagai universtitas ternama di seluruh dunia. Memang beliau adalah Penulis wanita cerdas & berinteletual tinggi walaupun pendidikannya di perguruan tinggi formal tidak tinggi. Beliau “hanya” pernah bekerja di ketinggian bumi sebagai Pramugari. Dalam buku ini beliau bercerita tentang titel akademisnya yang diragukan oleh peserta ceramahnya. Halaman 211 : Pada suatu waktu, disaat aku sedang menggelar sajian ceramah di Kongres Nasional Geriatri, aku mendengar bisikan seorang hadirin yang bertanya kepada dosen disampingnya, apa gelar perguruan tinggi yang kumiliki.
Hingga beliau terpaksa menghentikan penyajian makalahnya kemudian berkata kepada sang dosen dan si penanya. “Ya, Mbak,benar saya tidak mempunyai gelar universitas apa-apa. Tapi kalau terpaksa saya harus memuaskan Anda, saya juga mempunyai huruf yang bisa dianggap gelar, ialah Nh singkatan dari Nurhayati, Anda tahu apa nama arti tersebut? ARTINYA ADALAH TUBUH YANG DIBERI CAHAYA, ATAU HAYAT YANG DIKARUNIAI WAHYU OLEH Yang Maha Kuasa. Saya tidak bersekolah bertahun-tahun untuk mendapatkan gelar seperti Drs, Dra, Ir atau SH. Tetapi buku hasil karangan saya yang diterbitkan sudah berjumlah lebih dari sepuluh judul. Saya yakin, pasti melebihi jumlah tesis atau hasil penelitian yang diterbitkan para sarjana di manapun di Indonesia....” (Halaman 211-212)

Bapaknya merupakan orang pertama dalam keluarga yang mempercayai bakatnya sebagai Penulis. (Hal 131) Dimasa itu, kata ‘pujangga’ ialah penunjukan profesi yang kukagumi itu terdengar amat menyanjung, sekaligus membebani pundakku sebagai seorang anak praremaka. Benarkaj aku, yang hanya menulis beberapa syair, surat-surat yang tidak dikirim dan tembang Kinanthi atau Dandanggula bisa disebut sebagai ‘pengarang’? Karena bagiku di waktu itu, pengarang adalah seseorang yang menghasilkan buku-buku bacaan hebat yang tersimpan rapi di dalam lemari Bapak atau yang namanya tercantum di majalah-majalah kegemaaran kedua orang tuaku.

Kelebihan buku ini :
·         Bagus sekali untuk calon penulis atau penulis pemula
·         Sangat layak dibaca untuk para akademisi sebagai pembuka wawassan tanpa harus mengerutkan kening
·         Covernya unik, terkesan buku anak dari judul dan desainnya.
Kekurangan buku ini :
Halaaah,siapa loe,An?! Berani-beraninya cari kekurangan buku karya Sang Penulis legenda favorit kita... :D
Bersyukur sekitar tahun 2002-2003 di Taman Ismail Marzuki Jakarta saya pernah bertemu dan hadir dalam acara kepenulisan berbobot yang dihadiri oleh hampir seluruh penulis wanita Indonesia di segala generasi. Betapa bijak dan cerdasnya Eyang Dini menanggapi seorang muda yang “mengkritik tulisan” secara tajam karena ketidak mengertiannya orang muda tersebut J

Tuesday, 22 April 2014

[IRC 2014] Novel : Menanti Cinta


Judul Novel     :           Menanti Cinta
Penulis             :           Adam Aksara
Penerbit          :           Mozaik Indie Publisher (Malang Jawa Timur, February 2014)

Tokoh utama :
Alex, seorang profesor pada bidang kimia, dosen universitas, penulis, ahli kimia dan mermiliki lebih dari seratus penemuan produk barinya di bidang kimia. Secara fisik ia memang tidak dapat berdiri dan berjalan tegak dengan kedua kaki-nya dikarenakan penyakit yang menerpanya saat kecil. Namun dia-lah yang mengantar kakak-kakaknya menjadi pengusaha kaya raya – bahkan masuk dalam jajaran pengusaha kaya dunia.
Claire, seorang gadis anak dari pelacur yang keberadaan ayahnya tidak diketahui. Memiliki ibu durhaka, ayah tiri kejam yang sering mencoba melakukan pelecehan seksual terhadapnya, serta adik tiri berusia 5 tahun yang akan dijual oleh ibu dan ayah kandung-nya. Sifat dan sikap Claire bertolak belakang dari ibu-nya yang masih suka meminta uang kepada anaknya untuk membeli minuman beralkohol. Claire menafkahi keluarga dengan bekerja di rumah makan burger, dan sekaligus menjadi mahasiswi fakultas keperawatan di universitas negeri.

Setting Lokasi :
Dalam novel ini sama sekali tidak dijelaskan kota mana yang menjadi setting dari cerita. Penggambaran lokasi hanya ditulis secara umum, seperti : universitas, perpustakaan, kedai burger, rumah. Tidak jelas di kota mana, bahkan jika penulis tidak menulis nama Alex secara lengkap maka dapat saja pembaca mengambil kesimpulan bahwa lokasi novel ini bukan di Indonesia. Barangkali bagi penulis hal ini tidak terlalu penting, padahal hal ini dapat memperkuat karakter novel sehingga pembaca dapat lebih larut lagi ke cerita tanpa “diberi tugas” membayangkan di kota mana peristiwa kisah Alex – Claire berlangsung. Sedangkan pemberian nama Claire sepertinya “kurang lazim” diberikan oleh seorang pelacur di Indonesia dengan tingkat perekonomian yang rendah, namun ternyata hal ini terjawab di akhir cerita mengapa tokoh wanita di novel ini seperti nama orang asing.

Seperti Film
Membaca novel ini, dari awal hingga akhir saya merasakan sedang menyaksikan film drama cinta yang tidak monoton. Bukan sekedar cinta-cintaan antara anak sekolahan atau cinta-cintaan ala mahasiswa-mahasiswi yang gitu-gitu aja. Hubungan cinta antara tokoh Alex dan Claire terasa unik dan membawa nuansa baru dalam kisah cerita cinta.
Jika saja cerita novel ini di film-kan sepertinya sang penulis skenario tidak akan mengalami kesulitan untuk menuliskannya kembali ke bentuk skenario.
Tuturan tulisan di novel terasa teratur dan membuat pembaca larut tanpa harus berpikir keras. Asyiklah kalau untuk membaca untuk “hiburan” dan saat kita sedang jatuh cinta dengan lawan jenis. Membuat pembaca nggak larut dalam kegalauan cinta semu.
Cerita akhirnya nggak mudah ditebak, walaupun pada saat awal-awal kisah perjumpaan Alex dan Claire kita pasti akan menebak dengan tepat.

Covel Novel
Mengingatkan kita pada novel-novel yang hits 20 tahunan yang lalu, yang diterbitkan oleh penerbit besar di Indonesia. Membuat penasaran bagi pembaca yang memilih suatu buku dari covernya. Tetapi judul novelnya kurang terasa “cetar”. Untunglah tulisan pada cover : “Cinta Tak Pernah Membebani...Ia meringankan yang memilikinya...” lumayan membantu lebih menarik.

Wednesday, 19 February 2014

[IRC 2014] Novel : Blackjack


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZpx1dECqCKT4XE1nClV1dpePsdes_lPOyQ-tZioCuLBdnWBb_5QpMGsm98gqtLej7p4Pvj2vcPiYYJR4YwAa8Zvi618sQBKvR52MiyYBXvBXJKF7TxPYVLvZSyAca1xAdgwQqjd-fSp6N/s1600/novel+black+jack.jpg
Saat Mencintai Seseorang Sama Dengan Berjudi
Judul Novel : Blackjack
Penulis : Clara Ng & Felice Cahyadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Girang banget waktu menemukan novel dengan thema perjudian. Aaaah masa lalu....hahaha. Dunia Blackjack pernah akrab mewarnai masa lalu saya. Kalau lihat tampilan saya sekarang (atau bahkan dahulu) nggak ada yang percaya khaaaan? Makanya don’t judge the book by its  cover. Baca dong...baca setiap bab hingga mendalam :D Masih nggak percaya bahwa saya mantan penjudi??? Nanti deh ya saya perlihatkan membercard dari kasino terbesar di luar negeri sonoh (Huuus,  ini aib yang harus ditutupi!)
Tapiii sekarang saya sudah tobat kok! Lagipula saya kalau nge-bet di meja kasino nggak sampai tekor, kalau udah menang saya langsung ngeloyor. Bandar-nya sampai sebel sambil bersyukur kaliiii, bersyukur karena gak saya bikin tekor :D

99,9 % kisah ini (mungkin) pernah terjadi di tempat lain, pada zaman yang berbeda, pada dunia yang tak lagi sama.

Membaca novel ini memang seakan melempar saya ke masa lalu yang menurut saya konyol  namun penuh hikmah yang buaaanyak banget di dapat dan bertubi-tubi saya syukuri sampai detik ini. Novel yang terinspirasi dari kisah nyata. Sebelum membaca bab pertama buku ini maka kita akan membaca kalimat diatas. Ya, kisah seorang gadis muda – mahasiswi cantik dan baik hati yang kuliah di luar negeri bernama Ashlyn. Berpacaran dengan mahasiswa asal Indonesia. Si cowok ini punya hutang ngejublek.
Hutang Jaeed yang ngejublek dengan banyak mahasiswa Indonesia serta mahasiswa asing lainnya teramat sangat merepotkan Ashlyn, sang kekasih. Berulangkali Ashlyn ditipu dengan sandiwara ala drama oleh Jaeed. Dari alasan Jaeed memiliki masalah dengan chavas sampai harus dioperasi di rumah sakit. Bahkan Jaeed seringkali menggunakan nama Ashlyn untuk meminjam uang ke mahasiswa Indonesia lainnya.
Tetapi dasar Ashlyn yang cinta mati dengan cowok doyan judi ini, maka dia seringkali lari dari kenyataan – dalam artian walaupun beberapa kali dia melihat kenyataan namun alam sadarnya berusaha menyangkal kenyataan bahwa si cowok yang dicintainya banyak memanfaatkan dirinya.

Saturday, 1 February 2014

Resensi Fiksi : Mahameru.Bersamamu

MAHAMERU. BERSAMAMU.
Penulis    : Ken Ariestyani
Penerbit  : Grasindo (September 2013)

Judul novel ini : Mahameru.Bersamamu.
Kesan saya setelah membaca novel ini : Tanpamu. Kuingat Masa Lalu Ketika Bersamamu.
Membaca novel Mahameru.Bersamamu. membuat kerinduan saya terhadap kegemaran lama saya kembali hadir. Kegemaran? Entahlah apakah saya gemar mendaki gunung, walau dulu saya menjabat ketua pecinta alam di SMA serta pernah menjuarai lomba kebut gunung, hikking dan trekking. Menyaksikan puncak gunung sesungguhnya di tahun 2011, romantisnya penerbangan nan menawan itu J
Mahameru. Bersamamu. Debut pertama di dunia fiksi penerbitan bagi Ken Ariestyani yang awalnya seorang Jurnalis, profesi pengantar ke tempat-tempat eksotis di Indonesia. Barangkali boleh dikatakan buku ini merupakan semi fiksi. Di dekat ISBN tertulis bahwa buku ini masuk kategori Memoar. Tetapi buku ini saya ambil dari deretan kategori novel di salah satu toko buku terbesar di Indonesia, di Jakarta Timur.

Cerita Mahameru.Bersamamu.
Seorang gadis usia 30-an jenuh akan pertanyaan mengenai pasangan hidup. Sampai akhirnya dia memiliki mimpi yang sederhana : Seorang pria mewujudkan lirik lagu Janji Suci-nya Yovi and Nuno di Mahameru.
Sang gadis mengikuti kelompok pendakian ke Mahameru pada malam pergantian tahun 2012 ke 2013. Hebat sekali ya, padahal itu khan puncak gunung tertinggi di Jawa. Saya tidak tahu pasti apakah kisah ini nyata dan penulis terinspirasi dengan film yang pada saat itu tengah booming, film yang bersetting Mahameru dan terkesan mendaki Mahameru ibarat dari Blok M menuju Gunung Sahari dengan melalui jalur Busway :D
Jadi seusai membaca novel ini saya merasa novel ini bisa “meluruskan” anggapan bahwa mencapai Mahameru memerlukan perjuangan tersendiri.
Jujur saja, saat membaca buku ini saya tidak merasakan “kegalauan” seorang gadis berusia tigapuluhan yang mendambakan pasangan hidupnya sambil berpetualang di alam bebas. Suasana dan peristiwa yang tertulis justru apa yang saya rasakan saat saya masih SMP – SMA. Apa karena saya merasakan cinta yang lebih dari sekedar “Janji Suci”-nya Yovie en Nuno??
Tetapi novel ini sangat cocok untuk wanita usia berapapun yang senang berpetualang . Penulisannya lugas dan tetap memiliki unsur romantis. Percaya deh, mendaki gunung sambil jatuh cinta itu indah bangeeet....

MahaMERU aku cinta kamu, karena MAHApencipta-mu.

* Saya juga punya kisah pribadi berkaitan dengan Mahameru loh , nih : Penerbangan Menawan di Hari Kasih Sayang 

Beli buku2 ini tgl 03/01/2014 di Gramedia Matraman sebagai investasi mewujudkan impian learning centre terbaik di dunia

Wednesday, 29 January 2014

[IRC 2014] Resensi Fiksi : Reuni


Judul Buku      :           Reuni
Kategori          :           Fiksi / Novel
Penulis             :           Ayu Gendis
Penerbit           :          Gramedia Pustaka Utama 
                                  (Jakarta, September 2013)
Tebal               :           232 Halaman
Rate                 :           3/5

Ini cerita tentang 5 wanita berusia 33 tahun. Tidak seperti kebanyakan novel lainnya,walaupun novel ini masuk dalam genre Metropop yang dimiliki oleh penerbit Gramedia Pustaka, mereka bukan kawan 1 gank. Mereka juga bukan para wanita metropolis yang eksis di mall atau cafe. Mereka bukan orang-orang yang dikatakan sebagai sosialita. Justru latar belakang mereka berasal dari kota sejuk di Jawa Tengah, Wonosobo. Mereka juga bukan para kembang desa yang kesohor hingga beritanya sampai ke desa tetangga. Ya, mereka memang para wanita yang “biasa”. Jangan kamu kira wanita yang “biasa” tidak memiliki berbagai problem/masalah yang anggapan sebagian orang hanya di miliki oleh penduduk metropolitan Jakarta atau sosialita.

Berbagai konflik dipaparkan oleh Penulis dengan mengalir, menggiring Pembaca untuk terus membaca dan penasaran – walaupun ditulisnya dengan gaya yang “loncat-loncat”. 5 wanita, tidak ada yang memiliki peran utama seperti dalam berbagai film layar lebar atau sinetron. Semua tokoh mendapat porsi yang sama.
Dalam novel ini juga Pembaca seolah mendapat sanggahan stigma dari masyarakat yang senantiasa mendengungkan bahwa pernikahan adalah sumber kebahagiaan seseorang. Ternyata pernikahan bukanlah keharusan seseorang akan memperoleh kebahagiaan. Penulis cukup berani mengantarkan masalah-masalah tersebut dengan apik. Dan saya sangat menyukai hal ini, apalagi masalah-masalah ini bukan terjadi di kota besar bernama Jakarta. 

Tokoh dalam novel ini :
  1 Yunika, seorang istri dari suami makmur dan ibu rumah tangga sejati tanpa anak.Kehidupannya pernikahan tidak pernah bahagia sejak awal karena tidak mendapatkan cinta dalam kehidupan rumah tangga (sekalipun hanya cinta semua tidak pernah didapatkan!). 

22 Nunik, saat ini tidak memiliki suami, tetapi memiliki pengalaman menikah 3 kali dalam kehidupannya. Memiliki 3 buah hati dari 3 lelaki yang menikahinya.

33  Nurleila, istri dari anggota DPRD. Menikah siri, tak memiliki anak...baguslah, akan lebih tragis kehidupannya jika sampai memiliki anak. Seperti di realita kehidupan tuh...*Yang saya baca di situs dan tabloid!

44 Sri, seorang istri dari TKI yang bekerja di Arab. Karakter wanita keibuan (tanpa anak) dan senantiasa hidup lurus walau penuh tekanan dan pertanyaan di hatinya. Lama sang suami tidak mengirim kabar, Sri-pun tipikal wanita pekerja di showroom mobil. Hidupnya yang terlihat lurus dan tenang berakhir justru dengan tragis.

5.5 Ajeng, jomblo sejati yang mencintai mendiang ayah dan sering konflik dengan ibu-nya. Hidup mandiri sebagai seniwati dengan perjuangan yang keras. Aaaah, sepertinya justru jomblo sejati ini yang justru sukses menemukan cinta dan jati diri.

Memang kaya warna pada cerita novel ini, tetapi cover buku ini justru menggambarkan sedikit warna. Warna cover buku ini hanya gradasi merah, peach dengan warna tulisan merah dan hitam.
Novel pertama yang diterbitkan Ayu Gendis. Termasuk berani bagi penulis  yang menyodorkan karya fiksi dengan banyak tokoh. Penulis terkesan ingin menggali karakter masing-masing tokoh, tetapi akhirnya terjebak di akhir tulisan yang terkesan terkendala oleh keterbatasan halaman :D Ditunjang dengan editing yang rapih, karya ini termasuk lumayan baik bagi penulis fiksi pemula. Masuk logika semua kok setiap kejadian dan karakter tokoh-tokoh yang berperan. Sedangkan untuk setting lokasi cerita sebenarnya penulis bisa lebih menggali lokasi tokoh di Wonosobo Jateng yang terkenal cantik, seperti wisata Dieng.