Saturday 27 December 2014

Mengarungi Liburan Impian

Igloo Glass, Kakslauttanen Arctic Resort (Sumber : Website)
Bersyukur bagi saya memiliki seorang Ayah yang gemar berwisata sehingga kebiasaan ini menurun kepada  anak-anaknya. Tercapai sudah sekitar ¾ dunia saya kelilingi. Menjelang 2015 saya memiliki resolusi untuk mengulang perjalanan  mengarungi dunia, melengkapi jejak di negeri yang belum pernah saya kunjungi, menambah badge dan memberi pin pada peta di berbagai aplikasi perjalanan, misalnya Tripadvisor, Foursquare, Swarm dan lain-nya! Tiada “pilih kasih”, dimanapun tempat tersebut, apakah di dalam atau di luar negeri siap saya sambangi. Disanalah saya akan bersujud mencium bumi yang diciptakan oleh Maha Pencipta. Hingga dunia fana ini saya tinggalkan menuju tujuan akhir, karena kehidupan di dunia ini sebenarnya adalah sebuah perjalanan....

Tekad ke Karimun Jawa telah ada sejak dahulu, tetapi Maha Pencipta belum mengizinkan saya menjejakkan kaki di Karimun Jawa, padahal berulang kali saya sudah berada di Jepara dan Semarang yang merupakan dermaga penyeberangan menuju kepulauan tersebut. Terakhir kali ke Jepara tahun 2011 dan sama hal-nya dengan sebelumnya, penyeberangan ditiadakan karena buruknya cuaca. Lihatlah foto ini, betapa besar-nya angin disana - mendung mencekam hingga kapal ferry besar juga harus bersandar tak beroperasi hingga beberapa hari.
Cinta Wisata Kita adalah nama blog saya yang berisikan tentang perjalanan wisata di Indonesia. Berbagai cerita pengalaman perjalanan di dalam negeri saya posting di blog ini. Karena terlalu kaya-nya negeri kita maka belum terlalu banyak tempat saya eksplorasi. Tekad saya jika berlibur bukan sekedar berkunjung ke tempat wisata yang terkenal atau mainstream. Bahkan jika memungkinkan saya berniat untuk mengunjungi seluruh kelurahan yang ada di Indonesia, sehingga untuk membuat sebuah “travelogue” maka saya akan membuatnya berdasarkan kelurahannya. Tentunya tidak cukup hanya sekali atau dua kali berkunjung ke 1 provinsi. Tercatat saya telah belasan kali berkunjung ke pulau Bali ,berkeliling di pulau Jawa, serta 2 kali berkunjung ke pulau Batam, NTB dan Sulawesi Selatan. Saat berkunjung ke Makassar saya berusaha berkunjung ke pulau-pulau kecil yang terdapat di sekitarnya, seperti Pulau Khayangan, Pulau Lae Lae dan Pulau Samalona. Bahkan saya mengharuskan berwisata ke semua icon Indonesia, salah satu-nya adalah Bumi Khatulistiwa – Pontianak. Maha Pemberi telah memberikan saya kesempatan untuk mengunjungi apa yang telah saya sebutkan. Lantas apalagi liburan impian di dalam negeri? Aaaah, semua kelurahan akan saya sambangi, bahkan saya akan mendaki gunung, beterbangan di udara serta menyelami lautan. Tentunya dengan mendapatkan PPL (Private Pilot Licence) dan sertifikat diving terlebih dahulu...sssttt selama ini saya baru memiliki kesempatan snorkeling di dekat Pulau Peucang Ujung Kulon serta memandang keindahan isi laut dari perahu yang memiliki kaca transparan. Ada satu rahasia, yakni saat ini saya sedang menjadi “kuis hunter” yang hadiahnya berlibur ke RAJA AMPAT....Yeeeaaaay!! Raja Ampat Papua, Kawah Ijen Jawa Timur, Karimun Jawa Jawa Tengah dan Pulau Buton Sulawesi Tenggara adalah daerah yang tengah saya bidik untuk saya kunjungi di tahun 2015-2017.

Never Ending Journey. Impian perjalanan ini terus berlanjut...hingga dalam periode 5 tahun ke depan saya bertekad untuk mewujudkannya. Mengulang perjalanan saya keliling Europe Dreams (Khususnya Scandinavia, bermalam di Igloo Glass, napak tilas film The Sound of The Music) dan melengkapi jejak untuk berwisata atau sekedar singgah di negeri yang belum pernah saya kunjungi disekitar-nya. Selain itu saya akan berlibur ke berbagai negara di Kepulauan Pacific, seperti : Samoa, Tonga, New Caledonia, Cook Islands, Fiji, Niue, Tahiti, Tokelai, Tuvalu, Kiribati dan tentunya juga South Island New Zealand – negeri dimana saya pernah tinggal. Ketika di NZ saya banyak bertemu dan berkenalan dengan orang-orang yang berasal dari negera kepulauan Pacific tersebut. Sedangkan di South Island saya akan melakukan wisata udara – berkeliling pulau dengan menggunakan helicopter atau pesawat terbang propeller. Hal yang pernah saya alami di masa lalu, berkeliling North Island NZ dengan pesawat terbang Cessna dan dengan “gaya”-nya saya diperkenankan untuk mengendalikan kemudi di atas lautan Piha dan sekitar lokasi shooting Lord of The Rings *Sayangnya saat itu film fantasy ini belum diproduksi. Ada lagi yang akan saya lakukan di liburan impian di NZ? Berjalan menyusuri Fox Glacier Terminal Face Walk, Franz Josef, Budgy Jumping/skydiving dan Hobbiton.

(Pic : Website Royal Caribbean)

Berpesiar dengan Kapal Pesiar Mewah...Mengarungi samudera juga merupakan liburan impian saya. Khusus mengarungi samudera saya ingin melakukannya dengan kapal pesiar di kawasan Asia – khususnya ASEAN. Menyusuri lautan Indonesia, Singapore, Malaysia, Thailand, Vietnam, Kamboja. Di Thailand ketika kapal bersandar di dermaga, saya akan “berlari” menuju Phi Phi Island – menapak tilasi pengalaman Leonardo di Caprio ketika shooting di sana. Menurut informasi Phi Phi Island merupakan Thailand's Island Superstar. Jadi harus saya kunjungi dooong.... :) *Berasa Superstar amat yak? :p

Semua style wisata akan saya lakukan nanti, karena ini merupakan salah satu wujud saya mensyukuri keindahan ciptaan-NYA. Sebenarnya tulisan ini merupakan resolusi tahun 2015 - 2017, kebetulan ada lomba "Liburan Impianmu" di @diTravelia sampai akhir December 2014, jadi sekalian saya ikut sertakan deh ya :)

Friday 12 December 2014

Cinta di Layar Lebar

Dapat rezeki nobar lagi! Kali ini dari Grazia Magazine di Plasa Senayan XXI, film Supernova yang bukunya telah saya baca awal terbit, bahkan ikut bedah bukunya juga di Binus Kebon Jeruk dengan Penulis-nya, Dee Lestari. Waktu ke Bedah Buku di-temanin Bimo, dan nobar kali ini Jeng Yuli yang saya ajak. 


Ketika membaca sekilas buku-nya saya langsung “nyangkut” di tokoh Diva, tetapi di film saya justru “tidak menemukan” tokoh satu ini. Pada film saya tidak melihat karakter yang kuat pada diri Diva. Sayangnya saya tidak membaca ulang novel tersebut sebelum menonton, sehingga selain tidak mengingat karakter para tokoh dan jalan cerita-nya saya juga tidak terlalu “mudeng” dengan novel tersebut.
Jika pikiran-mu “hitam dan putih” maka seolah kamu akan merasa turbulensi. Gimana nggak, kalau pada karakter orang-orangnya akan kita lihat seorang istri selingkuh yang begitu dicintai oleh suami-nya, pengusaha pria sukses dengan status belum menikah tapi “main” dengan istri pria lain, dan 2 mahasiswa universitas papan atas di USA – bahkan yang seorang adalah mahasiswa Kedokteran – mereka sepasang sesama jenis. Supernova? Seorang pelacur bertarif tinggi merangkap pragawati.
Terlepas dari cerita dan novel-nya, saya merasa terhibur dengan film ini dikarenakan visualisasi animasi-nya keren. Masih jarang film Indonesia dewasa yang menampilkan animasi serapih ini. Selain itu tempat shooting-nya keren-keren, Bo’! Informasinya shooting dilakukan di Washington, Jakarta, Bali, Medan, Madura dan Labuhan Bajo. Nggak hanya alam-nya yang indah, tetapi berbagai property (baca : gedung/bangunan) yang tervisualisasi di film ini keren bangetz!
Visualisasi pada film terasa halus, tidak ada kekerasan atau adegan yang “tidak diharapkan”. Misalnya saat adegan orang yang bunuh diri, nggak terlihat tuh mata mendelik atau cipratan darah kemana-mana.
Durasi film sempat bikin tubuh belakang saya pegal...hihihi, ini sih karena kursi di PS memang nggak nyaman. Sebagai orang yang nongkrongnya di bioskop, saya lumayan ngerti deh karakter setiap bioskop di Jakarta :D


Kukejar Film Indonesia Ke Kelapa Gading
Sama seperti 2 bulan lalu, nobar 3 Nafas Likas yang saya pergi bersama Lia, ketika itu kami melanjutkan menonton Haji Backpackers ke Atrium XXI. Nah, kali ini saya dan Yuli lanjut ke Gading 21. Siang ini kami menyaksikan “Kukejar Cinta Ke Negeri Cina”. Saya baru ngerti kalau film ini diadaptasi dari novel-nya Ninit Yunita. Pemain-nya yang saya “kenal” hanya Adipati Dolken, Ray Sahetapi, Jaja Miharja dan Meriam Belina *haiiiis, beda angkatan jauh loh daku dengan 3 nama terakhir, walaupun daku saat SMA pernah bermain film sebagai figuran bersama Meriam Belina di Ancol :D . Sedangkan Jeng Yuli , selain 3 nama tadi, hanya mengetahui Ernest Prakasa yang katanya Pelawak di Stand Up Comedy. Jeng Yuli malah gak “kenal” Adipati Dolken. Kalau wajah pemain lainnya saya merasa nggak asing-tapi gak ingat nama mereka. Maklum-lah kalau sedang berkunjung di rumah kakak saya di Pasar Minggu atau di hotel, saya khan suka nonton FTV. Jadi, sepertinya pemain di film ini kebanyakan pemain FTV.


Cerita-nya (biarpun adaptasi novel) tetap mirip FTV. Tetapi saya suka! Pertama suka-nya karena setting film ini di Semarang – Jawa Tengah. Kekayaan wisata Semarang tergambar di film ini. Sam Pho Kong, Klenteng di Pecinan, Lawang Sewu dan Tugu Muda, Masjid Abdurahman sampai Masjid Agung Jawa Tengah terlihat jelas – bahkan film seakan menerangkan bahwa sebenarnya pelaut Cina yang datang ke Semarang itu mayoritas Muslim.
Adegan Jia Li mengagumi Masjid Agung Demak sebenarnya juga bisa menjelaskan bahwa Wali Songo memiliki keterkaitan dengan negeri Cina, bahkan ibu Raden Patah adalah putri  berasal dari Cina yang kemudian menurunkan putri-putri priyayi Jawa salah satu-nya adalah saya.* *Bener ini, kenapa dicoret?! :p
Nah yang paling saya sukaaaa adalah film ini menyampaikan pesan bahwa segala kecintaan di dunia ini harus bersumber dari Maha Cinta, yakni Allah Swt. Keputusan apapun yang harus kita ambil harus-lah karena Allah Swt. Memang sih, karena keterbatasan durasi maka kurang rasional kalau proses menemukan cinta sejati bisa secepat itu sehingga terkesan dipaksakan – balik jadi FTV banget kalau gini. Namun toch hati milik Allah bukan tidak mungkin dibolak balik-NYA dengan secepat-cepatnya. Lagipula sepatutnya saya sebagai penggemar film Indonesia menghargai usaha pembuat film dan semua yang terlibat dalam film ini. Semoga dicatat malaikat pencatat kebaikan sebagai ibadah berkampanye : Cinta Allah diatas segalanya.

7/24 Film Indonesia
 
Keesokan sore-nya saya dan Jeng Yuli kembali ke Gading 21. Kali ini menyaksikan film 7/24 yang diperan utamakan oleh Lukman Sardi dan Dian Sastrowardoyo. Nggak ngira kalau Husein Alatas alias Runner Up Indonesian Idol 2014 ikutan berperan di film ini. Huseeeeiiin....Rock Yoooouuuu!!!!
Ya film ini diproduksi oleh MNC Pictures. Termasuk hemat nih biaya produksi-nya karena dilakukan hanya di beberapa tempat, antara lain Rumah Sakit (Itu-pun mayoritas hanya 1 kamar), tempat shooting (Sepertinya di RCTI Studio deh) dan di rumah mungil sederhana namun cantik. Banyak produk MNC grup turut serta dalam frame, antara lain RCTI, Koran Sindo, High End Magazine, Okezone...hhhmmm apalagi ya? Asuransi yang digunakan sih Tokio Marine, bukan MNC Life...hehehe...
Konflik film ini adalah karier dan komunikasi di 5 tahun pernikahan. Cukup “berkelas” deh konflik dan pemecahannya.
Yang ngeselin justru salah 1 penonton tuh. Ada yang bawa anak kecil berusia sekitar 5 tahun yang berisik dan lari-larian. Hadeeuuuh itu tuh ortu udah bisa ngedidik anaknya belum sih??!!....Jadi ingat masa kecil saya yang selalu ditinggal di rumah jika kedua orang tua saya ke bioskop. Ya, kedua orang tua saya juga hobby nonton ke bioskop, dan beliau selalu tidak membenarkan saya untuk ikut jika menonton film 13 tahun keatas....Pokoknya anak kecil nggak diajak ke bioskop (kecuali nonton film anak-anak) atau bezoek orang sakit di RS  dan tidak boleh ikut ke acara resmi orang tua-nya!