Saturday 27 March 2010

(Hotel)Grand Candi Semarang

Jam 9-an malam (4 October 2008) kami memasuki wilayah Semarang. Sempat macet walau nggak parah banget. Kami sempat ngopi-ngopi dulu di "Eva Coffee House" di Ambarawa. Tempat istirahat yang merupakan langganan keluarga kami sejak puluhan tahun yang lalu ini dulunya mirip dengan salah 1 resto di Puncak Jawa Barat.
Mas Tunggal sempat menanyakan tarif salah satu hotel di seputaran Ungaran dan 2 hotel di kota Semarang. Akhirnya diputuskan untuk stay di Grand Candi Hotel Semarang, salah satu hotel berbintang lima.



"Hai Kodok...lihatlah 2 Putri yang siap menciummu.Berubahlah menjadi Pangeran...." kataku.
"Iiiih...Ance ajaib!" komentar Sekar.
Bukan daku yang ajaib,tapi ceritanya yang ajaib!


Saat check out setelah bermalam 3 malam di Grand Candi Hotel Semarang


(Artikel)Masih Perlu Keliling Dunia


Saya lagi mikir-mikir melihat banyak orang yang memiliki “cita-cita” untuk jadi backpackers. Mengenai keliling dunia, sejak kecil, saya memang sudah memiliki pikiran bawah sadar bahwa saya “pasti dan harus” keluar negeri dan keliling dunia. Keluarga dan lingkungan sangat mendukung pikiran bawah sadar ini. Saat balita keluarga saya telah menjadi host dari pelajar Canada yang mengikuti pertukaran remaja ke Indonesia. Selepas masa balita saya masih ingat, mengantar kakak  ke Halim PK Airport yang akan bertolak ke Eropa untuk kuliah. Saat itu kuliah di luar negeri merupakan hal yang boleh dikatakan “langka” di lingkungan keluarga Indonesia – apalagi untuk anak wanita (deeeuuu...emangnye zaman Ibu Kita Kartini? ;-p).

Masa TK dan SD, saya tinggal di dekat kawasan airport Kemayoran...so pesawat terbang selalu descent diatas tempat tinggal kami. Setiap Senin pagi saya juga mengantar ayah  ke airport Kemayoran. Beliau selalu melambaikan tiket-nya di jendela pesawat saat pesawat akan take-off....hal tersebut menandai tempat duduk beliau sehingga kami anak-anaknya dapat melambaikan tangan ke arah jendela yang ada tiketnya. Ketika pesawat Concorde (Pesawat supersonic tercepat dan termahal di dunia) singgah ke Halim PK Jakarta Timur, saya juga diajak ayah  untuk menyaksikannya. Beliau menggendong saya dibahu-nya, sehingga saya yang masih kecil dapat melihat pesawat tersebut dengan jelas – tanpa terhalang pengunjung lain yang khusus datang ke airport untuk menyaksikan pesawat canggih tersebut.

Ketika belum menginjak usia 10 tahun pula saya pernah ditinggal ibu . Ibu berkunjung ke kakak di Eropa, sehingga selama ibu di Eropa saya diasuh oleh ayah. Berulangkali ibu saya pergi ke luar negeri, ke Jepang...atau ke Thailand untuk belajar bikin kue Thailand. Bahkan saat belum beranjak 10 tahun, ibu  menunaikan ibadah haji ke tanah suci...lagi-lagi saya ditinggal ke luar negeri! Semakin besar, semakin sering saya ditinggal ke luar negeri oleh ibu. Bahkan saat saya pergi menunaikan ibadah haji , bukannya menjaga rumah – eh ibu dan kakak saya justru pergi ke Turky – berkunjung ke kerabat kami di Istanbul yang menikah dengan orang Turky.
Yang menambah suplai pikiran bawah sadar untuk keluar negeri adalah kakak ipar saya yang pertama. Dengan profesi penerbangnya beliau membujuk saya agar berhenti menangis bila saat pulang dari tugasnya beliau melihat saya sedang menangis karena sesuatu di rumah. Jarak usia kami teramat sangat jauh (bahkan beliau seumuran ayah teman saya yang lahir sebagai anak pertama, sedangkan saya anak bungsu dari 9 bersaudara). Beliau memberikan aneka souvenir yang dibawanya dari luar negeri begitu melihat saya menangis. Yang pasti sih ini peristiwa saat saya masih balita.....
Saya remaja banyak menerima aneka souvenir dan kartupost dari kerabat dan pen friend dari berbagai negeri (bahkan hingga sekarang  masih menyimpan beberapa diantaranya). Masa remaja pula, salah satu doa utama saya adalah berkeliling dunia dengan kenyamanan. Hihihi....daripada berdoa untuk jodoh, mendingan doa keliling dunia (pikiran itu benar-benar merasuk di pikiran!). Musafir khan salah satu orang yang doa-nya pasti dikabulkan oleh Allah Swt...makanya mending jadi Musafir daripada jadi istri kafir...(Astaqfirullah.....). Sunah juga khan jika kita menghadiahkan souvenir dari luar negeri kepada kerabat? Nah, makanya walau gak terlalu banyak saya senantiasa membeli souvenir kepada kerabat atau teman sepulang dari luar negeri, walaupun setiap pergi gak selalu semua teman/kerabat kebagian. Justru saya tidak membeli souvenir ke kerabat ketika saya menunaikan ibadah haji....duh, beribu maaf, niat saya ke sana adalah menunaikan ibadah. Sebaiknya memang kita tidak membebani kerabat yang ingin menunaikan ibadah umrah/haji dengan aneka titipan. Masih sempat sih mengirim kartupost ke beberapa rekan di New Zealand.
Baru menginjak usia 27 tahun ¾ dunia telah saya arungi. Memasuki usia 30-an saya justru “off” dari mengarungi mancanegara. Sengaja pasport tidak saya perpanjang untuk sementara waktu. “Mupeng” juga seh, karena beberapa kali saya ditinggal oleh ibu dan kakak-kakak saya yang mengajak keluar negeri (penginapan di hotel berbintang biasanya gratis dong kalau gini...hehehe). Seperti saat ini (27 Maret 2010 ) kakak saya pertama dan ke-tiga janjian jalan-jalan dan “ngecek harga” tas keliling Singapore. (Please deh ah, walau Singapore udah belasan kali daku kunjungi, tapi ada area baru yang ingin saya kunjuni – Movie World pertama di Asia Tenggara itu loh.). Usia 30-an ini saya justru ingin “menghabisi” negeri tercinta, Indonesia Pusaka nan Abadi Jaya! Bunaken – Raja Ampat – Wakatobi – Karimun Jawa – Kiluan Lampung adalah beberapa diantara tempat di Indonesia yang sangat terkenal dan belum saya kunjungi dan harus saya kunjungi selambatnya tahun 2011!!! Apalagi Karimun Jawa tuh....puluhan kali saya ke Semarang dan Jepara....tapi kok seakan belum diizinkan kesana yak!? Benar-benar “keremun-kerumun dari Jawa”. Selain itu saya harus "menghabisi" Indonesia hingga ke pelosoknya, bahkan yang di peta turis-pun tidak tercantum ;-D
Keliling dunia bagi saya??? Masih perlulaaaahhh.....(Nggak seperti lagunya Gita Gutawa! hehehe...). Backpacker???....hhmmmm,coba gak ya?! Tapi kalau masih mampu jadi “Tourist with Style”,kenapa harus memaksakan diri jadi ‘Backpacker’? Khan lucu kalau kerabat memberikan fasilitas hotel berbintang gratis or saya hanya diminta membayar harga one bed hostel, tetapi dengan sok backpacker-nya saya ngeloyor ke hostel murah meriah....;-)
Biar bagaimanapun tempat tinggal saya "welcome2" aja tuh menerima para musafir yang ingin singgah dan berteduh ;-) Buktinya saya dengan gembira menjadi member hospitalityclub.org dengan nickname : balqis57

Foto : Yang pasti bukan di Niagara Falls ;-p .Yang benar foto ini diambil di dekat gerbang perumahan Permata Sentul, Kab.Bogor

(Hotel)Wisata Kapuk di Bandung

Seperti di tulisan saya sebelumnya (Bandung, I'm Coming...), dimana saya menulis sekilas perjalanan ke Bandung, yang awalnya ingin menghirup kesegaran udara daerah perkebunan Pengalengan namun terdampar di tengah kota Bandung dan Lembang. Jadilah kami terdampar di 2 hotel berbintang 4 tanpa terencana sama sekali. Suatu keterdamparan yang menyenangkan, tentunya ;-D Kalau terdamparnya harus tidur di trotoar jalan atau halte bus full preman khan tidak menyenangkan, sedangkan terdampar di hotel bintang empat??? Nikmatin aja deeeeh....


GARDEN PERMATA HOTEL (*4)
Mengetahui hotel ini saat melihat bilboard di jalan toll memasuki Bandung. Begitu menelpon hotel tersebut ternyata sebelumnya Mas Tunggal sudah menyimpan nomor telepon hotel tersebut di phone book hape-nya. Entah kapan menyimpannya.
Memasuki halaman hotel, terkesan bukan hotel baru nan modern – tetapi begitu memasuki lobby-nya barulah terasa ‘welcome’ banget nih hotel! Pelayanannya nggak banyak basa – basi namun tetap bersikap ramah terhadap para tamu. Kesan traditional pada interior-nya juga kental. Beberapa lukisan yang terpajang dijual, terlihat dari nilai nominal yang dicantumkan di bingkai lukisan tersebut. Sofa di lobby juga cozy untuk tamu yang ingin leyeh-leyeh menanti keluarganya yang masih berada di luar maupun turun dari kamar. Bahkan begitu selesai check in Mbak Rita langsung turun dari kamar yang kami tinggali di lantai 3 untuk duduk-duduk di lobby. Malam-nya dan paginya saya juga membawa buku bacaan yang saya bawa dari Jakarta, kemudian membacanya di lobby tersebut. Membaca atau menelpon beberapa teman di Cimanggis – Jawa Barat dan Sidoarjo – Jawa Timur.
Hari pertama di Bandung kami dinner di dekat Gedung Sate bersama Om Fakih sekeluarga. Naik Xenia berkapasitas muatan Alphard...hahaha....Mobil Tavera khan ngadat sehingga harusnya mengalami ‘rawat inap’ di Bandung.
Usai breakfast di resto-nya saya menuju lobby...duduk-duduk sambil ngobrol melalui sambungan telepon dengan Rahyudhy (Jakarta) dan Ardian Yunianto (Surabaya). Sederetan dari tempat saya duduk terlihat Sekar dan keluarga Om Fakih tengah bermain bilyard. Om Fakih sempat menawarkan saya bermain bilyar, masih ada tongkat yang tersisa – tetapi berhubung saya perlu merefresh tatacara permainan bilyard, dengan halus saya mengatakan bahwa saya nggak perlu dilibatkan dalam permainan mereka...;-) Hati kecil sih sebenarnya pengen juga....;-D
Siang itu kami pindah ke Lembang. Kali ini saya, Owien dan Mas Tunggal sekeluarga naik mobil Om Yanuar yang datang bersama keluarga. Tavera kami titipkan ke security Garden Permata Hotel. Bravo banget deh untuk para security hotel tersebut yang menolak tips karena sudah dititipkan mobil. Dengan kejujuran dan tanggung jawab mereka menjaga mobil Tavera tanpa berharap materi. Serah terima dan meminta tanda tangan ke Mas Tunggal ketika mobil kami angkut dengan jasa pengangkutan, mereka dengan halus menolak tips yang disodorkan. Oke banget deh, padahal saat mobil ditinggal itu khan kami sudah tidak bermalam di hotel tersebut. So dengan system begitu kami berharap jika kami ke Bandung akan menginap di hotel ini lagi, at least kami akan rekomendasikan ke rekan.

Kalau mau honeymoon di hotel ini juga asyik loh ;-) Check aja di : SINI

HOTEL PUTRI GUNUNG LEMBANG (*4)
Naik Kijang-nya Om Yanuar dan keluarga menuju Lembang. Sempat mampir untuk lunch di Warung Nasi Ampera. Sesampainya diparkiran Hotel Putri Gunung Lembang petugas hotel menyambut kami dengan membawa gerobak! “Lucu” yah? Gerobak tersebut untuk mengangkut bawaan kami, travel bag dan aneka pernak-pernik lain sehingga kami jalan menuju ke kamar hanya dengan menenteng camera plus handphone – pokoknya apa saja deh yang emang mau kita tenteng ndiri. Sekar dan beberapa anak-anak dari para Om membawa PS, netbook, hape, camera digital pocket dan aneka gadge yang mereka pelototin begitu sampai di ‘living room’ depan bawah kamar kami.
Hotel-nya asyik – Iyalah, bintang 4 gitu loh! Owner-nya masih merupakan teman dari salah satu karib Om Pramugara yang sedang bersama kami, jadilah kami menginap disana dengan “harga teman”...hehehe....Saya satu kamar dengan Owien. Walau bintang 4, kamar kami tanpa AC...udaaah diiingiiin gituh,en bahkan udaranya segar. Begitu membuka pintu balkon dihadapan kami terhampar farm dan lambaian pohon Cemara. Berada disana kami seakan membooking area hotel tersebut...area kamar kami memang agak terpisah dari kamar public.
Menjelang sore kami menuju “farm” milik hotel. Aneka tumbuhan sayuran, buah-buahan ditanam di area tersebut. Waw...segar dan sejuk...andaikan semua hotel di Indonesia mengembang biakkan aneka tanaman seperti hotel ini, tentu Indonesia semakin asri dan memiliki ciri khas wisata (apalagi andai tanamannya macam ‘apotik hidup’ atau sayuran tropis!). Bahkan di area hotel terdapat semacam rumah tanaman dengan aneka jenis bunga-bungaan, diantaranya bunga Anggrek.

Tak jauh dari rumah tanaman tersebut, terdapat kandang kuda. Jadilah rombongan kami, yang kebanyakan anak-anak dengan kegirangan tersendiri memberi makan kuda milik hotel tersebut. Pawang-nya juga membuat kuda tersebut beratraksi! Hehehe...so berasa lihat lambang Ferari deh kita....

Foto : Di satu sudut kamar Garden Permata Hotel

Sunday 21 March 2010

(Hotel)Hard Rock, Andi Malarangeng dan Beatles

Berkeliling dunia menginap di hotel – hotel berbintang dan menyantap makanan lezat. Dahulu anak – anak kecil berpikir bahwa hal – hal tersebut dapat terwujud apabila mereka menjadi pilot atau pramugari/pramugara. Tetapi sejak dulu aku tidak pernah berpikir seperti itu. Aku lebih memilih menjadi “duta besar” untuk mewujudkan keinginan itu. Aku juga lebih memilih menjadi “pilot pesawat tempur” atau “ahli perancang pesawat terbang” karena kegemaranku di dunia penerbangan.

Kali ini bukan itu yang akan aku ceritakan. Aku ingin bercerita tentang “hotel”. Kegemaranku yang lain, yaitu : bermalam di satu hotel ke hotel lainnya. Sekalipun hotel itu berada di kota tempatku tinggal.

HARD ROCK HOTEL BALI
Aku join sebagai member Hard Rock Hotel di tahun 2000. Dapat voucher menginap dan discount khusus memanfaatkan segala fasilitas di Hard Rock Bali. November 2000 landlord-ku meninggal dunia. Seperti layaknya orang kaya Bali lainnya, saat menunggu upacara ngaben tempat tinggalku ramai oleh para tamu. Jadilah aku “escape” ke hotel yang jaraknya hanya (sekitar) 1 kilometer dari tempat tinggalku.

Check in counter-nya mirip dengan check in counter kalau kita menumpang pesawat. Aku yang memegang priviledge card check in di counter khusus VIP guest. Gaya yeee....???

Istilah yang digunakan di hotel ini berbeda dengan hotel berbintang lainnya. Ini istilah yang digunakan oleh Hotel Hard Rock pertama di Asia ini :

* Stars: Our guests
* The show: Hard Rock Hotel, Bali
* Band Members: Staff at Hard Rock Hotel, Bali
* Lil’rockers: Our younger guests
* Stage pass: Room Key
* Stage: Public areas
* Backstage: Back of house
* Autograph: Guest’s signature
* Sessions: Meetings
* Showtime: Service time / something to be done

Begitu mendapat ‘stage pass’ melakukan ‘autograph’ aku langsung menuju kamar. Kamarnya luas, demikian pula dengan tempat tidurnya. Hhhhmmmm, gak perlu aku sebutkan dengan siapa aku kesini khan?

Bagi-ku tidak ada yang istimewa diarea Kuta. Oleh karenanya aku justru berjalan – jalan di sekitar hotel. Hei, jika ‘stars’ ingin merekam suara dalam bentuk cd bisa loh! Seperti layaknya artis terkenal ‘stars’ dapat masuk ke studio rekaman yang ada di salah satu sudut hotel. Cd berisi rekaman suara kita dapat dibawa pulang.

Dari ratusan hotel yang pernah aku singgahi baru sekarang aku menemukan alat untuk mendengarkan music (cassette,radio,cd). Kenapa aku nggak bawa cd en kaset2 dari rumah yaaa? Lupa kalau nginep di hotel full music, Coy!


HOTEL ANEKA KUTA


Hotel berbintang dua ini mampu membuat aku stress. Bagaimana tidak??? Tahun 2003 aku dan keluargaku berlibur ke Bali. Menginap beberapa hari di area Kuta dan beberapa hari di area Nusa Dua dan Benoa.

Dikarenakan kami terjebak macet maka voucher Hotel Patra Jasa yang kami pesan hangus dengan sia-sia. Mas Tunggal dan keluarga akhirnya menginap di Hotel Sahid dan Hotel Santika. Sementara aku uring – uringan belum mendapatkan hotel yang penuh semua, karena musim liburan.

Mas Tunggal menyarankan aku menginap di penginapan di daerah Popies Lane. Dengan “sombong”-nya aku menjawab,”Yaaaahhh,,,sorry deh kalau aku disuruh nginep di hotel-hotelnya para bulek hippies! Mendingan aku hubungin teman-temannya Mas A untuk nyari’in hotel buat aku.”

Kami meluncur ke Bayu Buana Travel. Ada hotel bisa terisi, bintang 2 di tepi pantai Kuta. Bintang 2???? Aku memeras pikiran.

“Nggak mungkinlah aku ngasih hotel gurem ke kamu.” Mas Tunggal mulai membaca keenggananku.

“Oke...only for 2 nights. Toh setelah itu kami pindah ke Nusa Dua.” Pikirku.

Jadilah aku dan Mbak Lien sekeluarga menginap di Hotel Aneka Kuta. Sementara Mas Tunggal menginap di Hotel Santika.

Dua hari di Kuta. Kami jarang di hotel karena selama di Bali kami berkeliling. Menjelang check out aku dan Bimo berjalan – jalan di area Kuta Square. Kemudian kami kembali ke hotel karena sudah ditelpon dan kami siap check out. Mas Tunggal dan yang lainnya sudah menunggu di lobby hotel tempatku menginap.

Ketika aku berjalan memasuki area hotel, di depanku dan Bimo tampak sepasang suami istri bersama sepasang anak-nya menyeret koper beroda dan beberapa travel bag. Mereka tampak kepayahan, namun mereka melakukannya terlihat dengan senang hati memasuki hotel tempat kami menginap. Keluarga ini pasti yang akan menempati kamar yang akan kami tinggalkan.

Kuperhatikan mereka hingga akhirnya aku dapat melihat wajah mereka satu persatu dari dekat. Tanpa dikomando aku berlari ke lobby hotel, menuju Mbak Lien.

“Mbak....mbak! Itu ada Andi Malarangeng!” laporku setelah melihat Mbak Lien.

“Dimana?” tanya Mbak Lien.

“Ituuuu, lagi menuju kesini...” belum selesai aku berbicara keluarga Andi Malarangeng sudah berada di hadapan kami. Mereka yang menyeret koper dan travel bag dari luar.

Mbak Lien langsung menegur Andi Malarangeng. Secara pribadi mereka belum kenal, tetapi secara instansi mereka sama – sama di Departement Dalam Negeri dan kebetulan “satu bagian”. Sebenarnya anak-nya yang cowok adik kelas Bimo di SMA 28 dan seangkatan di SD Siemens dengan Galuh. Kebetulan ibu kami dulu pernah dekat dengan ibunda beliau ketika masih tinggal di Kelapa Gading.Pun Andi Malarangeng semasa kuliah terkadang mampir di rumah keluarga kami di Semarang.

Jadilah di perjalan menuju Nusa Dua aku menjadi bulan-bulanan Mas Tunggal,”Tuh khan, An...aku gak bakalan ngasih hotel gurem ke kamu. Lagian sombong banget kamu nolak2 hotel itu,padahal Andi Malarangeng aja nginap-nya di hotel itu kok! Bahkan nyeret2 koper tanpa porter! Sementara kamu masukin tas sendiri ke mobil aja males!”

HOTEL SHERATON SYDNEY
Ini bukan hotel Sheraton yang berbintang 5 itu. Kalau nggak salah hotel ini berbintang 3. Dapet hotel ini juga karena “kecelakaan”. Kisahnya .....aku ambil dari coretan lamaku ya. Males ngetik lagi…..

Sesampainya di Sydney International Airport saya langsung menitipkan koper besar yang kalau ditimbang seberat 25 kilogram.Siapa yang mau bawa barang seberat itu sambil jalan-jalan?!
Saat itu saya tidak membawa alamat-alamat atau nomor telepon teman dan saudara yang tinggal di Sydney. Oleh karenanya saya nekad mencari hotel sendiri. Saya membaca di booklet Sydney Guide tentang ‘Sydney’s most atractive place’, dan menujulah saya kesana dengan pe-de-nya.

Sesampainya di ‘The most attractive place’ itulah hati saya kebat-kebit. Tempat tersebut tak lain dan tak bukan adalah area kehidupan kehidupan malam dan liar. Botol-botol pecah bekas minuman keras berserakan di jalan,gambar-gambar wanita tak berbusana terpampang,(maaf) sex shop memamerkan barang dagangannya di kanan kiri jalan. Astagfirullah...kecele untuk ke dua kalinya dan saya segera menjauh dari area tersebut.Sesekali berpapasan dengan pria yang masih menyisakan ‘bekas mabuknya’ semalam!

Demi keamanan, karena saya belum mengenal kota Sydney terlalu jauh akhirnya saya segera check in di salah satu hotel yang agak jauh dari daerah tersebut.

Masuk kamar langsung saya menghubungi teman di New Zealand. Dia mentertawakan saya. “Itulah akibatnya kalau pergi ke suatu tempat tanpa rencana, apalagi kamu belum mengenal tempat tersebut.”

Mandi – istirahat sambil melihat acara televisi di hotel sebelum melanjutkan jalan-jalan. Eh, hotelnya tempat grup band kondang The Beatles  saat berada di Sydney di tahun 1964 lho! Management hotel tersebut memajang foto-foto dan klipping saat The Beatles  di hotel itu.

Cuplikan beritanya nih :

2.53am The Beatles' BOAC Boeing 707 from Hong Kong touches down in Darwin. A contingent of 400 fans greet the plane, which has been diverted from its original flight plan after a scheduled stopover in Manila was ruled out by the Phillipine airport authorities because of extreme heat. From the brief stop in Darwin, The Beatles plane flew on to Sydney's Kingsford-Smith International Airport at Mascot.

9.30am Exhausted from their flight, arrive at last to their suite at the Sheraton Hotel in Macleay Street, Kings Cross. They make a brief balcony appearance before getting some sleep. When they reappear several hours later, Macleay Street is packed.

(Halaaahhh...jadi waktu itu aku masih berada di wilayah King Cross???!!)

Ya begitu deh....lain kali aku sambung deh ceritanya. Segala hal yang tercecer ketika aku menginap di hotel – hotel (baik di Indonesia maupun mancanegara).