Sunday 30 October 2016

Octobreast : Garda Medika Dan Lovepink Indonesia Mengajak Wanita Peduli Kanker Payudara



Bulan Oktober di Indonesia diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda setiap tanggal 28. Bulan Oktober di dunia diperingati sebagai bulan Kanker Payudara hingga akhirnya lahir kata ‘Pinkoctober’. Gangguan kesehatan yang 99% menyerang kaum perempuan, dilambangkan dengan pita berwarna pink. Betapa hebatnya mereka yang menghadapi hidup di saat sel kanker berkembang di salah satu organ tubuh terpentingnya, organ tubuh dimana seorang memberi kehidupan bagi bayinya. Hingga mereka mampu menjadi survivor, menang melawan kanker tersebut. Mendengar cerita mereka saat awal mengetahui diri mereka terpuruk karena mengetahui sel kanker bersemayam di payudaranya. Namun mereka harus kuat, mereka berusaha agar menang, bertahan hidup dengan berkarya semampunya dan hingga akhirnya mereka dapat menjadi inspirasi pemudi-pemudi lainnya yang masih sehat agar senantiasa menjaga kesehatan dan terus berkarya. Hanya Yang Menciptakan yang mengetahui usia seseorang. Jikalau seorang dinyatakan kanker maka usaha harus terus dilakukan, setidaknya ini menjadi momen terbaik dalam peningkatan kwalitas hidupnya. 

Tuesday 18 October 2016

Menjaga Kesehatan Mata Tetap Sehat dan Cemerlang

Berbagai kegiatan dilakukan oleh Kementrian Kesehatan dengan mengajak berbagai kalangan dalam memperingati Hari Penglihatan Sedunia 2016. Terlihat pada saat diselenggarakannya ‘Seminar Kesehatan Indera Penglihatan’ yang diselenggarakan pada Kamis (13 Oktober 2016)  di Auditorium Kementerian Kesehatan RI  Jln. HR.Rasuna Said Jakarta , dari siswa SMA, Blogger, akademisi  hingga kalangan ahli menghadiri seminar tersebut.

Bertabur Penghargaan dan Tarian Betawi Kreasi


Menariknya adalah setelah seminar resmi dibuka, tampil tarian Betawi kontemporer yang bercerita tentang kebiasaan bermain di kalangan terdahulu. Bermain dengan permainan gerak fisik serta ketrampilan yang menyehatkan. Seolah ingin menyentil anak-anak masa kini yang lebih menggemari bermain gadget, permainan pasif bagi fisik dan mengakibatkan gangguan pada fisik – khususnya kesehatan mata.

Diumumkan pula pemenang lomba foto tingkat SMA. Yang dimenangkan oleh murid-murid dari SMA 94 Jakarta, MAN 3 Jakarta, SMA Triratna Jakarta, SMA 9 Jakarta Timur serta MAN 9 Jakarta. Kreatifitas mereka patut diapreasi dengan acungan jempol, karena mereka memotret dengan mengangkat hal yang berkaitan dengan kesehatan mata. Ada saja ide yang diekspresikan mereka ke dalam foto. Tidak terkesan menggurui pula. Lebih dari 200 foto diikut sertakan dalam lomba ini. Menunjukkan hal yang positif di kalangan remaja! Bahwa mereka berekspresi dengan memberi manfaat positif agar teman-temannya di seluruh Indonesia berkreasi seperti mereka. Ekspresi mengantarkan pesan kebaikan, bukan sekedar selfie narsis atau postingan foto/video galau. Alangkah baiknya jika berbagai lembaga memberikan kesempatan kepada mereka untuk berekspresi positif seperti diselenggarakannya lomba foto yang diselenggarakan Kemenkes ini.

Tuesday 11 October 2016

Traveling Membawa Televisi, Why Not?!


Pic : pixabay
Keluarga saya itu kalau berwisata sudah seperti orang yang bedol desa. Bukan sekedar keluarga inti, tetapi lintas silsilah. Bahkan sekarang bisa mencapai 4 generasi – dari balita hingga lansia. Ini sudah merupakan tradisi dari masa Ayah di dunia bersama kami.
Jika bepergian kami selalu menggunakan mobil yang besar, tidak hanya 1 mobil. Seringnya memakai 3 – 4 mobil yang kapasitas banyak. Masing-masing membawa bawaan yang cukup banyak, bahkan saya pernah loh membawa setrikaan ke Bali yang langsung ditertawakan kakak. Maklum dong ya, biarpun liburan pakaian nggak boleh terlihat kucel. Masih bagus loh saya tidak membawa televisi atau kulkas dari rumah...hahaha... 2 perabotan ini lumayan saya perlukan. Seringkali saya perlu menyaksikan acara televisi, terutama acara live macam kompetisi atau kontest seperti Indonesian Idol, Miss Indonesia, dll. Bisa saja sih saya ‘menyaksikan’ acara tersebut di timeline Twitter...tapi nggak ada seru-serunya deh! Nggak bisa menyaksikan mereka secara emosional pula. Jadilah saya mendekap di kamar hotel untuk menyaksikan acara televisi. Seringkali orang tua kami mengomel karena saya malah asyik-asyikan di kamar hotel. “Memang yach bayar hotel sudah mahal-mahal dimanfaatkan untuk leyeh-leyeh sambil nonton tivi? Ngapain kamu ikut wisata kalau hanya  begitu?”