Showing posts with label Jawa Barat. Show all posts
Showing posts with label Jawa Barat. Show all posts

Thursday, 3 October 2019

Wake Up Wakaf! Wakaf Produktif Tercipta Wisata Kreatif


Alhamdulillah, kesempatan kedua berkunjung ke Zona Madina Dompet Dhuafa yang berlokasi di Jalan Raya Parung Bogor KM.42 Jampang, Kecamatan Kemang Bogor – Jawa Barat. Kunjungan pertama saya ke Zona Madina ini pada bulan Desember 2017. Pada Hari Batik 2019 saya berkunjung ke Zona Madina Dompet Dhuafa bersama-sama 50 blogger. Hampir 30 blogger berangkat dari Philantropy Building Jati Padang Jakarta, sedangkan sebagian lagi langsung menuju Zona Madina Bogor.

Sesampainya di Parung Bogor kami langsung menuju Auditorium SMART School Ekselensia Indonesia Dompet Dhuafa. Acara seru bertajuk “Blogger Meet Up! Waqf Productive Sharing Session & Visit” merupakan rangkaian kampanye “Wake Up Wakaf!”. Ya, kami semua disadarkan bahwa banyak masyarakat yang mengenal wakaf hanya sekedar untuk lahan masjid, makam atau madrasah. Padahal wakaf memiliki arti yang lebih luas dan tidak terbatas hanya 3 hal tersebut. Wakaf dapat lebih ditingkatkan manfaat dan pemberdayaan potensinya.
Pemberdayaan potensi wakaf telah dilakukan oleh Dompet Dhuafa sebagai organisasi nirlaba terkemuka di Indonesia yang didirikan pada tahun 1993, yang mengangkat martabat dan pengabdian manusia dengan memanfaatkan dana zakat, infaq, sedekah dan wakaf serta dana sosial lainnya baik individu, kelompok dan perusahaan.
Pagi itu kami dibagikan “Wake Up! Wakaf Katalog” dari 4 Pilar Program Wakaf Dompet Dhuafa, yakni : Kesehatan , Pendidikan , Pemberdayaan Ekonomi dan Social. 4 Pembicara dari masing-masing program menjelaskan kepada kami berbagai program nyata yang telah dilakukan oleh Dompet Dhuafa. Saya lumayan terkejut mengetahui bahwa RS Kartika Pulomas yang terletak di perumahan tempat tinggal saya ( 2 keponakan lahir di RS ini, saat saya masih duduk di bangku SMP  Kartika Pulo Mas Hospital merupakan Rumah Bersalin premium , kemudian konsepnya dirubah menjadi RS Ibu dan Anak) ternyata kini dikelola oleh Dompet Dhuafa sejak tahun 2018.


Monday, 15 July 2019

Sociotrip Kurban Ke Saung Ternak Kahadean Kelompok Ternak Al – Ikhwan Cianjur

Begitu waktu cepat berlalu, hingga Hari Raya Idul Adha 1440 H akan berlangsung bulan Agustus nanti. Hanya menghitung hari! Calon jamaah haji Indonesia sudah mulai berangkat ke Tanah Suci. Bagaimana persiapan kita di tanah air untuk memperingati hari raya ini? Tentunya sebagai umat Islam yang mampu kita akan lebih bahagia jika melaksanakan salah satu ibadah dalam agama kita agar lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt, Sang Pemilik Hidup. Ibadah tersebut adalah kurban.  Ibadah kurban merupakan bentuk kepasrahan dan keikhlasan seorang hamba kepada Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Kita disyaratkan berkurban saat hari Raya Idul Adha, 10 Dzulhijah, sehari setelah Tamu Allah berwukuf di Arafah.


Alhamdulillah, di keluarga saya setiap tahun selalu melaksanakan ibadah kurban. Bahkan lebih dari 3 tahun terakhir dari sisa usia-nya di dunia Almarhumah Ibu (meninggal dunia Januari 2018) dan Almarhumah Keponakan (meninggal dunia Maret 2019) mempercayakan ibadah kurbannya melalui Dompet Dhuafa. Dua perempuan dekat dengan saya ini setiap tahunnya melaksanakan ibadah kurban melalui program Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa karena kemudahan layanannya dan distribusi hewan kurban ke tepat sasaran yang berhak menerima. Penyebaran hewan kurban hingga berbagai pelosok Indonesia, bahkan ke mancanegara seperti Timor Leste, Filipina, Myanmar, Vietnam, Palestina, Thailand dan Bangladesh.


Almarhumah melalui kanal kurban online melakukan pemilihan hewan kurban, yakni : Kambing Standard (Berbobot 23 – 28 kg), Kambing Premium (29 – 35 kg), Sapi (250 – 300 kg). Alhamdulillah, walaupun seorang janda lansia yang ditinggal meninggal dunia oleh Ayah sudah puluhan tahun,  Ibu saya selalu memilih “Kambing Premium” saat beliau berkurban. Harga nilai kurban kambing premium di kanal Dompet Dhuafa tahun ini senilai Rp 2.975.000 ,- . Saat ini Dompet Dhuafa telah bekerjasama dengan e-commerce dan fintech dalam mengembangkan sistem digitalisasi pengelolaan zakat dan kurban. Karena digitalisasi memudahkan pengumpulan dan pengelolaan zakat, serta kurban. Terakhir Almarhumah Ibu melakukan pembayaran kurban ke Dompet Dhuafa masih dengan transfer bank yang dilakukan oleh Almarhumah Keponakan saya. Insya Allah tahun 2019 dan seterusnya semangat #JanganTakutBerkurban bersama Dompet Dhuafa akan terus bergelora di diri hingga akhir hidup saya pula. Aamiin....Apalagi saat ini banyak kanal-kanal kemudahan layanan berkurban seperti QR Code, payment online, e-commerce, jemput kurban dan masih banyak lagi.

Peternakan Pemberdayaan Dompet Dhuafa


Bersyukur pula saya dapat melihat langsung ke peternakan pemberdayaan Dompet Dhuafa. Tahun 2018 saya beruntung dapat berkunjung ke peternakan yang berlokasi di Subang Jawa Barat. Tahun 2019 saya kembali mengikuti sociotrip ke Saung Ternak Kahadean  Kelompok Ternak Al – Ikhwan di Kelurahan Cikondang Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. (Jujur, ini bukan kampungya artis kondang Justin Bieber). Perjalanan dari Filantrophy Building di Warung Jati hingga Saung Ternak Kahadean memakan waktu hingga hampir 6 jam! Sejujurnya saat pulang terasa lelah, karena perjalanan kembali juga memerlukan waktu hampir 6 jam juga, sedangkan kita di area peternakan hanya 3 jam saja. Tetapi sungguh saya sangat merasa senang dan bahagia bisa melongok peternakan  hewan-hewan yang akan menjadi kendaraan kita menuju surga (Aamiin). Saya jadi lebih menghayati ibadah kurban tersebut. Kalau hanya mentransfer uang untuk pembelian hewan kurban khan kurang berkesan ibadahnya, apalagi kita nggak menyaksikan langsung penyembelihannya. Tetapi nggak perlu khawatir juga bagi kalian yang berkurban melalui Dompet Dhuafa, karena saya sudah menyaksikan sendiri kok bagaimana peternakan hewan kurban kita di budidayakan dengan QC yang sesuai standard kesehatan dan syariah tentunya. Melalui pendekatan pemberdayaan peternak lokal yang mandiri dan telah melalui tahapan seleksi, peternak dapat memastikan kualitas hewan kurbannya di dampingi oleh tim program Dompet Dhuafa.

Saturday, 11 August 2018

#KurbanDiKitaAja : Nggak Repot dan Sesuai Panggilan Zaman

Gubernur DKI Anies Baswedan melarang saya dan para tetangga membeli dan berkurban di sekitar rumah kami! Bahkan pedagang hewan kurban dan pengurus masjid perumahan yang setiap tahunnya melaksanakan kegiatan kurban dengan “omzet” senilai ratusan juta tahun ini benar-benar dilarang melaksanakan kegiatan kurban. (Haiiis diskriminasi...orang beribadah kok dilarang? Dan aneka tuduhan lainnya berhamburan jika kita tidak mengerti kebaikan dibalik larangan tersebut). Instruksi gubernur nomor 123 tahun 2017 tentang pengendalian dan pemotongan hewan dengan radius 1 (satu) kilometer dari Equestrian Venues Pulomas dalam rangka dukungan penyelenggaraan Asian Games XVIII tahun 2018. Yess, bahkan perumahan tempat saya tinggal berhadapan langsung dengan Jakarta International Equestrian Park Pulomas. Pagar rumah keluarga saya hanya sekitar 300 meter dari gerbang Pacuan Kuda Pulomas.
Lantas apakah keluarga kami harus demonstrasi terhadap larangan ini? Oh NO, dan saya bersyukur karena dalam 3 tahun terakhir ini Almarhumah Ibu melaksanakan kurban melalui Dompet Dhuafa.


Sunday, 25 September 2016

[Pilkada 2017] Pasangan Menarik Bekasi Siap Membuat Kabupaten Bekasi Lebih Menarik

Seorang rekan blogger memperkenalkan kepada sosok perempuan cerdas yang pada tanggal 21 September 2016 mendaftarkan diri sebagai Calon Bupati Bekasi bersama pasangannya (Calon Wakil Bupati Bekasi). Akhirnya saya dapat langsung mengenal sosok perempuan cerdas dan mandiri ini dari berbagai informasi. Apalagi beliau telah menuliskan buku inspirasi berjudul “Berdamai Dengan Masa Lalu” . Pemimpin yang baik bagi negeri Indonesia sudah selayaknya memiliki buku karya-nya sendiri. Suatu hal yang bisa dijadikan salah satu syarat untuk setiap pemimpin agar sudah menuliskan buku yang diterbitkan. Betapa bertambah cerdas-nya bangsa apabila memenuhi syarat ini. 

Sebagai Blogger menjadi saksi Pendaftaran Pasangan Menarik ke KPUD Bekasi (Dok.Pribadi)

Tuesday, 7 June 2016

Al Azhar Memorial Garden, Taman Peristirahatan Asri Terakhir Dunia

Beberapa tahun lampau pemakaman dianggap sebagai suatu tempat yang menakutkan, angker alias banyak setan-nya. Padahal kematian merupakan kehidupan abadi yang sesungguhnya, dan pastilah kematian adalah menuju keindahan abadi bagi kita yang beramal ibadah baik karena Allah swt selama kehidupannya di dunia.
Merupakan fardhu kifayah, kewajiban bagi umat memandikan dan mengkafani jenazah sesama muslim. Memakamkannya di tempat yang baik, karena inilah peristirahatan terakhir bagi jasad untuk berikutnya mencapai tahap menghadap kembali kepada Sang Pemilik. Tidak perlu mewah, tetapi sangat dianjurkan makam tersebut indah. Sederhana dan indah.
“Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci. Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan,Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan...” (HR Tirmidzi)
Keindahan peristirahat terakhir ini juga dapat menjadi syiar Islam dengan mengajak peziarah untuk mengingat hari akhir, sekaligus dengan memandang indahnya taman, mengajak peziarah untuk menginat hari akhir, sekaligus  dengan memandang indahnya taman, mengajak peziarah untuk mengingat kebesaran, keagungan, kemuliaan dan keindahan Allah SWT yang telah menciptakan alam dengan sempurna.


Wednesday, 25 June 2014

Fun Weekend with Yukmakan at Transera Waterpark Bekasi


Kembali yukmakan mengadakan acara seru. Bagi yukmakaners yang beruntung mereka diundang dalam acara tersebut hari Sabtu 7 Juni 2014. Acaranya seru, gratis dan “asyik plus” karena seringkali yukmakaners dilimpahi berbagai hadiah.

 
Di “Fun Weekend with Yukmakan at Trasera Waterpark” saya dan Lia menjadi peserta. Transera Waterpark berada di Timur Jakarta, terletak di dalam Kota Harapan Indah, kota mandiri baru di gerbang Bekasi Barat berbatasan dengan Cakung – Cilincing Jakarta Timur. Kebetulan 7 bulanan yang lalu saya melakukan riset marketing di perumahan ini selama beberapa hari – mengendarai Suzuki Spin sendiri euy dari Pulomas. Janjian dengan beberapa teman di Carrefour-nya, so jadi familiarlah saya dengan perumahan ini karena kami konvoi “blusukan” ke cluster yang ada disana. Nah, makanya dengan yakin saya berangkat ke event ini naik motor berdua Lia. Wuuuih, ternyata busway sekarang sudah sampai di kawasan tersebut. Namanya masih TransJakarta gak ya, mengingat halte-nya sudah masuk ke wilayah Bekasi...hehe. Saya juga merasa dekat dengan kota mandiri baru ini karena jaraknya tidak jauh dari Pulo Gadung,kecamatan tempat saya bermukim :)
Jam 14.47 saya tiba di depan loket masuk Transera Waterpark. Mendaftar ulang di meja panitia, mendapat name tag – keterangan games dan pita yang menandakan kelompok. Saya mendapat kelompok Ungu, Lia kelompok Pink. Dipisah??? Malah seru karena kita jadi berinteraksi dengan orang-orang baru. Sambil menunggu, kami berganti pakaian. Dresscode-nya sih celana pendek,  tapi nggak mungkin kali ye daku bercelana pendek ria :p Pokoke yang enak buat nyebur di air dah, saya pilih semacam celana kaos – bukan pakaian renang muslimah.


First Game – Tanga Looma
Meluncur dari ketinggian dengan menggunakan ban...wuuuiiing, asyiiiik! Persaingan kelompok dengan kecepatan waktu sebagai penilaian utama. Mayan deh untuk saya yang belum sempat warming up harus lari-lari di tangga mencapai ketinggian membawa ban peluncur. Sampai atas malah meluncur ke bawah lagi, disambut teman kelompok yang bersorak sorai menjadi sponsor. Ampun deh, meluncurnya malah asyik tapi yang bikin ngos-ngosan nafas justru lari ke atasnya, Bro! Hohohooho...
Second Game – Ducky Dungs
Saya jadi supporter aja. Dari 7 anggota kelompok hanya diwakili oleh 2 orang.
Games 3 - Crazy Cone
Yiiihaaa, yang ini kusuka. Jadi tuh kita diwajibkan meluncur dari ketinggian, trus meliuk-liuk di tabung peluncur, di dalam tabung tersebut kita diombang-ombing macem kapal kena ombak. Sempat “macet” yang bikin saya en tandemmate saya ndorong-dorong badan agak panik karena khawatir ketubruk yang belakang. Hahaha, ternyata itu memang sengaja dibuat seperti itu. Halaaah...
Tapi beneran deh, saat badan kita rileks dan mengikuti arus saya justru merasa enjoy menikmati wahana ini. Pas mau meluncur sempat ditahan karena mau di-shooting dulu...hahaha...mesem-mesem campur aduk deh di depan camera. Permainan selesai kami berdua malah heran en protes,”Kok udahan sih? Mau lagi dooong....”
Games 4 - Mosi Oa Tunya
Awalnya saya berniat untuk mengikuti semua games yang ada, seberapapun mengerikannya wahana tersebut. Bersyukur dong masih diberi kesehatan prima dari Tuhan, makanya lakukan apa yang kita bisa selagi itu tidak merugikan orang lain dan bermanfaat bagi kita. Buat nambah kekayaan pengalaman pula. Taaaappiiii, di games ke-4 ini kami yang cewek-cewek dari kelompok Ungu terpaksa nggak ikutan! Saya pribadi merasa harus fokus jika bermain di wahana ini, bertumpu ke lengan dan kepala. Haduh, kalau daku nggak fokus khan kepala bisa benjut, sedangkan saya masih menata detak jantung yang tak teratur bukan karena takut, tapi karena lari-lari mendaki ketinggian/tangga sambil membawa ban. Next deh, kalau sudah warming up dan detak jantung lebih teratur saya akan bermain di wahana ini.

Permainan usai...selanjutnya kami berganti baju dengan dresscode putih, shalat Maghrib kemudian memotret Lampion Park untuk di lombakan di Twitter. Lantas berkumpul kembali di Te Ta Cafe. Duduk satu meja bersama kelompok games di wahana waterpark tadi. Serulah karena kita menikmati makan malam dengan sorak sorai dan tawa keceriaan. Yang menjadi pemenang games di waterpark tadi adalah kelompok Pink, kelompoknya Lia. Hihihi, lumayan hadiahnya khan, Li?
Saya nggak menang satu-pun contest malam ini? Aku rapopo...karena sebelumnya saya terlalu sering menang dalam berbagai contest/competisi/games/lomba : )



Acara yang diadakan yukmakan dan pada acara tersebut saya memenang kompetisinya,antara lain :

Sunday, 19 May 2013

Ethography, Ajang Saya Berlatih Menjadi Backpacker

Sebelum menuliskannya lebih lanjut saya akan menuliskan mengenai definisi Ethnography bersumberkan dari Wikipedia berbahasa Indonesia :

Etnografi (Yunani ἔθνος ethnos = rakyat dan γραφία graphia = tulisan) adalah strategi penelitian ilmiah yang sering digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan beberapa cabang sosiologi[1], juga dikenal sebagai bagian dari ilmu sejarah yang mempelajari masyarakat, kelompok etnis dan formasi etnis lainnya, etnogenesis, komposisi, perpindahan tempat tinggal, karakteristik kesejahteraan sosial, juga budaya material dan spiritual mereka [2]. Etnografi sering diterapkan untuk mengumpulkan data empiris tentang masyarakat dan budaya mansia. Pengumpulan data biasanya dilakukan melalui pengamatan partisipan, wawancara, kuesioner, dll. Ilmu ini bertujuan untuk menjelaskan keadaan masyarakat yang dipelajari (misalnya untuk menjelaskan seseorang, sebuah ethnos) melalui tulisan.[3] Dalam biologi, jenis studi ini disebut "studi lapangan" atau "laporan kasus", keduanya digunakan sebagai sinonim umum untuk "etnografi".[4] 

Jadi saya kembali menjadi 'Observer' alias team yang terjun melakukan penelitian ini. Alhamdulillah, saya menyukai pekerjaan ini. Menantang , penuh petualang dan menambah kekayaan wawasan dan pengalaman! :) Banyak orang yang menanyakan kenapa sih saya nggak pilih pekerjaan yang "nyaman dan tentram"? Jawabannya simple, saya sudah terbiasa hidup nyaman dan tentram sesungguhnya sejak saya lahir, oleh karena-nya jika saya melakukan suatu pekerjaan (apapun itu!) maka semata karena hasrat saya untuk mengabdi kepada Allah Swt dengan bermanfaat bagi banyak umat. Materi dan jabatan mah nggak terlalu saya perlukan deh untuk saat ini.Alhamdulillah, semua tercukupi sesuai keperluan pribadi :)

Nah,kali ini, mumpun saya bisa memanfaatkan diri dan diberi waktu saya menerima tawaran Mbak Nina untuk membantu-nya melakukan observasi etnography di 2 tempat yang .... hhhmmmm kalau naik kendaraan  umum tentunya membutuhkan ekstra energi. Apalagi pihak client minta kami menginap semalam di rumah 'Participant' (Orang yang akan di-observasi kehidupannya). Masing-masing 'Participant' kami amati selama 3 hari (2 hari weekdays dan 1 hari weekend/holiday). 

Pendapat saya :
  • Ini-lah ajang saya berlatih menjadi 'Backpacker'...hehehe, karena selama ini jikalau liburan saya selalu mendapatkan rezeki yang serba nyaman dan berbintang :) . Menjadi 'Backpacker' di negeri sendiri sambil menambah kekayaan wawasan budaya, menuliskan laporan (Writing is my passion!), menambah portfolio dan referensi (surat tugas) dari MarkPlus.Inc yang di dunia marketing bereputasi International serta....dibayar!
  • Tekad saya untuk menjadi 'Traveler Sejati' adalah mengunjungi seluruh dunia - bumi Allah ke 'setiap sudut', bukan sekedar tempat-tempat wisata yang terkenal. Untuk wilayah Indonesia saya sampai memiliki buku : Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2005 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan. Yang pasti berguna untuk mendata dan mengetahui wilayah mana saja di Indonesia yang sudah saya kunjungi, dan saya berpegang pada sistem KELURAHAN. Pengennya sih, saya dapat berkunjung ke setiap kelurahan yang ada di Indonesia. Kalau begitu khan nggak akan malu-maluin jika menyatakan bahwa saya pernah berkeliling Indonesia. Lucuk kalau ngaku pernah ke Jogjakarta, tetapi baru ke Malioboro atau Candi Borobudur (Padahal Candi Borobudur adanya di wilayah Magelang Jawa Tengah...hehehe,beda propinsi!)   
Saya melakukan observasi etnografi ini di 3 kelurahan : 
1 . Kelurahan Bojong Pondok Terong - Depok , Jawa Barat

Gerbong CL Tebet - Citayam  yang lega, bersih dan nyaman :)
Saat memberikan diary yang harus diisi oleh Partcipant saya dan Mbak Rissa naik motor. Saya dijemput Mbak Rissa di ITC Depok, jadi nggak seberapa jauh. Tetapi kembali-nya kami ke Jakarta ...waaaw, Citayam - Gudang Peluru (Tebet) kami tempuh dengan motor dan saya digoncengin tanpa helm! Nekad banget ya? Tapi bener-bener terpaksa deh, bukan bermaksud meremehkan peraturan yang sebenarnya baik bagi diri sendiri dan bukan mentang-mentang Mbak Rissa bersuamikan dan memiliki mertua polisi. Saya tobaaat kok.... :D
Observasi di kelurahan ini membuat saya menggunakan jasa Commuter Line. Asyik kok, selama 5 - 6 kali menggunakan jasa CL saya selalu mendapatkan gerbong yang nyaman. Pertama kali memang saya masuk ke gerbong campur cowok dan cewek. Alhamdulillah, walaupun saya nggak duduk tetapi leluasa berdiri, bahkan lebih baik saya berdiri karena saya dapat lepas melihat ke station. Baru pertama kali ke Station Citayam, jadi jangan sampai kebablasan...hehehe...Di Station Citayam Participant menjemput saya dengan motor-nya. Kami menuju rumahnya sekitar 1.5 km dari station.
Setelah mengetahui "strategi"-nya saya selalu memilih gerbong khusus wanita. Bisa gelosoran di gerbong...hahaha, seat-nya berwarna Pink, bersih, nyaman, AC-nya dingin dan banyak cewek yang dengan tenang menggunakan gadget-nya, seperti Tablet,iPad,iPhone...dan gadget senilai > 5 juta-an. Tenaaaang aja!
Naik CL juga ternyata lebih cepat daripada saya bawa kendaraan pribadi/taksi tuh. Hari Selasa-nya CL yang saya tumpangi baru melaju dari Station Tebet. Tiba-tiba Yoko, cewek Jepang yang jadi penerjemah client menelpon saya dan meminta ancer-ancer untuk ke Kelurahan Bojong Pondok Terong. Mereka sudah berada di Margonda Depok. Waduuuh, Client yang cowok Jepang bisa sampai lebih dahulu dari saya nih. Gawat, bisa dianggap nggak disiplin nih! Eaaalaaah, horay banget, ternyata saya lebih dahulu sampai ke rumah Participant! Lebih cepat sekitar 15 menitan dari Client :)

2. Kelurahan Margosari , Kecamatan Karawaci - Tangerang, Banten
Ternyata lebih dekat dengan Cimone. Mbak Wiwik yang sempat menyamperi saya di hari ke-2 saja sampai 'teriak2' karena lokasi yang jauh, katanya,"Mending gw ke Jawa sekalian deh..." Hahaha...
Seumur hidup nih saya ke Cimone naik kendaraan umum (bus umum). Syukurnya sih ternyata ada bis AC no.119 AJA dari Kampung Melayu dan langsung menuju lokasi, depan perumahan Bogel Indah. Dari situ naik becak Rp 5000 sampai depan rumah Participant. Saya sempat 'jiper' deh kalau harus menginap di rumah ini, walaupun hanya sehari. Tetapi Alhamdulillah saat saya harus menginap di rumah tempat tinggal Partcipant di sebuah perumahan yang dibangun developer.

3. Kelurahan Gembor, Kecamatan Pasar Kamis - Tangerang, Banten
Menginaplah saya disini....yang ampunya ternyata menempuh perjalanan hampir 1 jam dari rumah orang tua Participant. Lokasi rumah tersebut di Perumahan Permata Regency II. Jadiiii....Alhamdulillah, bersih dan masih baru.Saya jadi bisa mandi dan makan dengan tenang :)

Saturday, 19 May 2012

Nuansa Ungu @ Aston Primera Pasteur

Depart from Buaran jam 09.45 pagi bersama Gege  and Gege's Mom. Alhamdulillah perjalanan lancar, walaupun saya sempat ngoceh-ngoceh supaya Gege nggak ngantuk saat mengendarai APV.
Menjelang pukul 12 kami memasuki Pasteur Area Bandung. Dengan mudah menemukan Aston Primera Pasteur Hotel & Conference Center. Weeittss, ternyata nuansa warna hotel ini bernama ungu/purple. Blah, padahal saya menyediakan 2 baju ganti dengan warna ungu juga! Weelleeeh, bisa jadi kloningan para staff-nya nih :D



Lunch @ The Ambassador Coffee Shop
Hanya sekejab saya duduk di sofa lobby, dan kemudian langsung diajak ke The Ambassador Coffee Shop untuk lunch. Nggak banyak tamu yang lunch disini. Saya langsung mengambil prasmanan + bakso tahu Bandung plus ikan asin sambel ijo serta Soto Betawi! Lumayan kenyang euy! Padahal saya masih mau menyicipi aneka makanan yang ada disitu. Hehehe, saya sempat dikira sebagai istri-nya Gege oleh rekan kerjanya. 
Untuk dessertnya saya mengambil beberapa dari French Pastry.Minuman saya hanya minum air putih, sampai 3x refill...kembung deh tuh ;-p


Room 727
Setelah lunch, kami bertiga ke kamar di lantai 7. Tipe Deluxe Twin. Kamarnya minimal modern. Wallpaper-nya terdapat aksen air terlempar berwarna coklat kehijauan. Lemarinya nggak ada pintu. TV-nya menggunakan IPTV! Kalau mau ngenet pakai IPTV dikenakan charge Rp 10.000/hour atau Rp 35.000/24 hours. Karena saya membawa laptop, jadi mending pakek hotspot aja yang ternyata cepat !
Malam hari-nya saya tidur berdua Gege's Mom di kamar ini, padahal rencananya Gege's Mom tidur 1 kamar dengan Ibu Sari,sedangkan saya tidur dengan yang lainnya.


Dinner @ The Ambassador Coffee Shop
Pukul 19.15 saya dan Gege's Mom kembali ke Ambassador Coffee Shop untuk makan malam. Menu-nya banyak yang saya suka, antara lain : Ayam Goreng Mentega, Seafood Mayonaise, Bihun Goreng Hong Kong. Serunya lagi soup kali ini adalah : Sup Kepiting Asparagus! Khusus untuk sup ini saya sampai menambah...hehehe. Dessert yang saya makan adalah mini cake dan Macaroons yang warnanya lucu-lucu....


Breakfast @ The Ambassador Coffee Shop
Sudah banyak tamu yang breakfast saaat kami menuju tempat yang sama saat lunch and dinner kemarin. Saya langsung menuju makanan utama. Di sisi pertama yang saya lihat adalah makanan Eropa : Zuchinne Stuffing, Lyonaise Patato, Grilled Smoked Beef, Chicken and Beef Sausage, Beef Zurichuise, Spaghety Carbonara (Mohon dikoreksi jika ada yang meleset dalam penulisan ;-D). Saya nggak makan diantaranya. Semula ingin makan Carbonara-nya, tapi begitu melihat daging asap merah yang bertaburan nyampur didalamnya...saya-pun mengambil makanan di sisi meja lain. Makanan khas ala Indonesia, diantaranya : Udang Honey Mayo, Fried Rice Seafood dan Kwetiaw. Dah ah, gak ambil lauk yang "berat" - seperti ayam yang juga tersedia. Setelah itu saya masih mengambil Bakso Tahu alias Somay (Kalau di Jakarta), 2 jenis bread diantara banyaknya aneka jenis yang tersedia (kebanyakan ala Perancis gitu deh). Terus minumnya saya minum secangkir kopi plus krimer, juice Guava and ice water.Sebelum keluar dari ruang makan, saya sempat mengambil Yoghourt and Fruit Coctails. Sempat meringis-ringis karena kekecutan...hehehe...


Lunch @ The Ambassador Coffee Shop
Saya yang belum lapar, bahkan masih agak kenyang karena makan pagi dan makan Cilok (Horeee, akhirnya bertemu juga dengan Cilok asli Bandung di pinggir jalan Dago), "terpaksa" harus makan siang. Jam 13-an saya dan Gege's Mom makan ke-4 kalinya di The Ambassador Coffee Shop. Menu yang dihidangkan sejak pertama kami datang sangat bervariasi. Rasanya saya sampai "tolong-tolong" kalau disuruh menyantap semua menu dalam sekejap! #sujudsyukur sambil mengingat surat Al Maidah yang kerap saya gemakan dalam hati :)

Siang ini-pun saya hanya menyantap sedikit demi sedikit hidangan yang tersedia :
  • Secangkir Indonesian Salad alias Gado Gado. Jarang-jarang khan makan Gado Gado pakek cangkir ;-D
  • Soto Bandung.
  • Semangkuk Mie Jawa
  • Es Campur
Hayaaah, boleh dibilang itu saya makan sedikit dan ala kadarnya, karena masih banyak hidangan yang menantang. Tempe Mendoan juga tersaji di menu prasmanan!

Setelah makan siang, tanpa menunggu kami berkemas kembali ke Jakarta. Sebenarnya kami masih bisa stay 1 malam lagi, tetapi karena Gege's Mom keesokan hari harus pergi ke Amsterdam Belanda, jadi kami kembali ke Jakarta-nya hari itu juga.Hhhmmm, Gege's Mom malah ngomong,"Kamu sih kemarin nggak sekalian ngurus visa Eropa. Khan kalau kamu kemarin ngurus visa bisa sekalian ikut aku ke Eropa..." ZzzzZZzzZZ...Ke Eropa (lagi)??? Insya Allah secepatnya saya kembali ke sana (Eropa en Bandung....)  :) *Barusan dapet info - 19 Mei 2012 Gege's Mom sedang berada di Menara Eiffel Paris. Beuuuh, from Paris Van Java kali ini beneran di Paris euy!

Monday, 26 March 2012

Terwujudnya Bermalam @ The Fountains Hotel

Bulan September 2011 saat liburan lebaran, saya pernah menuliskan mengenai hotel yang kami singgahi tanpa bermalam. Ketika itu ibu saya mengungkapkan ingin bermalam di hotel tersebut, saya juga menanamkan keinginan tersebut ke pikiran bawah sadar.
Alhamdulillah, tanggal 9 - 10  Maret 2012 keinginan tersebut terkabul :) Start jam 9 pagi dari Pulo Mas dengan Honda Jazz Hitam yang dikendarai Mbak Wien. Yes, mobil yang berbalik arah ketika kami akan melihat bunga Sakura saat libur lebaran lalu. Kami bertiga (Mbak Wien, Ibu dan Saya) terlebih dahulu menjemput Mbak Naning di Cibubur - dan Honda Jazz Hitam ditukar dengan Honda Jazz Silver milik Mbak Naning. Lebih baru en lebih gress, selain itu andai Mbak Wien sedang meeting maka Mbak Naning bisa mengendarai mobil tersebut untuk berkeliling hotel atau daerah sekitar. Hihihi, saya en Mbak Naning memiliki "keyakinan" yang sama, yakni hanya dapat menyetir kendaraan yang memang milik sendiri dan biasa digunakan secara rutin. Kalau diminta menyetir mobil/motor milik orang lain??? Kita geleng-geleng menolak ;-D



Hotel Seruni yang memiliki tag The Fountains Hotel terletak di Jl.Pirus Kp.Baru Tegal Cibeureum Cisarua Bogor. Memiliki 3 "sektor" , Seruni 1,2 dan 3. Semakin banyak angka-nya maka semakin mahal ;-D Sayangnya saat memasukkan keinginan tersebut ke pikiran bawah sadar saya nggak memasukkannya secara detail untuk sektor yang saya inginkan, sehingga saya mendapatkan menginap gratisannya di Seruni 1. Itu-pun Alhamdulillah yah, harus disyukuri karena kalau kita bersyukur maka kekayaan kita akan semakin bertambah. Walaupun kamar mendapat di Seruni 1, tetapi untuk breakfast dan fasilitas lainnya sama dengan Seruni 2 - 3. Kamar di Seruni 1-pun sudah bagus kok. Saya memilih kamar no.48 (kesannya biar seperti AKB 48 or JKT 48 deh...hehehe). Sekamar dengan Mbak Naning, sedangkan Ibu en Mbak Wien di kamar no.46. Kamarnya juga strategis, pas di depan parkiran, view pegunungan.
Niat hati sih kami sekeluarga ingin menginap lagi di Seruni 3, tapi untuk tanggal yang kami minati ternyata udah full booking.

Salah satu hal yang juga membuat saya menyukai hotel ini adalah interior kamarnya yang Indonesia banget! Ini nih beberapa foto kamar-nya :

Room 48 : Khas Bali
Sofa @ Room 46
Room 46. Siang sampai jam 11 malam saya leha2 disini. Tengah malam sampai pagi, pindah ke room 48

Mendaki untuk breakfast...tuh kanan atas tempat kita breakfast
Breakfast
Setelah breakfast kami checkout. Mbak Wien nawarin ke kami apakah kami mau jalan-jalan di Taman Safari. Sebenarnya sih saya udah lama juga ya nggak main di Taman Safari, tetapi Mbak Naning ragu-ragu - akhirnya nggak jadi deh....
Masukin ke pikiran bawah sadar lageee....eh,terlaksana loh,en cuma dalam waktu 2 minggu! Catatan perjalannya akan saya posting di Cinta Wisata Kita yaaa... :)

NEXT DESTINATION ;-D

Friday, 8 July 2011

Apa Yang Kubawa ke Trans Studio Bandung


Waktu ke Trans Studio Bandung apa aja yah yang saya bawa ?
Diantaranya tas MEXX (oleh - oleh kakak saya dari Belanda) yang saya bawa berisikan :
  • Majalah Aulia edisi Jully 2011 sebagai penyegar iman dan pikiran. Cover-nya juga lagi rame dengan warna-warna yang saya gemari. Model-nya juga lebih dari 1 akhwat dari usia 20-an sampai 40-an.
  • Notebook kertas bonus dari Majalah CHIC. Sumpe dah,walau smartphone bertebaran diberbagai penjuru dunia, untuk agenda atau catatan kecil saya merasa lebih mantap dengan sistem manual. Energi tulisan tangan untuk mewujudkan kreatifitas di pikiran ke alam realita lebih "mudah" terwujud melalui keinginan/impian yang ditulis tangan....(Korban buku & film 'The Secret' ;))
  • HP ZTE dual GSM dan CDMA yang saya beli di Plaza Marina Surabaya February 2011.
  • Make up : Eyeshadow Puteri warna biru - beli di Pasaraya Manggarai untuk Amel yang mau PromDay en dia minta supaya saya mendandaninya, Blush on Caring Colours hadiah dari saat saya menjadi finalis Caring Colours for Your Dream 2007...wuuuiii mudah2an belum expired, Eyeliner blue en silver + Mascara bening merk Oriflame, bedak Sari Ayu Kuning Langsat nyamber dari meja rias kakak saya no.4.
Owkay,itu sebagian kecil yang saya bawa di tas MEXX kain model terbuka "ngegelandot" ;-D Sebagian lagi belum sempat terfoto.
Yang jelas, saya nggak rekomendasi ke kalian yang mau traveling ke indoortheme park macem Trans Studio Bandung dengan bawaan seperti saya ini. Apalagi dengan tas kain model terbuka, sebenarnya resiko barang-barang di dalamnya bakalan bertebaran jika kita main di wahana yang ajrut-ajrutan.

Nah,sedangkan yang saya pakai saat ke Trans Studio Bandung adalah assesoris gelang rantai oleh-oleh Dina Mardiana dari Turky.Gelang manis ini sebenarnya nggak disarankan juga andai kamu mau bepergian traveling yang banyak ajut-ajutannya...hhhmmm,tapi berhubung saat itu saya lebih banyak mau gayanya daripada mainnya,jadi dengan pede-nya saya kenakan aneka pernak-pernik tersebut ;-D Please,don't try this @ home (???)...

Saturday, 29 January 2011

5 Days in Bandung : Hotel...Oh HOTEL!

Nggak, nggak jadi 5 days in Bandung. Akhirnya hanya 4 hari di Bandung, karena hari Jumat saya ada urusan di Jakarta, dan di Bandung ada Hendra yang sudah saya estafet-kan tugas melaksanakan Indepth Interview di kota ini. Sepertinya hal ini mengingatkan kepada saya agar saya menyiapkan Interviewer dan Observer berkwalitas yang menguasai metode penelitian deh! Prinsip network sukses adalah menduplikasikan keahlian atau sistem kepada banyak orang sehingga sistem dapat bekerja secara otomatis tanpa kita perlu bekerja keras!
Oke, disini saya nggak akan membicarakan masalah pekerjaan kok. Saya akan menceritakan tentang seseorang yang seharusnya bekerja secara profesional, di bidang apapun! Anda sebagai tukang bakso, maka jadilah tukang bakso yang profesional! Jangan pernah menyepelekan sekecil apapun tugas tersebut. Loh, gimana sih, katanya gak akan membicarakan masalah pekerjaan? Kok malah ngelantur ke urusan ini? Oke...oke...oke...sebenarnya saya akan cerita tentang hotel di Bandung kemarin! Tentang Front Officer hotel yang salah menempatkan saya selama 2 malam di Bandung.
Pihak perusahaan yang meng-hire saya khan sudah mem-booking-kan hotel untuk saya (sorry jika bahasa awut-awutan ;-D). Perusahaan reservasi dan membayar untuk 4 malam Deluxe Room yang fasilitas-nya : FULL AC, Airport Transfer, Breakfast dan beberapa fasilitas dengan harga Rp 300.000 ,-/night.
Sehubungan saya naik shuttle, maka saya tidak menggunakan fasilitas Airport Transfer. It's okay-lah, dari point Dipati Ukur saya hanya bayar angkot Rp 3000,- ke hotel. Padahal berdasarkan informasi ongkos yang harus saya bayar Rp 2000 ,-. Gak peduli dah, saya saat itu menyodorkan lembaran limaribuan - terserah mau dikembali'in berapa!Dari ngembali'in berapa aja saya bisa ngerti apakah si sopir angkot memang sopir yang profesional or asal dapat duit...hehehe
Ketika diantar oleh petugas hotel ke kamar, memang tidak komentar apa-apa. Pasrah aja dah, kurang perhatian - apalagi saat masuk kamar Lusi - bagian keuangan Markplus menelpon. Kalau bagian keuangan MP yang menelpon pasti saya harus buru-buru menangani dengan fokus...hahaha...
Setelah itu saya baru sadar bahwa kamar yang diberikan kepada saya mirip dengan kamar Hotel Raden Patah Semarang. Hanya ekstra televisi, bahkan fan-nya masih lebih bagus Hotel Raden Patah Semarang - kamarnya juga lebih luas kamar di Hotel Raden Patah Semarang! Terlintas berkata dalam hati,"Seperti ini nih kamar dengan rate Rp 300.000 ,-/malam dengan status deluxe? Gimana standard-nya ya? Sedangkan Hotel Raden Patah yang di kawasan Kota Lama - area wisata saja tarifnya nggak sampai Rp 100.000 ,-/malam." Tapi lagi-lagi saya "pasrah" sambil nyeletuk dalam hati lagi,"Tega amat sih perusahaan sampai ngasih akomodasi ke gue kayak gini?!"

SALAH KAMAR
Hingga 2 malam saya tidur di kamar tersebut. Malam pertama di jam 2 malam terdengar keributan dari gang samping hotel, dan malam kedua di jam 12 malam terdengar suara ramai dari kamar tetangga. Phuuuufff...;-(
Suatu sore, saya kembali ke hotel dari tugas wawancara. Baru sejenak merebahkan badan tiba-tiba telepon berdering, dari resepsionist yang mengatakan bahwa selama 2 malam ini saya salah masuk kamar! Haaahhh????!!! Kucriiiit...pantesan aja! Gimana sih tuh resepsionis yang shift pagi?
Dengan termaaf-maaf seperti orang lebaran resepsionist yang bertugas sore memindahkan saya ke kamar Deluxe yang memang full AC, pantry,coffee maker, bathup....yang memang layaklah dengan rate Rp 300.000 ,-/malam. Saya juga "curhat" soal breakfast hari pertama. Untungnya resepsionist tersebut mengembalikan uang selisih 2 malam tersebut. Hehehe...keuntungan cash untuk saya!
Ampun ya tuh resepsionist yang shift pagi? Kesannya tampang gue nggak mampu kali bayar rate kamar deluxe. Iiiih, sorry, Jack...untuk traveling aja saya biasanya stay di hotel berbintang. Kali ini aja dibayarin perusahaan, jadi saya harus tahu diri dikit-lah. Namanya juga gratisan, jadi dikasih hotel bintang 1 pasrah aja..
Fatal banget ya kesalahan Front Office Hotel yang menerima check in saya? Seharusnya dia profesional dalam melaksanakan tugasnya.

Wednesday, 26 January 2011

5 Days in Bandung : Taksi ...oh TAKSI!

Hari kedua di Bandung, euy! Kemaren maksudnyaaa....;-D Mewawancara 2 nasabah klien. Pertama di Pasirluyu dan berikutnya di Jl.Asia Afrika, depan Gedung Merdeka. Berangkat naik mobil dan driver-nya klien.Didampingin oleh Marketing-nya klien.
Saat lunchtime saya janjian dengan Hendra Veejay di Cihampelas Walk, memanfaatkan voucher hasil menjawab surver yang diadakan oleh Texas. Tetap aja harus mengeluarkan uang Rp 40an ribu...hehehe. Sengaja saya menghubungi Hendra agar dia bisa mem-backup tugas saya selama di Bandung. Target harus terkejar, dan saya percaya cowok yang satu ini bisa handle Indepht Interview. Hanya saja saya wanti-wanti agar dia berpenampilan layaknya seorang eksekutif. Yang harus dihadapi orang yang berani mengeluarkan uang minimal ratusan juta sekedar untuk "dimainkan"..hehe,bisnis high risk gitu deh!

Taxi & Tariff Taksi
Hari ini saya menghentikan taksi yang salah satu favorit di Jakarta, taksi biru tua berinitial P. Inget cerita saya kemarin khan, yang heran dengan petugas hotel yang tidak menghentikan taksi ini untuk saya?
Sopir taksi menyalakan argo dengan normal. Argo bergerak juga dengan normal. Lega-lah saya! Pudar sudah kekhawatiran saya terhadap buruknya pelayanan taksi di Bandung (sejak dulu!). Begitu sampai di Cihampelas Walk argo menunjukkan angka sekitar Rp 12 ribu-an. Saya menyodorkan uang Rp 15.000 ,- tanpa mengharapkan kembalian. Tetapi tiba-tiba sang sopir meminta pembayaran Rp 20.000 ,-. Menurutnya itu tarif minimum yang berlaku di Bandung. Haaaahhh??? Emang sih ngomongnya sopan, bahkan pakai kata maaf. Bagi saya sebenarnya juga gak keberatan mengeluarkan uang tersebut...taaapppiiiii...benar-benar "nggak banget" deh! Padahal berangkatnya saya naik taksi B yang tarif pertama-nya diatas tarif pertama taksi P dan GR (yang kemarin saya naiki) bayarnya nggak sampai Rp 20.000 ,-
Nah tadi siang saya naik taksi ke kantor klien dari Cihampelas. Taksi GR, memang sesuai argo dan angka di argo tidak sampai Rp 10.000 ,- dari Cihampelas sampai depan kantor klien, taaapppiiii...ditengah jalan sopirnya membuka kaca jendela besar-besar (jadi panas euy!) serta tuh sopir ogah muter alias saya diminta menyeberang jalan (jalan 2 arah) sendiri ke bangunan kantor klien. Alasannya sih pemutarannya jauh! Ckckck...jauh-pun paling tuh argo gak sampai 5 juta. Gue masih mampu bayar,Mang! ;-p

Hhmmm...benar ya quota saya di eve Magazine yang mencetuskan tentang kendaraan umum di Jakarta. Semakin cinta deh daku sama ibu kota negeri-ku yang sebenarnya masih aman dan tentram!

Monday, 24 January 2011

5 Days in Bandung : First Day

Pukul 7 pagi saya sudah bertolak dari rumah, dengan bajaj menuju Sales Counter Day Trans Shuttle Pulo Mas. Membayar tiket seharga Rp 70.000 ,- .Dalam perjalanan menuju Bandung saya duduk di seat 1 samping Driver yang sedang bekerja supaya lancar jalannya. Waw, asyik...seat-nya lega , kaca jendela dan depannya melepas pandangan - seakan saya duduk di dalam tabung kaca. Padahal si berada di Elf berwarna Oranye, tumben, biasanya merah.
Mampir beli bensin di Km 39 dan ke toilet Km 72 sampai di Bandung jam 10-an. Tepatnya di Dipati Ukur...lewat rumah keluarga Rian dan Ari. Dari Dipati Ukur saya dibantu petugas Day Trans menyetop angkot menuju Cihampelas. Berulangkali saya ke Bandung, tetapi baru kali ini datang ke Bandung sendirian. Turunlah saya pas di depan Hotel Cihampelas 1 yang sudah di-booking untuk saya selama 4 malam oleh perusahaan yang saat ini menugaskan saya mewawancarai nasabah klien-nya.

Client's Bandung Branch Office
SMS-SMSan dengan Mbak Devi yang menjadi PIC perusahaan klien.Ternyata Mbak Devi harus ke rumah sakit mengantar anaknya, jadi gak bisa menemui saya. Akhirnya jam 11an dengan mengendarai taksi GR yang distop oleh petugas hotel saya menuju kantor klien di Jl.HR.Juanda. Heraaan deh, waktu menunggu taksi khan ada taksi yang merupakan salah satu taksi favorit di Jakarta,tp petugas hotel tidak menyetopnya - menurutnya taksi tersebut tidak mau menggunakan argo! Loh????!
Sampai depan kantor klien argo belum menunjukkan angka Rp 10.000 ,- akhirnya saya suruh aja Mamang taksi-nya muter.
Di kantor klien yang terletak di Jl.Ir.H.Juanda saya ditemui oleh Branch Manager Bandung yang dengan full help menanyakan apa yang saya perlukan. Saya katakan saja bahwa saya perlu ditemani pihak Marketing pada saat wawancara dilakukan diluar kantor. Siang itu juga saya mewawancara nasabah clien yang sangat talkative dan informatif! Sebagai Interviewer Indept saya menyukai responden seperti ini ;-) Seusai wawancara di salah satu ruangan kantor tersebut saya menelpon 2 Marketing yang nasabahnya akan diwawancara siang ini, namun ternyata ke-2 nasabah tersebut reschedule. Yaaa suuuttraaa-lah saya kembali ke hotel , setelah menyusuri Jl.Dago dan membeli Cilok di dekat Jl.Dipati Ukur. Cihuy Cilok Bandung, jajanan paling enak di seluruh jagad ;-D Tukang Cilok-nya sampai melongo dagangannya saya borong gitu. Dapat bonus informasi berharga dari Tukang Cilok , yaitu informasi nomor angkot yang saya harus naiki untuk kembali ke hotel ;-)

Mini Facial @ Ristra House Cihampelas
Karena hanya mewawancara satu nasabah, siang itu saya kembali ke kamar hotel.SMSan dengan beberapa orang....en tercetuslah keinginan untuk memanfaatkan voucher mini facial yang diberikan oleh Mbak Lien beberapa bulan lalu. Kebetulan voucher berlaku di Ristra House Cihampelas Bandung. Mini Facial senilai Rp 60.000 ,- itu-pun saya manfaatkan. Jalan kaki dari hotel ...mungkin sekitar 300an meter. JJS plus mini facial. Lumayanlah, keluar dari Ristra House jadi terasa enteng...hehehe...kalau di Jakarta sulit dapetin waktu yang tepat.

Beli Ayam Texas @ Cihampelas Walk
Dari Ristra House Cihampelas, saya mampir ke Cihampelas Walk. Asli deh, baru sekali ini saya masuk ke Cihampelas Walk yang konsepnya emang tempat kongkow...Suasana-nya cozy, namun sayangnya nggak ada toko buku disana. Saya berniat membeli makanan untuk makan malam, asyiknya sih makanan khas Indonesia...tetapi dikarenakan melihat logo Texas Fried Chicken dan saya sudah lama tidak makan di fastfood tersebut, akhirnya saya malah beli Pak Eko + perkedel + chicken soup di Ciwalk deh ;-) Lagi - lagi dapat voucher 2 ayam goreng , tetapi berlaku dikunjungan berikutnya setelah kita mengisi survey-nya di internet.

Saturday, 3 April 2010

(Funeral) San Diego Hills Krawang ,Indonesia


Zaman dahulu (bahkan hingga kini) kuburan adalah salah satu hal yang menakutkan bagi sebagian orang - apalagi anak-anak. Buatku area pemakaman bukanlah sesuatu yang menakutkan...karena area tersebutlah merupakan 'halte\terminal' transit kita menuju area keabadian yang sangat indaaaah, tempat dimana kita berwisata dengan kekasih hakiki yang kita miliki...kekasih abadi.
Lebih dari 20 tahun saya menjadikan area pemakaman sebagai lokasi wisata, yakni Taman Makam Pahlawan Kalibata , disinilah jasad pria yang saya kasihi dan cintai tidur dalam kedamaian nan abadi.
Dimasa mendatang akan ada lokasi wisata baru bagi keponakan, anak dan cucu saya kelak, yakni : "San Diego Hills" yang bukan di negeri seberang, melainkan di Krawang Jawa Barat. Kakak dan ibu saya telah memesan lahan disana, dan saya juga menjadi salah satu "team promosi" yang suatu saat juga berminat membeli lahan disana, The Most Beautifull Cemetry in Indonesia.Kalau ada yang berminat wisata dan memesan lahan disana, silakan hubungi 0818477757.
'Halte' kita di dunia ini semoga menjadikan kita ke tempat yang lebih baik lagi....;-)



Ziarah sambil berenang dengan udara bersih-pun bisa!


Saturday, 27 March 2010

(Hotel)Wisata Kapuk di Bandung

Seperti di tulisan saya sebelumnya (Bandung, I'm Coming...), dimana saya menulis sekilas perjalanan ke Bandung, yang awalnya ingin menghirup kesegaran udara daerah perkebunan Pengalengan namun terdampar di tengah kota Bandung dan Lembang. Jadilah kami terdampar di 2 hotel berbintang 4 tanpa terencana sama sekali. Suatu keterdamparan yang menyenangkan, tentunya ;-D Kalau terdamparnya harus tidur di trotoar jalan atau halte bus full preman khan tidak menyenangkan, sedangkan terdampar di hotel bintang empat??? Nikmatin aja deeeeh....


GARDEN PERMATA HOTEL (*4)
Mengetahui hotel ini saat melihat bilboard di jalan toll memasuki Bandung. Begitu menelpon hotel tersebut ternyata sebelumnya Mas Tunggal sudah menyimpan nomor telepon hotel tersebut di phone book hape-nya. Entah kapan menyimpannya.
Memasuki halaman hotel, terkesan bukan hotel baru nan modern – tetapi begitu memasuki lobby-nya barulah terasa ‘welcome’ banget nih hotel! Pelayanannya nggak banyak basa – basi namun tetap bersikap ramah terhadap para tamu. Kesan traditional pada interior-nya juga kental. Beberapa lukisan yang terpajang dijual, terlihat dari nilai nominal yang dicantumkan di bingkai lukisan tersebut. Sofa di lobby juga cozy untuk tamu yang ingin leyeh-leyeh menanti keluarganya yang masih berada di luar maupun turun dari kamar. Bahkan begitu selesai check in Mbak Rita langsung turun dari kamar yang kami tinggali di lantai 3 untuk duduk-duduk di lobby. Malam-nya dan paginya saya juga membawa buku bacaan yang saya bawa dari Jakarta, kemudian membacanya di lobby tersebut. Membaca atau menelpon beberapa teman di Cimanggis – Jawa Barat dan Sidoarjo – Jawa Timur.
Hari pertama di Bandung kami dinner di dekat Gedung Sate bersama Om Fakih sekeluarga. Naik Xenia berkapasitas muatan Alphard...hahaha....Mobil Tavera khan ngadat sehingga harusnya mengalami ‘rawat inap’ di Bandung.
Usai breakfast di resto-nya saya menuju lobby...duduk-duduk sambil ngobrol melalui sambungan telepon dengan Rahyudhy (Jakarta) dan Ardian Yunianto (Surabaya). Sederetan dari tempat saya duduk terlihat Sekar dan keluarga Om Fakih tengah bermain bilyard. Om Fakih sempat menawarkan saya bermain bilyar, masih ada tongkat yang tersisa – tetapi berhubung saya perlu merefresh tatacara permainan bilyard, dengan halus saya mengatakan bahwa saya nggak perlu dilibatkan dalam permainan mereka...;-) Hati kecil sih sebenarnya pengen juga....;-D
Siang itu kami pindah ke Lembang. Kali ini saya, Owien dan Mas Tunggal sekeluarga naik mobil Om Yanuar yang datang bersama keluarga. Tavera kami titipkan ke security Garden Permata Hotel. Bravo banget deh untuk para security hotel tersebut yang menolak tips karena sudah dititipkan mobil. Dengan kejujuran dan tanggung jawab mereka menjaga mobil Tavera tanpa berharap materi. Serah terima dan meminta tanda tangan ke Mas Tunggal ketika mobil kami angkut dengan jasa pengangkutan, mereka dengan halus menolak tips yang disodorkan. Oke banget deh, padahal saat mobil ditinggal itu khan kami sudah tidak bermalam di hotel tersebut. So dengan system begitu kami berharap jika kami ke Bandung akan menginap di hotel ini lagi, at least kami akan rekomendasikan ke rekan.

Kalau mau honeymoon di hotel ini juga asyik loh ;-) Check aja di : SINI

HOTEL PUTRI GUNUNG LEMBANG (*4)
Naik Kijang-nya Om Yanuar dan keluarga menuju Lembang. Sempat mampir untuk lunch di Warung Nasi Ampera. Sesampainya diparkiran Hotel Putri Gunung Lembang petugas hotel menyambut kami dengan membawa gerobak! “Lucu” yah? Gerobak tersebut untuk mengangkut bawaan kami, travel bag dan aneka pernak-pernik lain sehingga kami jalan menuju ke kamar hanya dengan menenteng camera plus handphone – pokoknya apa saja deh yang emang mau kita tenteng ndiri. Sekar dan beberapa anak-anak dari para Om membawa PS, netbook, hape, camera digital pocket dan aneka gadge yang mereka pelototin begitu sampai di ‘living room’ depan bawah kamar kami.
Hotel-nya asyik – Iyalah, bintang 4 gitu loh! Owner-nya masih merupakan teman dari salah satu karib Om Pramugara yang sedang bersama kami, jadilah kami menginap disana dengan “harga teman”...hehehe....Saya satu kamar dengan Owien. Walau bintang 4, kamar kami tanpa AC...udaaah diiingiiin gituh,en bahkan udaranya segar. Begitu membuka pintu balkon dihadapan kami terhampar farm dan lambaian pohon Cemara. Berada disana kami seakan membooking area hotel tersebut...area kamar kami memang agak terpisah dari kamar public.
Menjelang sore kami menuju “farm” milik hotel. Aneka tumbuhan sayuran, buah-buahan ditanam di area tersebut. Waw...segar dan sejuk...andaikan semua hotel di Indonesia mengembang biakkan aneka tanaman seperti hotel ini, tentu Indonesia semakin asri dan memiliki ciri khas wisata (apalagi andai tanamannya macam ‘apotik hidup’ atau sayuran tropis!). Bahkan di area hotel terdapat semacam rumah tanaman dengan aneka jenis bunga-bungaan, diantaranya bunga Anggrek.

Tak jauh dari rumah tanaman tersebut, terdapat kandang kuda. Jadilah rombongan kami, yang kebanyakan anak-anak dengan kegirangan tersendiri memberi makan kuda milik hotel tersebut. Pawang-nya juga membuat kuda tersebut beratraksi! Hehehe...so berasa lihat lambang Ferari deh kita....

Foto : Di satu sudut kamar Garden Permata Hotel