Saya baru mengetahui bahwa Hari
Hepatitis Sedunia diperingati setiap tahunnya pada tanggal 28 Juli. Momen
ini merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
Indonesia mengenai penyakit Hepatitis. Jujur saya baru mengetahui penyakit
Hepatitis saat mengikuti Forum Diskusi dengan tajuk Peranan Uji Diagnostik Dalam Memerangi Hepatitis yang berlangsung di
Cocowork Plaza Kuningan Jakarta pada tanggal 24 Juli 2018. Sepertinya saya
harus lebih peduli terhadap Hepatitis ini karena tidak ada gejala khusus yang
ada pada orang yang mengidap Hepatitis. Hanya satu cara untuk mengetahui apakah
seseorang terkena penyakit ini, yaitu melakukan test hepatitis khusus.
Teknologi kesehatan telah berkembang sangat pesat, maka marilah kita sebagai
masyarakat Indonesia memanfaatkan berbagai teknologi ini untuk mengatasi
berbagai masalah kesehatan.
Apalagi, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia menargetkan Indonesia bebas Hepatitis pada 2020. Philips
Indonesia berkomitmen untuk membantu menciptakan Indonesia yang lebih sehat
dengan melakukan edukasi untuk menekankan pentingnya pencegahan penyakit,
menular maupun tidak menular. Dengan teknologi tinggi-nya Philips Indonesia
telah memasarkan produk kesehatannya yang salah satu-nya alat deteksi atau test
Hepatitis ini.
Pada kesempatan forum diskusi
siang itu hadir sebagai pembicara Presiden Direktur Philips Indonesia, Suryo
Suwignjo beserta 2 pakar di bidangnya, yaitu Direktur Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular Langsung, dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes dan dr.
Irsan Hasan SpPD-KGEH , Spesialis penyakit dalam yang juga merupakan Ketua PB
Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia
Dalam memperingati Hari Hepatitis
Sedunia ini, Philips Indonesia ingin meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau
melakukan deteksi dini dengan cara dan alat apa saja, sesuai kemampuan dan
kebutuhan mereka. Tidak harus dengan teknologi yang dimiliki Philips Indonesia,
karena alat deteksi dini Hepatitis ini umumnya di beli oleh rumah sakit atau
klinik kesehatan yang banyak menggunakan alat tersebut. Periksakan diri sedini
mungkin hepatitis yang ada dalam diri kita masing-masing karena tahun 2030
dicanangkan sebagai Tahun Eliminasi Hepatitis. Tentunya Indonesia sebagai salah
satu pencetus WHA Resolution bersama Brazil dan Columbia harus berkomitmen
membersihkan negaranya dari penyakit hepatitis.
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes, Hepatitis B memiliki jumlah penderita terbanyak, yaitu sebesar 7,1%, sementara Hepatitis C memiliki jumlah penderita sebesar 1% dari 250 juta penduduk Indonesia dan cenderung terjadi pada para drug user. Ia juga mengakui tidak ada data pasti mengenai jumlah penderita Hepatitis. Namun jika memperkirakan dari 1% jumlah penderita Hepatitis C saja, maka ada sekitar 2,5 juta orang penderita. Dan diperkirakan hanya 3000 orang yang menyadari dan berusaha mendapatkan pengobatan.
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes, Hepatitis B memiliki jumlah penderita terbanyak, yaitu sebesar 7,1%, sementara Hepatitis C memiliki jumlah penderita sebesar 1% dari 250 juta penduduk Indonesia dan cenderung terjadi pada para drug user. Ia juga mengakui tidak ada data pasti mengenai jumlah penderita Hepatitis. Namun jika memperkirakan dari 1% jumlah penderita Hepatitis C saja, maka ada sekitar 2,5 juta orang penderita. Dan diperkirakan hanya 3000 orang yang menyadari dan berusaha mendapatkan pengobatan.
Perlu pula diketahui bahwa
penyakit Hepatitis, khususnya kanker
hati (yang tahap awal biasanya dari
hepatitis) vatalitasnya ke-2 di Indonesis. Sirosis termasuk 10 penyakit besar yg
menghabiskan dana BPJS. Cangkok hati sebagai upaya penyembuhan penyakit ini
memerlukan dana 4 milyar perorang . Jikalau dicover oleh dana BPJS maka
tentunya akan membuat BPJS kewalahan dalam segi pembiayaan. Berarti hal ini
dapat mengganggu perekenomian negara. Dana tersebut lebih baik digunakan
sebagai dana kesejahteraan lainnya.
Karena itulah maka program
awareness terhadap Hepatitis sedang gencar dikampanyekan. Program yang dapat
dilakukan dibagi menjadi dua, promotif (contoh: sosialisiasi hepatitis) dan
preventif (screening gratis). Tahun ini, Kementerian Kesehatan akan menarik 5
juta ibu hamil untuk screening Hepatitis demi mencegah penularan Hepatitis dari
ibu ke bayi. Ibu hamil sangat dianjurkan mengikuti screening pencegahan
hepatitis agar tidak menular ke bayi-nya apabila si Ibu mengidap hepatitis.
Banyak pengidap Hepatitis yang
tidak melanjutkan pengobatan karena mengalami diskriminasi di tempat kerja,
bahkan 1 dari 3 orang merahasiakan penyakit Hepatitis dari keluarganya. Hal
tersebut tentunya tidak perlu terjadi sebelum berdampak menyusahkan keluarga
dan orang lain di kemudian hari. Oleh karenanya tindakan preventif benar-benar
harus dilakukan dari diri kita sendiri. Kini telah terbentuk banyak komunitas
kesehatan, salah satunya Komunitas Peduli Hepatitis. Komunitas ini banyak
membantu pengidap hepatitis untuk registrasi mendapatkan pengobatan.
Menurut dr. Irsan Hasan,
SpPD-KGEH, pengobatan Hepatitis telah mengalami kemajuan dalam 15 tahun, karena
telah ada berbagai metode pengobatan seperti operasi. Tetapi tidak terdapat
peningkatan signifikan kesintasan satu tahun setelah 15 tahun berlalu.
Saat ini, kalangan professional
di bidang liver/peneliti hati mewaspadai penyakit perlemakan hati yang dapat
memicu hepatitis. Perlemakan hati ini dianggap berbahaya karena selain
penderita cenderung tidak merasakan gejala seperti penyakit Hepatitis lainnya,
perlemakan hati juga tidak dapat terdeteksi dari tes darah. Perlemakan hati,
yang dapat disebabkan oleh konsumsi alcohol berlebih, pola makan rendah protein
dan kegemukan, hanya bisa dideteksi menggunakan USG atau CT scan hati. Untuk
itu, dr. Irsan menyarankan kepada kelompok berisiko ini untuk mendapatkan USG
abdomen sebagai upaya deteksi dini.
Suryo Suwignjo juga menghimbau
masyarakat untuk mulai proaktif mendapatkan deteksi dini untuk mencegah
penyakit Hepatitis, dan selalu menjaga pola hidup sehat. Mengajak masyarakat
untuk meningkatkan dan menjaga pola hidup sehat merupakan fokus Royal Philips pada
saat ini. Dahulu kita mengenal tagline-nya “Terus Terang Philips Terang Terus”
dan kini Philips menjadi perusahaan teknologi kesehatan terkemuka yang berfokus
pada peningkatan kesehatan masyarakat dan memungkinkan hasil yang lebih baik di
sepanjang rangkaian layanan kesehatan, mulai dari gaya hidup sehat, pencegahan,
diagnosis, pengobatan hingga perawatan di rumah. Philips memanfaatkan teknologi
canggih serta pemahaman mendalam secara klinis maupun mengenai konsumen untuk
memberikan solusi yang terintegrasi. Perusahaan ini adalah pemimpin dalam
pencitraan diagnostik, terapi dipandu citra, pemantuauan pasien dan informatika
kesehatan, serta kesehatan konsumen dan perawatan di rumah. Berkantor pusat di
Belanda, Philips mencapai penjualan pada tahun 2016 sebesar EUR 17,4 miliar dan
mempekerjakan sekitar 71.000 karyawan dengan penjualan dan layanan pada lebih
dari 100 negara.
Berarti tidak perlu heran yach
mengapa Philips Indonesia mengadakan Forum Diskusi Kesehatan karena kini
Philips memang masih terang terus menerangi masyarakat Indonesia agar selalu
sehat sejahtera.
No comments:
Post a Comment