Tuesday 31 July 2018

Memanfaatkan Teknologi Untuk Hidup Sehat Tanpa Hepatitis

Saya baru mengetahui bahwa Hari Hepatitis Sedunia diperingati setiap tahunnya pada tanggal 28 Juli. Momen ini merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia mengenai penyakit Hepatitis. Jujur saya baru mengetahui penyakit Hepatitis saat mengikuti Forum Diskusi dengan tajuk Peranan Uji Diagnostik  Dalam Memerangi Hepatitis yang berlangsung di Cocowork Plaza Kuningan Jakarta pada tanggal 24 Juli 2018. Sepertinya saya harus lebih peduli terhadap Hepatitis ini karena tidak ada gejala khusus yang ada pada orang yang mengidap Hepatitis. Hanya satu cara untuk mengetahui apakah seseorang terkena penyakit ini, yaitu melakukan test hepatitis khusus. Teknologi kesehatan telah berkembang sangat pesat, maka marilah kita sebagai masyarakat Indonesia memanfaatkan berbagai teknologi ini untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan.



Apalagi, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menargetkan Indonesia bebas Hepatitis pada 2020. Philips Indonesia berkomitmen untuk membantu menciptakan Indonesia yang lebih sehat dengan melakukan edukasi untuk menekankan pentingnya pencegahan penyakit, menular maupun tidak menular. Dengan teknologi tinggi-nya Philips Indonesia telah memasarkan produk kesehatannya yang salah satu-nya alat deteksi atau test Hepatitis ini.
Pada kesempatan forum diskusi siang itu hadir sebagai pembicara Presiden Direktur Philips Indonesia, Suryo Suwignjo beserta 2 pakar di bidangnya, yaitu Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes dan dr. Irsan Hasan SpPD-KGEH , Spesialis penyakit dalam yang juga merupakan Ketua PB Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia


Dalam memperingati Hari Hepatitis Sedunia ini, Philips Indonesia ingin meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau melakukan deteksi dini dengan cara dan alat apa saja, sesuai kemampuan dan kebutuhan mereka. Tidak harus dengan teknologi yang dimiliki Philips Indonesia, karena alat deteksi dini Hepatitis ini umumnya di beli oleh rumah sakit atau klinik kesehatan yang banyak menggunakan alat tersebut. Periksakan diri sedini mungkin hepatitis yang ada dalam diri kita masing-masing karena tahun 2030 dicanangkan sebagai Tahun Eliminasi Hepatitis. Tentunya Indonesia sebagai salah satu pencetus WHA Resolution bersama Brazil dan Columbia harus berkomitmen membersihkan negaranya dari penyakit hepatitis.

Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes, Hepatitis B memiliki jumlah penderita terbanyak, yaitu sebesar 7,1%, sementara Hepatitis C memiliki jumlah penderita sebesar 1% dari 250 juta penduduk Indonesia dan cenderung terjadi pada para drug user. Ia juga mengakui tidak ada data pasti mengenai jumlah penderita Hepatitis. Namun jika memperkirakan dari 1% jumlah penderita Hepatitis C saja, maka ada sekitar 2,5 juta orang penderita. Dan diperkirakan hanya 3000 orang yang menyadari dan berusaha mendapatkan pengobatan.
Perlu pula diketahui bahwa penyakit Hepatitis, khususnya  kanker hati  (yang tahap awal biasanya dari hepatitis) vatalitasnya ke-2 di Indonesis. Sirosis termasuk 10 penyakit besar yg menghabiskan dana BPJS. Cangkok hati  sebagai upaya penyembuhan penyakit ini memerlukan dana 4 milyar perorang . Jikalau dicover oleh dana BPJS maka tentunya akan membuat BPJS kewalahan dalam segi pembiayaan. Berarti hal ini dapat mengganggu perekenomian negara. Dana tersebut lebih baik digunakan sebagai dana kesejahteraan lainnya.
Karena itulah maka program awareness terhadap Hepatitis sedang gencar dikampanyekan. Program yang dapat dilakukan dibagi menjadi dua, promotif (contoh: sosialisiasi hepatitis) dan preventif (screening gratis). Tahun ini, Kementerian Kesehatan akan menarik 5 juta ibu hamil untuk screening Hepatitis demi mencegah penularan Hepatitis dari ibu ke bayi. Ibu hamil sangat dianjurkan mengikuti screening pencegahan hepatitis agar tidak menular ke bayi-nya apabila si Ibu mengidap hepatitis.
Banyak pengidap Hepatitis yang tidak melanjutkan pengobatan karena mengalami diskriminasi di tempat kerja, bahkan 1 dari 3 orang merahasiakan penyakit Hepatitis dari keluarganya. Hal tersebut tentunya tidak perlu terjadi sebelum berdampak menyusahkan keluarga dan orang lain di kemudian hari. Oleh karenanya tindakan preventif benar-benar harus dilakukan dari diri kita sendiri. Kini telah terbentuk banyak komunitas kesehatan, salah satunya Komunitas Peduli Hepatitis. Komunitas ini banyak membantu pengidap hepatitis untuk registrasi mendapatkan pengobatan.
Menurut dr. Irsan Hasan, SpPD-KGEH, pengobatan Hepatitis telah mengalami kemajuan dalam 15 tahun, karena telah ada berbagai metode pengobatan seperti operasi. Tetapi tidak terdapat peningkatan signifikan kesintasan satu tahun setelah 15 tahun berlalu.
Saat ini, kalangan professional di bidang liver/peneliti hati mewaspadai penyakit perlemakan hati yang dapat memicu hepatitis. Perlemakan hati ini dianggap berbahaya karena selain penderita cenderung tidak merasakan gejala seperti penyakit Hepatitis lainnya, perlemakan hati juga tidak dapat terdeteksi dari tes darah. Perlemakan hati, yang dapat disebabkan oleh konsumsi alcohol berlebih, pola makan rendah protein dan kegemukan, hanya bisa dideteksi menggunakan USG atau CT scan hati. Untuk itu, dr. Irsan menyarankan kepada kelompok berisiko ini untuk mendapatkan USG abdomen sebagai upaya deteksi dini.
Suryo Suwignjo juga menghimbau masyarakat untuk mulai proaktif mendapatkan deteksi dini untuk mencegah penyakit Hepatitis, dan selalu menjaga pola hidup sehat. Mengajak masyarakat untuk meningkatkan dan menjaga pola hidup sehat merupakan fokus Royal Philips pada saat ini. Dahulu kita mengenal tagline-nya “Terus Terang Philips Terang Terus” dan kini Philips menjadi perusahaan teknologi kesehatan terkemuka yang berfokus pada peningkatan kesehatan masyarakat dan memungkinkan hasil yang lebih baik di sepanjang rangkaian layanan kesehatan, mulai dari gaya hidup sehat, pencegahan, diagnosis, pengobatan hingga perawatan di rumah. Philips memanfaatkan teknologi canggih serta pemahaman mendalam secara klinis maupun mengenai konsumen untuk memberikan solusi yang terintegrasi. Perusahaan ini adalah pemimpin dalam pencitraan diagnostik, terapi dipandu citra, pemantuauan pasien dan informatika kesehatan, serta kesehatan konsumen dan perawatan di rumah. Berkantor pusat di Belanda, Philips mencapai penjualan pada tahun 2016 sebesar EUR 17,4 miliar dan mempekerjakan sekitar 71.000 karyawan dengan penjualan dan layanan pada lebih dari 100 negara.
Berarti tidak perlu heran yach mengapa Philips Indonesia mengadakan Forum Diskusi Kesehatan karena kini Philips memang masih terang terus menerangi masyarakat Indonesia agar selalu sehat sejahtera.

No comments:

Post a Comment