Sunday 27 February 2011

Medan : Kamar Hotel Tanpa Jendela



Sama seperti di Jogjakarta, maka di Medan saya juga menginap di 2 hotel yang berada di ibu kota Sumatera Utara ini. Hotel pertama tempat saya bermalam dari tanggal 20 - 23 February 2011 di Hotel My Dream yang terletak di Jl.Surabaya Medan. Sebenarnya saya merasa nyaman di hotel yang belum genap setahun di Medan ini. Di lobby-nya saya bisa berselancar internet dengan monitor flat dengan tenang plus gratis, bahkan saat saya perlu mentransfer files dari MP3 ke flashdisk petugas front office-nya membantu di PC business centre-nya dengan gratis pula.Lantai kamar tanpa karpet, granit (?) hitam, tapi tamu disediakan sandal jepit oranye yang unik.Tanpa lemari tetapi ada semacam partisi untuk meletakkan pakaian. Terdapat jendela mungil yang tidak dapat dibuka, tapi view-nya hanya toko-toko model kuno...Yang mengesankan dari kamar hotel ini adalah ketika petugasnya (yang juga menjemput saya di airport dengan tariff Rp 20.000 ,-...murah khan? ;)) menunjukkan stiker sign kiblat yang terdapat di salah satu sudutnya. Di dinding kamar iuga terdapat foto istana Maimon, salah satu landmark kota Medan - memunculkan aura wisata bagi kamar tersebut.Bravo!

Receptionist Hermes Palace Hotel Medan

Nah, ketika pindah hotel ke Hermes Palace Hotel Medan yang front office desk-nya mirip desk Customer Service suatu bank saya sempat terperanjat melihat kamarnya yang lumayan mewah.Bukan...bukan lantaran saya norak...hotel berbintang 5+ sudah berulangkali saya inapi...hehehe,tapi saya terperanjat karena melihat kamar tersebut yang tidak memiliki jendela! Heleh...heleh...di bioskop lagi tayang film 'Rumah Tanpa Jendela', (katanya) kisah rakyat miskin yang menginginkan jendela di rumahnya - eh kok kamar hotel yang tarif semalamnya setengah juta rupiah (1 malam bisa untuk beli jendela sederhana ya? ;-D) nggak memiliki jendela?
Kamar yang saya inapi dari tanggal 23 - 26 February 2011 ini lumayan lengkaplah fasilitasnya, bahkan ada hairdryer segala yang biasanya standard fasilitas bintang 4 - 5, karpet tebal halus bergambar bunga (karena inikah tak disediakan sandal kamar?),wall paper, kulkas, coffee maker, tv flat nempel tembok, sambungan internet (yang sayangnya saat itu saya gak bawa laptop/notebook - kesannya gak niat kerja banget yak?!), perlengkapan bathroom yang bertuliskan Hotel Hermes Banda Aceh (Mungkin yang Medan belum "naik cetak"),AC split (Yang ini mutlak ada!), bed ukuran king yang bedcover-nya empuk abiiiiizzz (bulu angsa walau bukan bulu angsa kwalitas nomor satu....yang jelas ini membuat saya nyyyuuuuaaammmaaaan. Sudah lama tidak tidur berbalut bulu angsa...hahaha,so saya pasang temperatur 18 AC dan meringkel di dalam bedcover...nyeeeesss ;-D). Aaaah,kenapa gak ada jendela sih? Gak bisa mematikan lampu total deh! Keapikkan kamar yang tidak dapat dinikmati oleh orang yang phobi terhadap ruang tertutup, dan tidak dapat menikmati kota Medan dari jendela kamar...yah walaupun KOTA Medan tidak ada indah-indahnya deh. Saat breakfast di rooftop barulah saya puas-puasin menikmati kesemrawutan kota Medan dari atas (di lantai P - diatas lantai 10).

Di kedua hotel ini saya mendapat tarif corporate, karena yang booking hotelnya juga pihak klien. Sayangnya, walau hotel ini konon milik orang Aceh,tapi kok nggak ada aura keindonesiaannya ya? Bahkan sign arah kiblat ngumpet di dalam laci...hhmmm...

Tuesday 22 February 2011

Alarm Bencana di Amaris Hotel

Ketika itu hari Sabtu 12 February 2011- usai breakfast saya kembali ke kamar tempat saya bermalam di Amaris Hotel Jogjakarta.HP yang tertinggal di kamar saat saya breakfast layarnya menunjukkan 8 miskol.Dan ketika saya sedang menerima telpon dari Dina untuk membicarakan pertemuan dan aneka rencana kita di Bali tiba-tiba terdengar alarm yang sangat keras.
Wuuuiiii...keingetan bahwa Jogjakarta sedang kerapkali terjadi bencana. Saya membuka pintu...dan semua tamu berhamburan keluar kamar dengan pakaian "seadanya".Bukannya ikut lari saya justru kembali masuk ke kamar...mengangkut tas dan barang-barang yang berserakan di tempat tidur. Heboooh...Saya langsung mengakhiri percakapan telepon tersebut, kemudian turut berlari keluar kamar dengan beberapa bawaan di tangan. Lihat tamu yang berhamburan keluar, rasanya hanya saya yang sempat membawa aneka barang di tangan ;->
Belum mencapai tangga (tentunya kami menghindari lift) petugas hotel yang berseragam sporty muncul dan meminta maaf karena alarm tersebut "salah"...katanya sih karena ada yang memanggang roti untuk breakfast sampai mengeluarkan asap...ckckck....
Kembali ke kamar sambil cekikikan geli...apalagi begitu membuka tas yang tadi sempat saya bawa lari, ternyata remote TV dan remote AC turut saya masukkan ke dalam tas....hahaha (sumpah gue bukan klepto!) , eh kok malah files laporan keuangan project IDI Canary, MP3 dan files penting hasil kerjaan saya yang terdapat di meja nggak keangkut...hahaha...fatal amat tuh kalau kejadian yang tidak diinginkan itu terjadi.
Saya langsung sms Dina agar dia menelpon saya lagi. Jadi bahan ketawaan orang-orang yang saya ceritakan deh ah! :D

Kejadian ini membuat saya "kebal" terhadap alarm bencana. Yang jelas, saya jadi peduli terhadap papan di balik pintu setiap hotel, Petunjuk emergency exit. Namun suatu malam di Hotel My Dream Medan saya mendengar alarm bencana, dengan santai saya melanjutkan nonton televisi. Bahkan ketika suatu pagi, menjelang breakfast di Hotel My Dream Medan baru saja saya masuk ke lift sendirian, saya mendengar alarm peringatan...Lah udah kepalang di dalam lift saya cuek aja....Mosoq sih harus kembali ke kamar en ambil barang-barang? Sampai di lobby saya melihat banyak tamu dan petugas yang santai-santai saja. Berarti alarm yang berbunyi hanya di lantai 5, di lantai kamar saya berada. Tuuh, gak ada apa-apa khan?!

Sunday 20 February 2011

Ini Medan,Bung!

Sebelum saya menceritakan kisah perjalanan tugas saya di kota-kota sebelumnya, maka izinkan saya memberi kabar bahwa hari ini saya telah tiba dengan selamat di ibukota Sumatera Utara, MEDAN. Ini kunjungan pertama saya di kota ini, padahal banyak kerabat bahkan 'Sang Mantan' lahir di kota ini.

Pesawat Lion Air tujuan Banda Aceh mampir ke Medan untuk menurunkan saya (dan penumpang lain yang tujuan Medan, tentunya). Ampun dah di pesawat tadi saya menjadi penumpang seat terakhir, seat nomer 39F - pojok belakang mentok dan memang merupakan nomer terakhir di aircraft tersebut! Hendra, cowok di sebelah saya senantiasa mengajak saya mengobrol - padahal dia ber-5 dengan teman-temannya yang mirip 'Sm*sh Separuh Baya'...hehehe. Pakek ngoceh-ngoceh bahasa Hokian pulak!

Pesawat yang dikaptenin oleh Capt.Luki Lukardi mendarat dengan baik walaupun sempat mengalami 2x masuk dalam kondisi cuaca buruk. Dengan cepat pula saya menemukan tas saya di conveyor bagage. Mudah pula menemukan cowok yang bertuliskan nama hotel dan nama saya di depan pintu masuk....Duh,Guuuusstttiiii,ganteng en manis juga nih cowok yang menjemput. Dengan kecentilan di mobil saya duduk di sampingnya.Eh, setelah check in dia kok masih megangin tas saya. Ampun dah, ternyata dia pula yang mengantar saya masuk ke kamar...weleh,weleh,untung imanku kuat (weks!).

Saya langsung mandi dan pukul 07:17 PM ada SMS masuk ke nomer GSM : Mba anna,sudah tiba dihotel mba?

Yup, SMS dari Natasha, Promotion Executive perusahaan klien untuk wilayah Medan - yang dengan berbaik hati mem-booking-kan saya hotel. Saya pesan 2 hotel sekaligus, salah satunya hotel yang sekarang saya berada yaitu : My Dream Hotel Medan.

Meja kerja saya selama di My Dream Hotel, Medan SUMUT

Sekarang saya mau cari makanan dulu deh, di cafe hotel ini sepertinya harga makanan tak terlalu mahal. Barusan udah jalan sebentar ke Jln Semarang yang jadi salah satu pusat kuliner Medan. Tapi saya agak "curiga" karena suasana pecinan-nya sangat kental.Besok aja deh kelilingnya setelah tanya-tanya ke klien. Barusan Dian yang kelahiran sini aja menelpon dan waktu saya tanya dia gak ngerti apa dan bagaimana kota ini, alasannya : "Aku khan cuma mbrojol disana, jadi udah gak ingetlah...."

Monday 14 February 2011

Penerbangan Menawan di Hari Kasih Sayang

Awalnya saya merasa under estimate begitu mengetahui perjalanan udara Semarang - Denpasar harus saya tempuh dengan menggunakan aircraft ATR 72 - 500. Pesawat yang baling-baling-nya masih terlihat jelas,seperti baling-baling milik Doraemon ;-D
Hari masih gelap ketika saya meninggalkan Raden Patah Semarang menuju Ahmad Yani Airport dengan taksi Kosti yang dipesan oleh Tutur yang saat itu menjadi Front Officer. Hhhmmm...baru sekali-kali-nya nih di Ahmad Yani Airport Semarang (konon the most dangerous (for flight) airport in Indonesia....sssttt ;-D) tanpa keluarga atau teman.

Tanpa delay kami memasuki pesawat terbang dengan berjalan kaki. Masuk dari pintu belakang yang merupakan satu-satunya akses masuk ke cabin. Sesuai pesanan ketika check in, saya mendapat seat nomer 12F. Konfigurasi 2 - 2 dengan 20 barisan. "Lucu" rasanya begitu melongok ke luar dan melihat wings aircraft berada di atas kepala dengan baling-baling yang transparan.
Rasa under estimate saya benar-benar terpatahkan oleh baling-baling yang transparan itu ;-) Entahlah, barangkali kapten penerbangannya yang memang sudah sangat mengenal akan pesawat yang ia bawa. Saya merasakan kehalusan ketika pesawat take off meninggalkan runway Ahmad Yani Airport, merasakan kelembutan ketika pesawat menembus awan dan maintan di ketinggian 17.500 kaki.

Keindahan nan Sempurna
Dengan maintain yang tidak setinggi pesawat jenis Boeing atau Airbus kami dapat memandang beberapa puncak gunung di Jawa. Ketika saya samar-samar melihat satu puncak gunung, saya baru berpikir,"Duh,andaikan di hari Kasih Sayang ini saya dapat berada di cockpit tentu-nya saya bisa menanyakan nama gunung tersebut!". Ada pula pikiran,"Waduuuh, kalau ada GPS asyik banget nih!". Apalagi daratan masih samar terlihat dari jendela pesawat. Memang tidak terlihat "padang masyar" yang biasanya saya lihat ketika naik pesawat besar lainnya, namun penerbangan kali ini terasa indah. Saya tidak merasakan "jedukan" sedikitpun! Awan putih yang biasanya menggoncangkan pesawat ketika pesawat menembusnya kali ini saya rasakan membelai wajah saya ;-)

Ketika saya sedang bertanya-tanya dan menikmati puncak gunung yang terlihat tiba-tiba kapten pesawat berbicara. Saya yakin perjalanan masih di Pulau Jawa, saya yakin udara sangat cerah sehingga sang kapten tidak perlu menenangkan kami dan menginstruksikan cabin flight untuk duduk di seat-nya.Atau sang kapten ingin bernyanyi??? Lebih nggak mungkin kaaalliiii...;-D Cruuiing..tongkat nenek peri baik hati kembali beraksi ; Sang Kapten menjelaskan kepada kami bahwa gunung yang baru saja kami lewati adalah Gunung Bangil...mungkin Gunung yang berada di Bangil-kah? Karena saya cari-cari info soal Gunung Bangil nggak ditemukan di Google. Daaaannn di samping kanan kami tampak 2 puncak gunung yang lebih tinggi lagi, yakni : Gunung Semeru yang di puncaknya terpayungi oleh awan. Kweeerreeen...Maak, aye terbang lebih tinggi dari MAHAMERU neeh!!! Puncak Semeru nyata di depan mata, gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 3676 meter dari permukaan laut. Huhuhu, Mahameru,sungguh kuterharu memandangmu. Apalagi seat yang kududuki tepat di sebelah kanan sehingga tak ada yang menghalangi pandangan.

Tuesday 1 February 2011

Sparkling Surabaya 2011


Di bulan November saya membaca salah satu majalah wisata yang terdapat iklan mengenai 'Sparkling Surabaya 2011'. Jadilah saya bertekad di tahun 2011 saya harus ke Surabaya, kota full kenangan untuk saya pribadi! Walaupun soal slogan 'Sparkling Surabaya' sudah berpendar di tahun sebelumnya. 6 tahun sudah saya tidak mengunjungi kota ini. Terakhir kali ke Surabaya di bulan January 2005 - janjian dengan Ardian Yunianto yang entah kesambet apa ketika itu bersikeras menemui saya di Surabaya. Tahun 2005 saya hanya janjian di daerah Manyar, kemudian menonton film di Tunjungan Plaza dan Delta Surabaya Plaza secara marathon. Film-nya apa saja saya sudah lupa! Malam itu juga kami berdua naik bis eksekutif malam ke Semarang. See...dengan cara visit demikian bagaimana saya bisa mengenang masa kecil saya nan indah di Surabaya?
Cruuuiing, tongkat nenek peri bekerja terhadap tekad saya! Tanggal 12 January 2011 di Exelco Intiland Jakarta saya ditugaskan untuk Indepht Interview di 7 kota Indonesia. Salah satu-nya Surabaya. Yiiipppiiii...kesampai'an deh visit ke Surabaya , Sparkling Surabaya 2011.

Bobo' on Flight
Berangkat dari rumah jam 4 pagi, memesan Taxiku dan langsung meluncur menuju Bandara SoeTa melalui toll. Turun di Terminal 1 A, Check In dan mendapat nomer seat 22 A. Kali ini on board-nya ontime, Lion Airline JT 748. Jenis pesawat B 737 -900 ER yang gede di body doang, tapi tempat duduk-nya sempit dan keras! Tapi herannya saya justru baru sekali ini menempuh flight dalam negeri hingga tertidur. Ngantuk euy! Gak ada "gangguan" dikasih minum or makanan dari pramugara/i-nya. Jadi ujug-ujug....'bledug', kaget saya melek dan melongok ke window,"Loh kok udah landing?!" Huahahaha...baru kali ini saya terbang tanpa merasakan keindahan trafic pattern!
Di Bandara Juanda Surabaya Bimo dan Fajar sudah menjemput, berderet bersama para sopir taksi gelap. Hehehe, mereka ngebecanda-in saya,"Mbak , taksi, Mbak....Taksi." Menawarkan bergantian dengan sopir taksi sesungguhnya. Dasar! ;-D Si Mitsubihi Galant yang biasa kami naiki di Jakarta kini sudah berada di Surabaya.


BREAKFAST PERTAMA DI SURABAYA
Breakfast pertama di Surabaya kami bertiga makan Bubur Ayam di Gayung Sari, dekat tempat tinggal Bimo. Sebelumnya kami berhenti di Mesjid Akbar Surabaya yang megah. Saya dengan narsisnya minta difoto dengan latar mesjid tersebut.

Setelah makan pagi kami menuju mess tempat tinggal Bimo. Oh ya sebelumnya kami sempat mampir di-kost Fajar di bilangan Sedati dekat dengan bandara.
Pokoke sehari penuh, di hari Minggu kami jalan menyusuri Surabaya hingga Pulau Madura. Ceritanya nanti-nanti aja yo! ;-D