Sama seperti di Jogjakarta, maka di Medan saya juga menginap di 2 hotel yang berada di ibu kota Sumatera Utara ini. Hotel pertama tempat saya bermalam dari tanggal 20 - 23 February 2011 di Hotel My Dream yang terletak di Jl.Surabaya Medan. Sebenarnya saya merasa nyaman di hotel yang belum genap setahun di Medan ini. Di lobby-nya saya bisa berselancar internet dengan monitor flat dengan tenang plus gratis, bahkan saat saya perlu mentransfer files dari MP3 ke flashdisk petugas front office-nya membantu di PC business centre-nya dengan gratis pula.Lantai kamar tanpa karpet, granit (?) hitam, tapi tamu disediakan sandal jepit oranye yang unik.Tanpa lemari tetapi ada semacam partisi untuk meletakkan pakaian. Terdapat jendela mungil yang tidak dapat dibuka, tapi view-nya hanya toko-toko model kuno...Yang mengesankan dari kamar hotel ini adalah ketika petugasnya (yang juga menjemput saya di airport dengan tariff Rp 20.000 ,-...murah khan? ;)) menunjukkan stiker sign kiblat yang terdapat di salah satu sudutnya. Di dinding kamar iuga terdapat foto istana Maimon, salah satu landmark kota Medan - memunculkan aura wisata bagi kamar tersebut.Bravo!
Nah, ketika pindah hotel ke Hermes Palace Hotel Medan yang front office desk-nya mirip desk Customer Service suatu bank saya sempat terperanjat melihat kamarnya yang lumayan mewah.Bukan...bukan lantaran saya norak...hotel berbintang 5+ sudah berulangkali saya inapi...hehehe,tapi saya terperanjat karena melihat kamar tersebut yang tidak memiliki jendela! Heleh...heleh...di bioskop lagi tayang film 'Rumah Tanpa Jendela', (katanya) kisah rakyat miskin yang menginginkan jendela di rumahnya - eh kok kamar hotel yang tarif semalamnya setengah juta rupiah (1 malam bisa untuk beli jendela sederhana ya? ;-D) nggak memiliki jendela?
Kamar yang saya inapi dari tanggal 23 - 26 February 2011 ini lumayan lengkaplah fasilitasnya, bahkan ada hairdryer segala yang biasanya standard fasilitas bintang 4 - 5, karpet tebal halus bergambar bunga (karena inikah tak disediakan sandal kamar?),wall paper, kulkas, coffee maker, tv flat nempel tembok, sambungan internet (yang sayangnya saat itu saya gak bawa laptop/notebook - kesannya gak niat kerja banget yak?!), perlengkapan bathroom yang bertuliskan Hotel Hermes Banda Aceh (Mungkin yang Medan belum "naik cetak"),AC split (Yang ini mutlak ada!), bed ukuran king yang bedcover-nya empuk abiiiiizzz (bulu angsa walau bukan bulu angsa kwalitas nomor satu....yang jelas ini membuat saya nyyyuuuuaaammmaaaan. Sudah lama tidak tidur berbalut bulu angsa...hahaha,so saya pasang temperatur 18 AC dan meringkel di dalam bedcover...nyeeeesss ;-D). Aaaah,kenapa gak ada jendela sih? Gak bisa mematikan lampu total deh! Keapikkan kamar yang tidak dapat dinikmati oleh orang yang phobi terhadap ruang tertutup, dan tidak dapat menikmati kota Medan dari jendela kamar...yah walaupun KOTA Medan tidak ada indah-indahnya deh. Saat breakfast di rooftop barulah saya puas-puasin menikmati kesemrawutan kota Medan dari atas (di lantai P - diatas lantai 10).
Di kedua hotel ini saya mendapat tarif corporate, karena yang booking hotelnya juga pihak klien. Sayangnya, walau hotel ini konon milik orang Aceh,tapi kok nggak ada aura keindonesiaannya ya? Bahkan sign arah kiblat ngumpet di dalam laci...hhmmm...
Kamar yang saya inapi dari tanggal 23 - 26 February 2011 ini lumayan lengkaplah fasilitasnya, bahkan ada hairdryer segala yang biasanya standard fasilitas bintang 4 - 5, karpet tebal halus bergambar bunga (karena inikah tak disediakan sandal kamar?),wall paper, kulkas, coffee maker, tv flat nempel tembok, sambungan internet (yang sayangnya saat itu saya gak bawa laptop/notebook - kesannya gak niat kerja banget yak?!), perlengkapan bathroom yang bertuliskan Hotel Hermes Banda Aceh (Mungkin yang Medan belum "naik cetak"),AC split (Yang ini mutlak ada!), bed ukuran king yang bedcover-nya empuk abiiiiizzz (bulu angsa walau bukan bulu angsa kwalitas nomor satu....yang jelas ini membuat saya nyyyuuuuaaammmaaaan. Sudah lama tidak tidur berbalut bulu angsa...hahaha,so saya pasang temperatur 18 AC dan meringkel di dalam bedcover...nyeeeesss ;-D). Aaaah,kenapa gak ada jendela sih? Gak bisa mematikan lampu total deh! Keapikkan kamar yang tidak dapat dinikmati oleh orang yang phobi terhadap ruang tertutup, dan tidak dapat menikmati kota Medan dari jendela kamar...yah walaupun KOTA Medan tidak ada indah-indahnya deh. Saat breakfast di rooftop barulah saya puas-puasin menikmati kesemrawutan kota Medan dari atas (di lantai P - diatas lantai 10).
Di kedua hotel ini saya mendapat tarif corporate, karena yang booking hotelnya juga pihak klien. Sayangnya, walau hotel ini konon milik orang Aceh,tapi kok nggak ada aura keindonesiaannya ya? Bahkan sign arah kiblat ngumpet di dalam laci...hhmmm...
No comments:
Post a Comment