Gubernur DKI Anies Baswedan
melarang saya dan para tetangga membeli dan berkurban di sekitar rumah kami! Bahkan
pedagang hewan kurban dan pengurus masjid perumahan yang setiap tahunnya
melaksanakan kegiatan kurban dengan “omzet” senilai ratusan juta tahun ini
benar-benar dilarang melaksanakan kegiatan kurban. (Haiiis diskriminasi...orang
beribadah kok dilarang? Dan aneka tuduhan lainnya berhamburan jika kita tidak
mengerti kebaikan dibalik larangan tersebut). Instruksi gubernur nomor 123
tahun 2017 tentang pengendalian dan pemotongan hewan dengan radius 1 (satu)
kilometer dari Equestrian Venues Pulomas dalam rangka dukungan penyelenggaraan
Asian Games XVIII tahun 2018. Yess, bahkan perumahan tempat saya tinggal
berhadapan langsung dengan Jakarta International Equestrian Park Pulomas. Pagar
rumah keluarga saya hanya sekitar 300 meter dari gerbang Pacuan Kuda Pulomas.
Lantas apakah keluarga kami harus
demonstrasi terhadap larangan ini? Oh NO, dan saya bersyukur karena dalam 3
tahun terakhir ini Almarhumah Ibu melaksanakan kurban melalui Dompet Dhuafa.
KURBAN TERAKHIR ORANG TUA
Kita diperintahkan Allah Swt
melaksanakan kurban dibulan Dzulhijah setelah pelaksanaan wukuf Arafah bagi
umat Islam yang melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci. Kita juga merayakan
Hari Raya Idul Adha dimana Rasulullah menyatakan,"Hari Raya Kurban adalah
hari untuk makan, minum dan zikir kepada Allah." (HR Muslim)
Tahun ini merupakan pertama
kalinya saya akan merayakan Hari Raya Kurban tanpa memiliki kedua orang tua.
Yatim piatu? Yess, tapi Alhamdulillah saya tidak ngenes...hehe, justru dengan
status "yatim piatu" saya harus memberikan yang terbaik bagi
saudara-saudara dalam iman yang tidak dapat merayakan Hari Raya Kurban dengan
makan dan minum yang layak. Apalagi saya sudah pernah merasakan hari raya Idul
Adha di Tanah Suci dalam artian saya sudah melaksanakan rukun Islam ke-5
(Ibadah haji, umroh serta beribadah dan berziarah ke Palestina) di usia 20-an
sehingga kini saya tidak perlu "terbebani" dengan keharusan
menyisihkan dana untuk biaya ibadah haji. Anggaran dana ibadah haji sudah
sepatutnya saya gunakan untuk melaksanakan ibadah lainnya, dan tentunya
melaksanakan ibadah kurban . Semoga saja dana tersebut dapat membangun sebuah
istana di surga yang raja dan ratu-nya adalah kedua orang tua saya. Karena
merekalah yang membiayai saya 2x keberangkatan beribadah haji dan Palestina.
Insya Allah, saya akan
mengupayakan memberikan kurban terbaik setiap tahunnya seperti yang sudah
dilakukan oleh kedua orang tua kami. Saya tidak ingat kurban terakhir yang
dilakukan oleh Almarhum Ayah karena ketika itu saya masih belum dewasa. Kakak
saya bercerita bahwa ketika itu Ayah membeli sapi yang besar dan membawa sapi
itu ke rumah. Beberapa hari sapi tersebut membuat pekerjaan baru bagi
kakak-kakak saya, dan menjelang hari Idul Adha beberapa kakak dan satpam
perumahan mengajak panitia kurban masjid untuk membawa sapi besar tersebut ke
masjid perumahan yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah. Kebayang banget
deh bagaimana pandangan tetangga kami yang sebagian besar non muslim melihat
sapi berjalan di jalan aspal perumahan menengah keatas...hahaha...Yang
menggiring sapi tersebut juga kewalahan karena memang tidak terbiasa “ngangon”
sapi.
Kurban Terakhir Almarhum Ibu |
Kurban terakhir Almarhumah Ibu
dilakukan melalui Dompet Dhuafa. Keponakan saya yang diminta melakukan kurban
melalui Dompet Dhuafa. Sebelumnya Ibu melakukan ibadah kurban di masjid dekat
rumah kami sebelumnya, di Jakarta Pusat. Masjid tersebut merupakan wakaf dari
sahabat Ibu, namun semenjak sahabat Ibu meninggal dunia dan masjid tersebut
pengurusnya bukan anak kandung sahabatnya, Ibu berusaha mencari tempat
pelaksanaan kurban yang dapat dipercaya.
Hingga akhirnya beliau menerima
bulletin Dompet Dhuafa milik saya yang bergambarkan kambing kurban. Ibu “kasak
kusuk” ke kakak-kakak dengan mengatakan,”Anna tuh kurban di Dompet Dhuafa yach?
Anna kurban disitu tapi Ibu kok nggak pernah lihat kambingnya yach?” – Ibu tak
mau menanyakan langsung kepada saya karena “gengsi”. Diam-diam Ibu membaca
bulletin dan majalah dari Dompet Dhuafa yang dulu rutin dikirimkan lewat post
kepada saya. Alhamdulillah, Ibu percaya Dompet Dhuafa amanah dan bahkan bisa
menebar hewan kurban ke daerah terpencil. Kurban terakhir yang Ibu bayarkan di
peruntukkan di daerah pinggiran kota Semarang, kota dimana Ibu melahirkan 5
dari 8 anaknya. Ketika saya membereskan barang-barang Ibu ketika beliau sudah
meninggal dunia di bulan Januari 2018, Masya Allah, saya menemukan 1 pamflet
Satu Dasawarsa Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa yang beliau simpan. Seakan Ibu
mengingatkan bahwa tahun ini giliran saya yang harus membeli hewan kurban
kembali melalui Dompet Dhuafa. Yaa, Allah memang sudah mengaturnya bahwa saya
tidak bisa melaksanakan kurban di daerah tempat tinggal saya.
Pamflet Hewan Kurban yang disimpan Ibu hingga akhir hayatnya |
SOCIOTRIP KURBANESIA : MENJAWAB
PANGGILAN ZAMAN
Berkurban melalui Dompet Dhuafa
sungguh saya rasakan sesuai dengan panggilan zaman. Tahun ini merupakan tahun
pertama kami tidak boleh melakukan kurban di sekitar rumah, dan lagipula
sekitar rumah kami adalah penduduk berada yang sehari makan 3x daging juga
tidak masalah secara ekonomi, maka memang sudah selayaknya kami menebar hewan
kurban kami ke berbagai daerah – bahkan hingga ke wilayah konflik atau bencana.
Terpenting Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa menjawab tantangan zaman dengan
memberdayakan peternak lokal dan menebar berkah daging kurban ke pelosok
negeri. Bahkan kita dapat berbagi hewan kurban kita ke Palestina, Suriah dan
Rohingya.
Mana dimana anak kambing saya....Cacamarica hey hey...! |
Hebat yach, hewan kurban kita
bisa sampai menembus luar negeri . Semoga pahala-nya juga tersebar berlipat
ganda, apalagi dengan berkurban melalui Dompet Dhuafa kita juga berperan
memberdayakan peternak lokal. Wiiih, saya memimpikan peternakan di Indonesia
bisa mengalahkan peternakan New Zealand! Ketika tinggal di New Zealand, saya
senang berkeliling ke peternakan-peternakan pinggir kota di negara yang
memiliki jumlah domba lebih banyak dari manusia-nya. Kwalitas hewan peternakan
mereka juga baik.
Begitu mendapat kesempatan
melakukan Sociotrip ke salah satu sentra ternak binaan Dompet Dhuafa saya
sangat antusias! Dalam 1 tulisan yang saya baca domba Priangan Garut memiliki
keunggulan yang setara dengan domba Barbados dan St. Croix di Eropa. Walaupun
saya belum mengetahui apakah jenis domba ini yang dikembang biakan di Kampung
Indonesia Berdaya Sentra Ternak Subang yang akan kami kunjungi, tetapi
saya yakin Dompet Dhuafa memiliki standard tinggi yang dilakukan oleh tim
quality control-nya.
Sentra Ternak Indonesia Berdaya
Subang merupakan lahan wakaf yang dikelola oleh Dompet Dhuafa terletak di Desa
Cirangkong, Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang memiliki 3 kandang ternak yang
berjejer rapih. 1 kandang sebagai kandang pembibitan dan 2 kandang sebagai
kandang penggemukan. Disekitar 3 kandang tersebut terhampar pepohonan
pertanian, yakni kebun buah Naga, kebun buah Nanas dan kebun Jambu Kristal. Saya
juga melihat pohon pepaya berderet diantara kebun buah Naga. Area Indonesia
berdaya tidak memiliki limbah, karena limbah peternakan akan dimanfaatkan untuk
perkebunan dan sebaliknya, limbah perkebunan akan dimanfaatkan untuk
peternakan. Karena itulah maka hewan peternakan disini menggunakan kulit nanas
sebagai makanan mereka setiap hari. Kulit nanas dicampur jerami, dedak dan
pupuk area (sedikit saja).
Tentunya hewan yang diternak
merupakan hewan kurban yang sehat dan berkwalitas. Salah satu ciri sehatnya
adalah aktif, matanya cerah dan berat badan memenuhi standard hewan kurban.
Makanya senang banget nih saya dengan kesempatan melongok langsung peternakan
hewan kurban disini karena jadi mengerti kwalitas hewan yang kami kurbankan
dalam beberapa tahun. Proses Quality Control Dompet Dhuafa memastikan hewan
kurban layak dipotong dari aspek fisik,
usia dan beratnya. Tentunya juga dipastikan juga kelayakan yang sesuai
dengan syariah Islam.
Apa saja standard mutu hewan kurban Dompet Dhuafa? Simak yaaa...
- Kesehatan dan Fisik : hewan jantan, tidak cacat, sudah berusia 1 tahun untuk domba/kambing dan 2 tahun untuk sapi atau sudah lepas gigi.
- Berat Badannya :
Domba/Kambing Standard 23 – 28 kg
Domba/Kambing Premium 29 – 35 kg
Sapi/Kerbau 250 – 300 kg
Pokoknya hewan yang tidak sesuai
standard QC tidak akan dipilih sebagai hewan kurban. Lantas diapakan? Ya,
dikonsumsi untuk sehari-hari. Di peternakan yang kami kunjungi itu domba-domba
diberikan tanda untuk menentukan layak atau tidaknya domba tersebut dijadikan
hewan kurban. Tanda merah untuk domba premium, tanda biru untuk domba layak
kurban dan tanda hijau untuk domba cacat (tidak layak menjadi hewan kurban).
Hhhmmm apalagi yach yang ingin
disampaikan dari Sociotrip Kurbanesia? Oh ya, Pak Abun, salah satu peternak
yang kita temui mengatakan bahwa ada peningkatan ilmu dan penghasilan pada
peternak yang ada disekitar sana. Ilmu mereka tentang cara memotong sesuai
syariah dan bagaimana memotong bulu domba dengan baik juga bertambah berkat
program Pemberdayaan Ekonomi Dompet Dhuafa. Selain kandang coloni yang berada
di dalam area Indonesia Berdaya, juga terdapat kandang rakyat yang berada di
rumah masyarakat sekitar. Walaupun dipelihara di kandang rakyat, tim QC DD
tetap memberi ilmu dan memeriksa hewan yang bakal jadi hewan kurban itu. Target
Kurbanesia Dompet Dhuafa tahun 2018 adalah tebar 25.000 hewan kurban di dalam
negeri dan luar negeri.
Yuk ah, berkurban melalui Dompet
Dhuafa saja! Sesuai perkembangan zaman, dapat dilakukan melalui smartphone loh
atau dijemput dana-nya. Hewannya? Langsung diambil di peternakan-peternakan
tersebut. Asyik khan, nggak seperti zaman Almarhum Ayah yang kami sekeluarga
jadi tontonan tetangga karena mendadak ngangon sapi di perumahan tengah kota
Jakarta...hahaha...
#KurbanDiKitaAja Informasi lebih
detailnya bisa dilihat di kurban.dompetdhuafa.org
No comments:
Post a Comment