Mungkinkah jaminan kesehatan bagi
seluruh rakyat Indonesia akan terwujud di tahun 2019? Atau sekedar mimpi di
siang hari nan tak berarti? Waaah, saya sebagai warga negara Indonesia yang
baik (hhmmm) merasa optimis loh bahwa Seluruh Rakyat Indonesia mendapatkan
jaminan kesehatan dalam ‘Menuju Indonesia Universal Health Coverage 2019’ .
Insya Allah...
Pembicara dan Moderator Idealektika Forum #3 |
Sebelumnya saya ingin bercerita
tentang pengalaman keluarga kami dalam mendapatkan jaminan kesehatan di Indonesia. Tanggal 23
Januari 2018 Ibunda tercinta kami harus dibawa ke rumah sakit, kakak-kakak saya
membawa beliau ke Omni Hospital Pulo Mas Jakarta Timur. Rumah sakit ini
berjarak hanya sekitar 500 meter dari rumah kami, dan Ibu kami adalah orang
yang selalu berupaya agar selalu sehat dengan melakukan tindakan promotif serta
preventif. Dengan kesadaran menjaga kesehatannya secara berkala Ibu rutin melakukan check up kesehatan ke Omni
Hospital Pulo Mas atau RS Kartika Pulo Mas. Namun beliau sangat menghindari diopname di RS. Prinsipnya jika masih dapat mandi sendiri maka sebaik-baiknya upaya kesehatan yang prima adalah di rumah yang bersih dan terawat. Beliau memiliki asuransi kesehatan
dari pemerintah (dahulu ASKES yang kini berubah menjadi BPJS), tetapi jikalau
check up rutin seringkali Ibu tidak menggunakan fasilitas tersebut karena
menghindari antrian serta biaya check up-nya diniatkan sebagai sedekah bagi
mereka yang benar-benar sakit dan kurang mampu. Pada tanggal 23 Januari 2018 pihak rumah sakit menyarankan
kami menggunakan BPJS yang dimiliki oleh Ibu. Pihak rumah sakit benar-benar
perhatian dan berupaya yang terbaik bagi kesembuhan beliau. Namun, apa daya
ruang ICU di Omni Hospital Pulo Mas sedang penuh. Mereka mengupayakan Ibu kami
mendapatkan ruang ICU yang tersedia. Selama di ruangan UGD Ibu mendapatkan pelayanan terbaik dari dokter dan paramedis yang terus memantaunya.. Kami anak-anaknya diperkenankan mendampingi dan melantunkan ayat-ayat suci Al Quran, tentunya kami tahu diri dengan menjaga ketenangan pasien lainnya. Pukul 3 dini hari Ibu kami berangkat
dengan ambulan menuju RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat yang dapat menerima
Ibu. Dengan pelayanan yang luar biasa baiknya – dari semua dokter, perawat
hingga sopir ambulan dan petugas lainnya benar-benar layak diacungkan jempol!
Mobil ambulan-nya juga terlihat canggih, peralatan di dalamnya sudah seperti
kamar di ICU. Dokter, perawat dan petugas lain turut mengantar Ibu ke RSPAD dan
“menyerah terima-kan” pasien secara profesional. Ketika kami menanyakan berapa
yang harus kami bayar, ternyata jawabannya adalah “semua sudah beres” alias 0
rupiah! Bahkan mereka menolak tips sebagai ucapan terima kasih dari kami. Masya
Allah...sungguh mulia mereka dan semoga Allah membalas perbuatan tersebut
dengan kebaikan yang berlipat ganda.
Singkat cerita, akhirnya tanggal
29 Januari 2018 waktu Dhuha Ibunda kami menghembuskan nafas terakhirnya di
RSPAD. Selama seminggu dalam perawatan kami menyaksikan betapa baik dan
komunikatifnya para dokter, perawat dan petugas lainnya (termasuk pihak
security) di RSPAD. Kami benar-benar merasakan dan menyaksikan Ibu mendapatkan
jaminan pelayanan kesehatan terbaik dalam upaya kesembuhannya – apalagi RSPAD
merupakan rumah sakit kepresidenan dan petinggi Angkatan Darat RI yang tentunya
harus optimal memberikan layanan kesehatan bagi pasiennya. Seperti hal-nya di
Omni Hospital Pulo Mas, kami tidak dikenakan biaya sepeserpun dari pihak rumah
sakit selain untuk jasa ambulan jenazah dari RSPAD ke rumah kami. Jumlahnya juga
sangat terjangkau bagi keluarga yang
sudah mempersiapkan dana untuk pengobatan Ibu kami. Masya
Allah...Alhamdulillah....
Dari pengalaman ini saya merasa
optimis bahwa jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia bukan sekedar
mimpi. Asalkan semua rakyat Indonesia patuh terhadap aturan yang berlaku dalam
upaya menjaga diri agar senantiasa sehat.
DISKUSI PUBLIK KESEHATAN : IDEALEKTIKA
FORUM #3 (Mimpi) Jaminan Kesehatan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Peserta Diskusi Kesehatan (Dok.Pribadi) |
Pengalaman mendapatkan jaminan
kesehatan bagi keluarga tersebut menjadi salah satu alasan kuat saya untuk
hadir dalam Idealektika Forum #3 yang diselenggarakan Dompet Dhuafa yang
berkolaborasi dengan IDEAS, IMZ dan Dompet Dhuafa University. Bertempat di
Halal Hotel Sofyan Inn Tebet Jakarta Selatan , hari Rabu 11 April 2018
melemparkan saya pada Idealektika Forum di bulan Desember 2018, dimana saya
masih memberikan buah naga merah hasil pemberdayaan Dompet Dhuafa kepada Ibu
dan menceritakan mengenai kegiatan Dompet Dhuafa ke beliau. [ Alhamdulillah 3
tahun terakhir ini Ibu mempercayakan Dompet Dhuafa untuk menyalurkan kambing
kurban yang beliau donasikan ke pelosok negeri.]
Pada forum ketiga ini narasumber
yang hadir adalah : Yusuf Wibisono (Direktur IDEAS), dr. Prasetyo Widi
Buwono,Sp.PD-KHOM (Wakil Sekjen PB IDI), Chandra Nurcahyo, SKM (Assisten Deputi
Bidang Pengelolaan Fasilitas Kesehatan Primer) dan dr.Rosita Rivai (GM Divisi
Kesehatan Dompet Dhuafa). Sebagai moderator adalah Sifing Lestari (Pemberdaya
Kesehatan Masyarakat) dan keynote speaker adalah Yuli Pujihardi (Direktur DD
University)
Dompet Dhuafa sebagai salah satu
lembaga yang berkomitmen dalam upaya memberikan solusi atas permasalahan
kesenjangan akses kesehatan. Dompet Dhuafa telah membangun berbagai
infrastruktur dan layanan kesehatan serta modal social kesehatan di beberapa kota
di Indonesia, dari Aceh, Palembang, Makassar, Papua, Kupang dan 11 kota di
pulau Jawa. Semua ini diharapkan mampu membantu pemerintah untuk mewujudkan
jaminan kesehatan di berbagai pelosok wilayah Indonesia. dr.Rosita Rivai, GM
Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa menuturkan,”Layanan Kesehatan Cuma Cuma sebagai
salah satu pemberdayaan kesehatan Dompet Dhuafa telah mencapai jumlah penerima
manfaat sebanyak 208.232 jiwa. Intervensi dalam program ini lebih banyak kepada
aspek promosi dan preventif, hingga mencapai 61,29% sedangkan kuratif hanya
38,72%. Hal ini tentu sesuai dengan semangat Indonesia Universal Health
Coverage yang ke depan akan menitik beratkan pada kesehatan masyarakat.”
Selain LKC Dompet Dhuafa juga
membangun model wakaf pemberdayaan kesehatan Rumah Sakit melalui mekanisme
wakaf produktif sejumlah 8 RS Dompet Dhuafa di Bogor, Lampung, Jakarta, Bekasi,
Jawa Timur.
RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa Bogor (Dok.Pribadi) |
Ruang Anak RS Aka Medika Dompet Dhuafa Lampung Timur (Dok.Pribadi) |
Lantas apakah hanya pemerintah
dan Dompet Dhuafa saja yang dibebankan untuk mewujudkan jaminan kesehatan bagi
seluruh rakyat Indonesia menuju Indonesia Universal Health Coverage 2019???
Sebagai salah satu dari rakyat Indonesia saya menyatakan bahwa kita sebagai
rakyat Indonesia dari berbagai tingkat lapisan ekonomi sudah seharusnya
melakukan upaya peningkatan kwalitas kesehatan bagi diri kita dan keluarga
kita.
Bersyukur kedua orang tua saya
sejak kecil memberikan yang terbaik bagi kami anak-anaknya dengan kesadaran
peningkatan kwalitas yang baik di bidang kesehatan, pendidikan dan hukum
(termasuk aturan agama yang kami anut tentunya). Dalam diskusi siang itu Yusuf
Wibisono memaparkan tentang ‘Kemiskinan dan Kesenjangan Kesehatan’. Pandangan umum
yang terjadi saat ini menyatakan bahwa keberhasilan ekonomi seseorang
ditentukan oleh kerja keras atau keberanian mengambil resiko usaha. Tetapi pada
kenyataannya, kekayaan yang diwariskan keluarga, orang tua dan lingkungan
keluarga serta koneksi dan jaringan social memiliki pengaruh yang lebih kuat.
Yess, saya percaya dengan hal ini...seperti yang saya pernah dengar bahwa berteman
dengan penjual minyak wangi maka kita akan tertular wanginya. Selain kekayaan
warisan, transmisi kekayaan lintas generasi ini juga disebabkan oleh transmisi
genetik dan kultural dari keahlian kognitif dan personalitas non kognitif,
keanggotaan pada kelompok yang mendukung pendapatan, serta superioritas dari
status pendididkan dan kesehatan yang dinikmati anak dari keluarga kaya.
Demikian pula dengan asupan konsumsi makanan, karena anak yang orang tuanya
memiliki tingkat perekonomian tinggi akan memberi konsumsi makanan berkwalitas
dengan gizi tinggi berperan penting dalam sistem pertumbuhan dan pertahanan
tubuh manusia.
Nah bagaimana dengan keluarga
yang kedua orang tuanya berpendapatan rendah (miskin ekonomi)? Ironisnya pangsa
pengeluaran kelompok rumah tangga termiskin untuk konsumsi rokok lebih tinggi
daripada kelompok rumah tangga terkaya. Padahal konsumsi rokok secara jelas
tidak berkontribusi pada tingkat kesehatan keluarga miskin, bahkan
memperburuknya dan di saat yang bersamaan secara langsung menurunkan pangsa
pengeluaran si miskin untuk konsumsi makanan yang bergizi tinggi. (Hehehe...siapa
bilang merokok itu lambang keren atau ketangguhan? Justru merokok pangkal
miskin deeeh...bikin penyakit pula!)
Kesimpulan pemaparan dr. Prasetyo Widi Buwono,Sp.PD |
Pokoknya, mari kita sama – sama mewujudkan
jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia dengan upaya : PROMOTIF dan
PREVENTIF.
Setidaknya kita melakukan aksi
nyata untuk mendukung Universal Health Coverage 2019 yang menurut Chandra Nurcahyo, SKM dari BPJS menyampaikan target UHC 95 % seluruh rakyat Indonesia dan di tahun 2018 UHC teraih 90 % , antara lain dengan :
- Menjaga kebersihan lingkungan dan makanan yang dikonsumsi (Oh ya, Dompet Dhuafa program pengembangan UKM juga bisa membantu program kesehatan dengan memberikan edukasi dan sosialisasi kepada UKM atau pedagang makanan/jajanan agar mereka selalu menjaga kebersihan diri, lingkungannya, dagangan dan membuat makanan dagangannya dengan bahan berkwalitas tinggi yang bermanfaat bagi kesehatan. Kebersihan sebagian dari iman yang dapat menjaga kesehatan kita loh!)
- Mengalihkan uang untuk membeli rokok dengan membeli makanan bergizi - daging atau sayuran dan buah. Percaya deh, dengan tidak merokok maka tingkat perekonomian dan kesehatan kita semakin tinggi. Saya setuju banget dengan saran dr.Prasetyo Widi Buwono,Sp.PD dari IDI agar pemerintah menaikkan pajak/harga rokok dan menggunakan hasil pajak tersebut untuk membantu pembiayaan kesehatan masyarakat Indonesia.
- Patuh mentaati aturan yang berlaku dimanapun berada. Yakinlah, dengan mengikuti aturan yang berlaku maka kita akan mudah dan lancar jika memiliki urusan. Contohnya jika kita patuh membayar BPJS tepat waktu, maka saat kita terpaksa menggunakan fasilitas kesehatan akan lancar karena terlihat kita disiplin dalam membayar iuran tersebut. Contoh taat peraturan lainnya adalah berkendaraan, dengan disiplin berkendara atau mengingatkan driver selalu patuh terhadap aturan maka kita akan selamat dan sehat. Setidaknya kita tidak stress akan kemacetan, polusi udara dan suara yang dihasilkan oleh kendaraan yang tidak patuh terhadap aturan.
- Sedekah/infak dan wakaf. Yess, melakukan sedekah dan wakaf merupakan upaya promotif dan preventif agar kita selalu sehat jiwa dan raga. Daripada buat beli rokok, lebih baik dananya untuk infak dan membantu sesama. Sambil bersyukur bahwa kita mampu membantu sesama dengan sedekah/infak dan wakaf dari kita, maka kita akan dikaruniakan kesehatan yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment