Saturday, 27 March 2010

(Artikel)Masih Perlu Keliling Dunia


Saya lagi mikir-mikir melihat banyak orang yang memiliki “cita-cita” untuk jadi backpackers. Mengenai keliling dunia, sejak kecil, saya memang sudah memiliki pikiran bawah sadar bahwa saya “pasti dan harus” keluar negeri dan keliling dunia. Keluarga dan lingkungan sangat mendukung pikiran bawah sadar ini. Saat balita keluarga saya telah menjadi host dari pelajar Canada yang mengikuti pertukaran remaja ke Indonesia. Selepas masa balita saya masih ingat, mengantar kakak  ke Halim PK Airport yang akan bertolak ke Eropa untuk kuliah. Saat itu kuliah di luar negeri merupakan hal yang boleh dikatakan “langka” di lingkungan keluarga Indonesia – apalagi untuk anak wanita (deeeuuu...emangnye zaman Ibu Kita Kartini? ;-p).

Masa TK dan SD, saya tinggal di dekat kawasan airport Kemayoran...so pesawat terbang selalu descent diatas tempat tinggal kami. Setiap Senin pagi saya juga mengantar ayah  ke airport Kemayoran. Beliau selalu melambaikan tiket-nya di jendela pesawat saat pesawat akan take-off....hal tersebut menandai tempat duduk beliau sehingga kami anak-anaknya dapat melambaikan tangan ke arah jendela yang ada tiketnya. Ketika pesawat Concorde (Pesawat supersonic tercepat dan termahal di dunia) singgah ke Halim PK Jakarta Timur, saya juga diajak ayah  untuk menyaksikannya. Beliau menggendong saya dibahu-nya, sehingga saya yang masih kecil dapat melihat pesawat tersebut dengan jelas – tanpa terhalang pengunjung lain yang khusus datang ke airport untuk menyaksikan pesawat canggih tersebut.

Ketika belum menginjak usia 10 tahun pula saya pernah ditinggal ibu . Ibu berkunjung ke kakak di Eropa, sehingga selama ibu di Eropa saya diasuh oleh ayah. Berulangkali ibu saya pergi ke luar negeri, ke Jepang...atau ke Thailand untuk belajar bikin kue Thailand. Bahkan saat belum beranjak 10 tahun, ibu  menunaikan ibadah haji ke tanah suci...lagi-lagi saya ditinggal ke luar negeri! Semakin besar, semakin sering saya ditinggal ke luar negeri oleh ibu. Bahkan saat saya pergi menunaikan ibadah haji , bukannya menjaga rumah – eh ibu dan kakak saya justru pergi ke Turky – berkunjung ke kerabat kami di Istanbul yang menikah dengan orang Turky.
Yang menambah suplai pikiran bawah sadar untuk keluar negeri adalah kakak ipar saya yang pertama. Dengan profesi penerbangnya beliau membujuk saya agar berhenti menangis bila saat pulang dari tugasnya beliau melihat saya sedang menangis karena sesuatu di rumah. Jarak usia kami teramat sangat jauh (bahkan beliau seumuran ayah teman saya yang lahir sebagai anak pertama, sedangkan saya anak bungsu dari 9 bersaudara). Beliau memberikan aneka souvenir yang dibawanya dari luar negeri begitu melihat saya menangis. Yang pasti sih ini peristiwa saat saya masih balita.....
Saya remaja banyak menerima aneka souvenir dan kartupost dari kerabat dan pen friend dari berbagai negeri (bahkan hingga sekarang  masih menyimpan beberapa diantaranya). Masa remaja pula, salah satu doa utama saya adalah berkeliling dunia dengan kenyamanan. Hihihi....daripada berdoa untuk jodoh, mendingan doa keliling dunia (pikiran itu benar-benar merasuk di pikiran!). Musafir khan salah satu orang yang doa-nya pasti dikabulkan oleh Allah Swt...makanya mending jadi Musafir daripada jadi istri kafir...(Astaqfirullah.....). Sunah juga khan jika kita menghadiahkan souvenir dari luar negeri kepada kerabat? Nah, makanya walau gak terlalu banyak saya senantiasa membeli souvenir kepada kerabat atau teman sepulang dari luar negeri, walaupun setiap pergi gak selalu semua teman/kerabat kebagian. Justru saya tidak membeli souvenir ke kerabat ketika saya menunaikan ibadah haji....duh, beribu maaf, niat saya ke sana adalah menunaikan ibadah. Sebaiknya memang kita tidak membebani kerabat yang ingin menunaikan ibadah umrah/haji dengan aneka titipan. Masih sempat sih mengirim kartupost ke beberapa rekan di New Zealand.
Baru menginjak usia 27 tahun ¾ dunia telah saya arungi. Memasuki usia 30-an saya justru “off” dari mengarungi mancanegara. Sengaja pasport tidak saya perpanjang untuk sementara waktu. “Mupeng” juga seh, karena beberapa kali saya ditinggal oleh ibu dan kakak-kakak saya yang mengajak keluar negeri (penginapan di hotel berbintang biasanya gratis dong kalau gini...hehehe). Seperti saat ini (27 Maret 2010 ) kakak saya pertama dan ke-tiga janjian jalan-jalan dan “ngecek harga” tas keliling Singapore. (Please deh ah, walau Singapore udah belasan kali daku kunjungi, tapi ada area baru yang ingin saya kunjuni – Movie World pertama di Asia Tenggara itu loh.). Usia 30-an ini saya justru ingin “menghabisi” negeri tercinta, Indonesia Pusaka nan Abadi Jaya! Bunaken – Raja Ampat – Wakatobi – Karimun Jawa – Kiluan Lampung adalah beberapa diantara tempat di Indonesia yang sangat terkenal dan belum saya kunjungi dan harus saya kunjungi selambatnya tahun 2011!!! Apalagi Karimun Jawa tuh....puluhan kali saya ke Semarang dan Jepara....tapi kok seakan belum diizinkan kesana yak!? Benar-benar “keremun-kerumun dari Jawa”. Selain itu saya harus "menghabisi" Indonesia hingga ke pelosoknya, bahkan yang di peta turis-pun tidak tercantum ;-D
Keliling dunia bagi saya??? Masih perlulaaaahhh.....(Nggak seperti lagunya Gita Gutawa! hehehe...). Backpacker???....hhmmmm,coba gak ya?! Tapi kalau masih mampu jadi “Tourist with Style”,kenapa harus memaksakan diri jadi ‘Backpacker’? Khan lucu kalau kerabat memberikan fasilitas hotel berbintang gratis or saya hanya diminta membayar harga one bed hostel, tetapi dengan sok backpacker-nya saya ngeloyor ke hostel murah meriah....;-)
Biar bagaimanapun tempat tinggal saya "welcome2" aja tuh menerima para musafir yang ingin singgah dan berteduh ;-) Buktinya saya dengan gembira menjadi member hospitalityclub.org dengan nickname : balqis57

Foto : Yang pasti bukan di Niagara Falls ;-p .Yang benar foto ini diambil di dekat gerbang perumahan Permata Sentul, Kab.Bogor

No comments:

Post a Comment