Berkeliling dunia menginap di hotel – hotel berbintang dan menyantap makanan lezat. Dahulu anak – anak kecil berpikir bahwa hal – hal tersebut dapat terwujud apabila mereka menjadi pilot atau pramugari/pramugara. Tetapi sejak dulu aku tidak pernah berpikir seperti itu. Aku lebih memilih menjadi “duta besar” untuk mewujudkan keinginan itu. Aku juga lebih memilih menjadi “pilot pesawat tempur” atau “ahli perancang pesawat terbang” karena kegemaranku di dunia penerbangan.
Kali ini bukan itu yang akan aku ceritakan. Aku ingin bercerita tentang “hotel”. Kegemaranku yang lain, yaitu : bermalam di satu hotel ke hotel lainnya. Sekalipun hotel itu berada di kota tempatku tinggal.
HARD ROCK HOTEL BALI
Aku join sebagai member Hard Rock Hotel di tahun 2000. Dapat voucher menginap dan discount khusus memanfaatkan segala fasilitas di Hard Rock Bali. November 2000 landlord-ku meninggal dunia. Seperti layaknya orang kaya Bali lainnya, saat menunggu upacara ngaben tempat tinggalku ramai oleh para tamu. Jadilah aku “escape” ke hotel yang jaraknya hanya (sekitar) 1 kilometer dari tempat tinggalku.
Check in counter-nya mirip dengan check in counter kalau kita menumpang pesawat. Aku yang memegang priviledge card check in di counter khusus VIP guest. Gaya yeee....???
Istilah yang digunakan di hotel ini berbeda dengan hotel berbintang lainnya. Ini istilah yang digunakan oleh Hotel Hard Rock pertama di Asia ini :
* Stars: Our guests
* The show: Hard Rock Hotel, Bali
* Band Members: Staff at Hard Rock Hotel, Bali
* Lil’rockers: Our younger guests
* Stage pass: Room Key
* Stage: Public areas
* Backstage: Back of house
* Autograph: Guest’s signature
* Sessions: Meetings
* Showtime: Service time / something to be done
Begitu mendapat ‘stage pass’ melakukan ‘autograph’ aku langsung menuju kamar. Kamarnya luas, demikian pula dengan tempat tidurnya. Hhhhmmmm, gak perlu aku sebutkan dengan siapa aku kesini khan?
Bagi-ku tidak ada yang istimewa diarea Kuta. Oleh karenanya aku justru berjalan – jalan di sekitar hotel. Hei, jika ‘stars’ ingin merekam suara dalam bentuk cd bisa loh! Seperti layaknya artis terkenal ‘stars’ dapat masuk ke studio rekaman yang ada di salah satu sudut hotel. Cd berisi rekaman suara kita dapat dibawa pulang.
Dari ratusan hotel yang pernah aku singgahi baru sekarang aku menemukan alat untuk mendengarkan music (cassette,radio,cd). Kenapa aku nggak bawa cd en kaset2 dari rumah yaaa? Lupa kalau nginep di hotel full music, Coy!
HOTEL ANEKA KUTA
Hotel berbintang dua ini mampu membuat aku stress. Bagaimana tidak??? Tahun 2003 aku dan keluargaku berlibur ke Bali. Menginap beberapa hari di area Kuta dan beberapa hari di area Nusa Dua dan Benoa.
Dikarenakan kami terjebak macet maka voucher Hotel Patra Jasa yang kami pesan hangus dengan sia-sia. Mas Tunggal dan keluarga akhirnya menginap di Hotel Sahid dan Hotel Santika. Sementara aku uring – uringan belum mendapatkan hotel yang penuh semua, karena musim liburan.
Mas Tunggal menyarankan aku menginap di penginapan di daerah Popies Lane. Dengan “sombong”-nya aku menjawab,”Yaaaahhh,,,sorry deh kalau aku disuruh nginep di hotel-hotelnya para bulek hippies! Mendingan aku hubungin teman-temannya Mas A untuk nyari’in hotel buat aku.”
Kami meluncur ke Bayu Buana Travel. Ada hotel bisa terisi, bintang 2 di tepi pantai Kuta. Bintang 2???? Aku memeras pikiran.
“Nggak mungkinlah aku ngasih hotel gurem ke kamu.” Mas Tunggal mulai membaca keenggananku.
“Oke...only for 2 nights. Toh setelah itu kami pindah ke Nusa Dua.” Pikirku.
Jadilah aku dan Mbak Lien sekeluarga menginap di Hotel Aneka Kuta. Sementara Mas Tunggal menginap di Hotel Santika.
Dua hari di Kuta. Kami jarang di hotel karena selama di Bali kami berkeliling. Menjelang check out aku dan Bimo berjalan – jalan di area Kuta Square. Kemudian kami kembali ke hotel karena sudah ditelpon dan kami siap check out. Mas Tunggal dan yang lainnya sudah menunggu di lobby hotel tempatku menginap.
Ketika aku berjalan memasuki area hotel, di depanku dan Bimo tampak sepasang suami istri bersama sepasang anak-nya menyeret koper beroda dan beberapa travel bag. Mereka tampak kepayahan, namun mereka melakukannya terlihat dengan senang hati memasuki hotel tempat kami menginap. Keluarga ini pasti yang akan menempati kamar yang akan kami tinggalkan.
Kuperhatikan mereka hingga akhirnya aku dapat melihat wajah mereka satu persatu dari dekat. Tanpa dikomando aku berlari ke lobby hotel, menuju Mbak Lien.
“Mbak....mbak! Itu ada Andi Malarangeng!” laporku setelah melihat Mbak Lien.
“Dimana?” tanya Mbak Lien.
“Ituuuu, lagi menuju kesini...” belum selesai aku berbicara keluarga Andi Malarangeng sudah berada di hadapan kami. Mereka yang menyeret koper dan travel bag dari luar.
Mbak Lien langsung menegur Andi Malarangeng. Secara pribadi mereka belum kenal, tetapi secara instansi mereka sama – sama di Departement Dalam Negeri dan kebetulan “satu bagian”. Sebenarnya anak-nya yang cowok adik kelas Bimo di SMA 28 dan seangkatan di SD Siemens dengan Galuh. Kebetulan ibu kami dulu pernah dekat dengan ibunda beliau ketika masih tinggal di Kelapa Gading.Pun Andi Malarangeng semasa kuliah terkadang mampir di rumah keluarga kami di Semarang.
Jadilah di perjalan menuju Nusa Dua aku menjadi bulan-bulanan Mas Tunggal,”Tuh khan, An...aku gak bakalan ngasih hotel gurem ke kamu. Lagian sombong banget kamu nolak2 hotel itu,padahal Andi Malarangeng aja nginap-nya di hotel itu kok! Bahkan nyeret2 koper tanpa porter! Sementara kamu masukin tas sendiri ke mobil aja males!”
HOTEL SHERATON SYDNEY
Ini bukan hotel Sheraton yang berbintang 5 itu. Kalau nggak salah hotel ini berbintang 3. Dapet hotel ini juga karena “kecelakaan”. Kisahnya .....aku ambil dari coretan lamaku ya. Males ngetik lagi…..
Sesampainya di Sydney International Airport saya langsung menitipkan koper besar yang kalau ditimbang seberat 25 kilogram.Siapa yang mau bawa barang seberat itu sambil jalan-jalan?!
Saat itu saya tidak membawa alamat-alamat atau nomor telepon teman dan saudara yang tinggal di Sydney. Oleh karenanya saya nekad mencari hotel sendiri. Saya membaca di booklet Sydney Guide tentang ‘Sydney’s most atractive place’, dan menujulah saya kesana dengan pe-de-nya.
Sesampainya di ‘The most attractive place’ itulah hati saya kebat-kebit. Tempat tersebut tak lain dan tak bukan adalah area kehidupan kehidupan malam dan liar. Botol-botol pecah bekas minuman keras berserakan di jalan,gambar-gambar wanita tak berbusana terpampang,(maaf) sex shop memamerkan barang dagangannya di kanan kiri jalan. Astagfirullah...kecele untuk ke dua kalinya dan saya segera menjauh dari area tersebut.Sesekali berpapasan dengan pria yang masih menyisakan ‘bekas mabuknya’ semalam!
Demi keamanan, karena saya belum mengenal kota Sydney terlalu jauh akhirnya saya segera check in di salah satu hotel yang agak jauh dari daerah tersebut.
Masuk kamar langsung saya menghubungi teman di New Zealand. Dia mentertawakan saya. “Itulah akibatnya kalau pergi ke suatu tempat tanpa rencana, apalagi kamu belum mengenal tempat tersebut.”
Mandi – istirahat sambil melihat acara televisi di hotel sebelum melanjutkan jalan-jalan. Eh, hotelnya tempat grup band kondang The Beatles saat berada di Sydney di tahun 1964 lho! Management hotel tersebut memajang foto-foto dan klipping saat The Beatles di hotel itu.
Cuplikan beritanya nih :
2.53am The Beatles' BOAC Boeing 707 from Hong Kong touches down in Darwin. A contingent of 400 fans greet the plane, which has been diverted from its original flight plan after a scheduled stopover in Manila was ruled out by the Phillipine airport authorities because of extreme heat. From the brief stop in Darwin, The Beatles plane flew on to Sydney's Kingsford-Smith International Airport at Mascot.
9.30am Exhausted from their flight, arrive at last to their suite at the Sheraton Hotel in Macleay Street, Kings Cross. They make a brief balcony appearance before getting some sleep. When they reappear several hours later, Macleay Street is packed.
(Halaaahhh...jadi waktu itu aku masih berada di wilayah King Cross???!!)
Ya begitu deh....lain kali aku sambung deh ceritanya. Segala hal yang tercecer ketika aku menginap di hotel – hotel (baik di Indonesia maupun mancanegara).
No comments:
Post a Comment