Saat Mencintai Seseorang Sama Dengan Berjudi
Judul Novel : Blackjack
Penulis : Clara Ng & Felice Cahyadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Judul Novel : Blackjack
Penulis : Clara Ng & Felice Cahyadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Girang banget waktu menemukan
novel dengan thema perjudian. Aaaah masa lalu....hahaha. Dunia Blackjack pernah
akrab mewarnai masa lalu saya. Kalau lihat tampilan saya sekarang (atau bahkan
dahulu) nggak ada yang percaya khaaaan? Makanya don’t judge the book by its cover. Baca dong...baca setiap bab hingga
mendalam :D Masih nggak percaya bahwa saya mantan penjudi??? Nanti deh ya saya
perlihatkan membercard dari kasino
terbesar di luar negeri sonoh (Huuus, ini aib yang harus ditutupi!)
Tapiii sekarang saya sudah tobat
kok! Lagipula saya kalau nge-bet di
meja kasino nggak sampai tekor, kalau udah menang saya langsung ngeloyor.
Bandar-nya sampai sebel sambil bersyukur kaliiii, bersyukur karena gak saya
bikin tekor :D
99,9 % kisah ini (mungkin) pernah
terjadi di tempat lain, pada zaman yang berbeda, pada dunia yang tak lagi sama.
Membaca novel ini memang seakan
melempar saya ke masa lalu yang menurut saya konyol namun penuh hikmah yang buaaanyak banget di
dapat dan bertubi-tubi saya syukuri sampai detik ini. Novel yang terinspirasi
dari kisah nyata. Sebelum membaca bab pertama buku ini maka kita akan membaca
kalimat diatas. Ya, kisah seorang gadis muda – mahasiswi cantik dan baik hati
yang kuliah di luar negeri bernama Ashlyn. Berpacaran dengan mahasiswa asal
Indonesia. Si cowok ini punya hutang ngejublek.
Hutang Jaeed yang ngejublek dengan
banyak mahasiswa Indonesia serta mahasiswa asing lainnya teramat sangat
merepotkan Ashlyn, sang kekasih. Berulangkali Ashlyn ditipu dengan sandiwara
ala drama oleh Jaeed. Dari alasan Jaeed memiliki masalah dengan chavas sampai
harus dioperasi di rumah sakit. Bahkan Jaeed seringkali menggunakan nama Ashlyn
untuk meminjam uang ke mahasiswa Indonesia lainnya.
Tetapi dasar Ashlyn yang cinta
mati dengan cowok doyan judi ini, maka dia seringkali lari dari kenyataan –
dalam artian walaupun beberapa kali dia melihat kenyataan namun alam sadarnya
berusaha menyangkal kenyataan bahwa si cowok yang dicintainya banyak
memanfaatkan dirinya.
Novel merupakan kolaborasi dari 2
penulis senior dan junior, Clara Ng dan Felice Cahyadi. Nulis resensi novel ini
dari sudut teknis penulisan??? Hhhmmmm, apa sih yang kurang dari ilmu
kepenulisan Cik Clara Ng? Barangkali sama dengan kita membacanya, mengalir,
maka Penulis senior yang tulisannya sudah saya gemari sejak awal beliau menulis
novel pertamanya menulis seakan tanpa guncangan – terus mengalir sehingga dalam
sekejap saya sudah selesai membacanya. Penggunaan bahasa dalam novel ini juga
membantu mengalirkan kita dalam membacanya, dikarenakan tidak ada catatan kaki
dan tidak bercampur baur antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Total
menggunakan bahasa Indonesia. Editingnya juga rapi.
Oh, barangkali 1 hal yang menjadi
ganjalan saya pribadi, yakni saat bermain judi (khususnya Blackjack) di kasino.
Di novel ini saya menangkap bahwa saat permainan berlangsung antara Ashlyn dan
Jaeed saling berkomunikasi. Sedangkan yang saya alami selama bermain blackjack di kasino, para pemain tidak
diperbolehkan berkomunikasi apabila salah satu atau keduanya duduk di “kursi
resmi” meja selama permainan berlangsung.
Kisah ini bersetting 2 kota di
Inggris, Newcastle dan London.Walaupun background tempat dari Newcastle dan
London tidak tertulis secara detail saya sebagai pembaca tetap merasakan suasana
negeri Lady Diana and Kate Midleton ini. Nggak masalah juga sih nggak secara
detail menjelaskan mengenai tempat yang ada disono, toh buku ini bukan buku
traveling :D
Yang jadi pertanyaan saya tentang
telepon umum. Khan ada cerita tentang Ashlyn yang menunggu telepon dari
sahabatnya, Adel. Daripada menunggu panggilan telepon berjam-jam dan “ngamuk”
karena sambungan telepon terputus, kenapa Ashlyn tidak melakukan collect call saja?? (Hihihi...collect call merupakan kebiasaan saya
saat mau menghubungi keluarga di Indonesia tetapi ogah beli phonecard/pulsa ! :p)
Sampul buku mengesankan novel
terjemahan, bersetting Australia karena mirip-mirip Harbour Bridge gitu. Kalau di Inggris khan harusnya Big Ben yak?!
Hhmmm, nanti saya googling lagi deh apakah di Newcastle terdapat Harbour Bridge semacam di Sydney atau
Auckland.
Blackjack memberi warna lain bagi novel karya penulis Indonesia
yang saat ini beredar. Tetap berthema romansa, kisah cinta sepasang manusia
yang dilanda cinta. Walaupun demikian kisah ini juga membuka mata masyarakat
Indonesia bahwa kenyataan kisah kelabu cinta tidak harus mengenai
perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga or penganiayaan oleh pacar
,rebutan harta dan foya-foya. Jaeed yang suka berjudi tidak menggunakan uang
yang di dapat dari menipu itu untuk berfoya-foya main perempuan atau narkoba. Feeling saya sih Jaeed sebenarnya memang
cinta dengan Ashlyn kok, tetapi dia tidak cerdas strategi dalam berjudi saja
(#eh!) .
Kisah novel ini juga memberi
pandangan bahwa seorang penjudi bukan berarti harus menggunakan narkoba atau
mabok-mabokan seperti yang ada di film-film Indonesia, karena di sebuah kasino
resmi dipastikan memiliki aturan yang ketat. Untuk masuk ke kasino tersebut
saja kita tidak diperkenankan membawa minuman keras atau benda berbahaya lain.
Namun demikian bukan berarti pula “mengajarkan” ke pembaca bahwa “oke-oke aja
loe pacaran sama penjudi”. (Loe boleh
nekad pacaran sama penjudi yang di depan loe bersikap romantis dan perhatian,
tapi loe mau gak uang kuliah en sewa kamar tempat loe berteduh kepakek untuk
berjudi sampek loe jadi gelandangan di Inggris seperti Ashlyn?)
Pesan moral cerpen ini lumayan
kuat kok, bagi saya pribadi juga membaca siratan di kisah ini, salah satunya
adalah bahwa : Mencintai Seseorang atau sesuatu adalah sama dengan permainan
judi. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi selanjutnya dalam kisah cinta
kita. Demikian pula saat bermain judi di kasino kita tidak tahu di mana roulette atau slot machine akan berhenti, kita tidak tahu kartu apa yang akan diberikan
ke kita oleh bandar dan kartu apa yang di pegang oleh bandar. Bahkan bandar-pun
tidak mengerti kartu apa yang akan dia berikan ke pemain dan tidak mengerti
pula kartu apa yang dia pegang. Semua-nya hanya Mahacinta yang mengetahui. Oleh
karenanya mencintai Mahacinta dulu yuuuuk.... :D
Akhir cerita (barangkali) bagi
sebagian orang akan berpendapat terkesan dipaksakan. Namun menurut saya hal itu
mungkin saja terjadi kok, karena khan bisa saja Jaeed masih terus memantau
keberadaan Ashlyn melalui sosial media. Hari gini gitu loh, kalau nyari orang
berpendidikan pastinya melalui internet terlebih dahulu...hehehe.
Dah ya, saya bikin resensi-nya
sengaja nggak “runut” , supaya kalian baca sendiri novelnya. Kalau saya bikin
resensinya secara runut khan malah jadi spoiller...hehehe.
(Anna R.Nawaning S , Twitter : @balqis57)
No comments:
Post a Comment