Friday 10 May 2019

Novel Yorick, Novel Genre Motivasi Bisnis Berdasarkan Kisah Nyata


Seorang rekan di WAG memberi informasi mengenai Novel Yorick yang awalnya kurang menarik di hati karena warna cover-nya yang cenderung “suram”. Maklumlah, walaupun saya termasuk gemar membaca buku, namun daya tarik sampul buku merupakan salah satu yang membuat saya lebih berhasrat membaca buku tersebut. Apalagi begitu mengetahui bahwa novel ini berdasarkan kisah nyata. Pasti suram dan sedih! Ampuuuun...kondisi saya sejak awal tahun 2018 “sebatang kara”, Ibu kandung meninggalkan dunia ini di bulan Januari 2018 , assisten rumah tangga yang paling setia kepada Ibu meninggal dunia di bulan September 2018, petugas keamanan rumah  yang selama ini juga menjaga perumahan sejak masa Ayah saya masih ada juga meninggal dunia bulan Desember 2018, terakhir keponakan pertama (Usianya nyaris sebaya dengan saya)  yang merupakan teman bermain sejak kecil meninggal dunia di bulan Maret 2019. Selama 2 tahun terakhir beruntun saya ditinggal oleh orang-orang dekat dalam kehidupan. Waah, bisa nangis bombay saya membaca novel ini!
Tetapi setelah melihat dan membaca sampul belakang buku ini, Saya tertarik untuk membacanya karena ada warna negeri Rusia. Rusia, negeri yang terdapat dalam rencana wisata saya di tahun 2019 – 2020 bersama kakak kandung yang ditinggal suaminya pada bulan September 2018. Meninggal dunia juga... Jadi saya berharap mendapatkan referensi dari novel Yorick mengenai situasi dan kondisi Rusia secara mendalam. Akhirnya di awal Mei 2019 saya membeli buku ini di Gramedia Matraman Jakarta Timur, toko buku favorit terdekat dengan tempat tinggal.

“Aku bangga, walaupun aku tidak punya apa-apa, tidak punya keluarga seperti yang lain, tidak diajari dan dimentori, tapi aku punya Nenek yang tidak dimiliki orang lain. Nenek, adalah “maha guru” dengan seribu pelajaran”

Beberapa bagian dari kisah berselang seling antara kisah saat Yorick dewasa dan Yorick masih bersekolah dan mengaji di Desa Panjalu Ciamis propinsi Jawa Barat. Namun setelah itu alur kisah kembali tentang Yorick bocah Panjalu yang secara bertahap berkelana hingga ke ibukota Jawa Barat, Bandung. Walaupun membaca secara runut dan seolah mengetahui akhir dari kisah Yorick dewasa namun saya tetap tidak dapat menduga jalan cerita kehidupan Yorick sebelum saya membaca lembar demi lembar novel ini. Saya merasa dituntun untuk mengarungi kisah Yorick secara bertahap, dari ia masih belajar dan membantu Nenek Encum hingga akhirnya menjadi konglomerat sukses (Aih Yorick nanganin program cryptocurency juga seperti saya yang sedang senang mengamati dunia cryptocurency...hehehe). Saya menemukan hal lain dari kisah Yorick, yakni kisah yang antimainstream dalam “prinsip” orang Indonesia pada umumnya, dimana orang Indonesia pada umumnya selalu mengobarkan “Harta Yang Paling Berharga Adalah Keluarga”. Tidak bagi Yorick,   saya membaca bagi Yorick  harta yang paling berharga dalam kehidupannya adalah sebagai “Hamba Allah” yang walaupun bagi umumnya masyarakat Indonesia melihat kasat mata bahwa Yorick dan Nenek Encum adalah orang-orang yang lemah, tetapi justru mereka berdua memiliki kekuatan yang sangat kuat! Kekuatan sebagai Hamba Allah yang mencintai Allah dan selalu memenuhi panggilan-NYA bila telah memasuki waktu shalat. Ini hakekat kebahagiaan seseorang. Bahagia tanpa syarat, bahagia yang bukan sekedar menjadi suami/istri, ayah/ibu,anak, tetapi murni sebagai Hamba Allah. (Lah daku kok jadi pengen ceramah kayak Ustadzah sih, mentang-mentang bulan Ramadhan :p)


“Menggantungkan hidup pada orang lain hal yang ia hindari. Prinsipnya adalah bekerja mengimbangi, memberi dan memberi. Maka semua akan kembali dengan takaran yang sama, bahkan lebih, bila niat baik menjadi modal utama dalam melakukan setiap pekerjaan.”
 (halaman 196)

Pesan moral dari kisah Yorick sangat kuat dengan bahasa tutur tanpa terkesan menggurui sedikitpun dari penulisnya, Kirana Kejora yang memang memiliki kekuatan dari ketrampilan menulis kisah-kisah inspiratif. Pada awalnya saya sempat sedikit berpendapat bahwa karakter pada tokoh di novel ini tidak terlalu kuat. Hanya tokoh Yorick dan Nenek Encum memiliki penggambaran karakter yang kuat. Namun saya mengerti bahwa jika sebab musabab kisah perpisahan kedua orang tua kandung Yorick dan 2 wanita yang pernah menjadi kekasih Yorick di ceritakan secara mendalam, hal ini justru akan mengaburkan kisah Yorick sebagai dirinya sendiri. Apalagi sepertinya novel ini bukan bertema romance ala sepasang kekasih umumnya. Bahkan saya seakan membaca bahwa novel ini merupakan novel bergenre “Motivasi Bisnis  yang sangat inspiratif. Langkah demi langkah perjuangan Yorick dalam membangun bisnisnya sangat kuat tertulis sehingga dapat menjadikannya pembelajaran bagi kita yang ingin berbisnis. Kuncinya adalah keyakinan dan tetap menjadi Hamba Allah yang tidak “terganggu” oleh tanggung jawab sebagai anggota keluarga. Tetapi jelas ada pesan moral kuat dari kisah Yorick dalam hubungan berkeluarga, yaitu sangat menghargai dan menjunjung tinggi orang yang merawat serta mendidiknya sejak ia masih kecil, yakni Sang Nenek.
 “Sahabat bukan hanya harta, namun juga jiwa bagi seorang Yorick yang di dapuk sebagai “kepala suku”.
“Kesetiaan, ketulusan, kepercayaan, tiga pilar utama bangunan persahabatan mereka”
(Halaman 199)

Jika ada lagu yang sempat populer yang menyatakan bahwa persahabatan adalah bagai kepompong, maka saya justru melihat kehidupan Yorick-lah yang bagai kepompong. Perjuangannya dari zero hingga menjadi hero bagi orang-orang terdekat, sungguh ditempa dengan berbagai masalah. Dengan keyakinan dan memaafkan masa lalu-nya ia mampu menolong diri beserta bisnisnya yang lain. Yorick, pria yang berstatus “sebatang kara” justru menjadi manusia yang memberi banyak manfaat bagi orang banyak. Lagi-lagi ini menjadi inspirasi saya yang kini juga “sebatang kara”. Sungguh hal ini tidak pernah membuat hati merasa sunyi karena dengan “sebatang kara” kita justru bisa memberi banyak manfaat bagi lebih banyak lagi ke orang-orang terdekat kita. Bagus bukan langkah-langkah Yorick bagi perjalanan hidup saya kedepannya? (Kesunyian tak akan membuatnya hilang. Penderitaan tak akan membuatnya tenggelam. Karang yang terkikis akan tetap setia kepada ombak.)

Untuk sebuah karya novel (literasi kreatif) maka saya berani memberi nilai 8.5/10 dari novel ini. Entahlah, apakah boleh saya mengatakan bahwa novel ini adalah fiksi? Karena sahabat-sahabat Yorick dalam kehidupannya terpampang jelas di akhir buku lengkap dengan foto diri mereka. Bahkan untuk lokasi kejadian serta nama-nama perusahaan Yorick, terpampang jelas di halaman belakang buku ini. buku ini diterbitkan pula oleh salah satu usaha Yorick. Yang saya prediksi bahwa kisah fiksi sebagai bumbu cerita hanya adegan Yorick saat bertemu Nevia di Rusia.  Dan apakah nama Yorick itu nama asli? Kok saya jadi penasaran, kenapa nama perusahaan induk dan nama diri Yorick terkesan beraroma Rusia? Hahaha...semoga saja bisa terjawab jika kita menyaksikan filmnya.
Yang pasti saya akan merekomendasikan novel ini ke “anak-anak asuh” dan “anak-anak didik” saya.Terutama kepada anak keponakan dan keponakan yang baru menjadi yatim/piatu. Karena mereka masih memiliki “guru besar dengan 1000 pelajaran”.

“Dulu saya termotivasi untuk maju. Tujuannya untuk membalas semua perlakuan orang-orang terhadap saya. Membalas setiap pukulan yang saya terima. Membalas setiap injakan yang mereka lakukan. Membalas setiap ucapan dan hinaan yang mereka katakan. Semua harus impas.  Saya juga pernah punya rasa iri, dengki, benci, dendam. Dan akhirnya saya lelah sendiri dengan semua itu.”

Ya, Yorick juga mengajarkan bahwa memaafkan masa lalu juga merupakan kunci kesuksesannya kini. Oh ya, masalah EYD dalam novel ini, maaf saya juga tidak menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kepenulisan karena saat kuliah saya menggunakan bahasa asing...hahaha...Yang pasti penuturan yang dituliskan oleh Sang Penulis sangat mengalir. Seingat saya hanya ada 2 kata yang harus dikoreksi, salah satunya adalah kata “mengganti” di halaman 267 yang kelebihan huruf “g”, jadi “menggganti” . Penggunaan bahasa daerah-nya juga asyik dibaca, karena kita tidak perlu membaca ‘catatan kaki’ untuk terjemahannya.
 Tulisan yang saya rasakan agak "mubazir" adalah saat Yorick harus dirawat di rumah sakit. Sebenarnya bisa dipersingkat. Barangkali yang harus lebih digali adalah lokasi desa Panjalu Ciamis agar potensi wisata-nya juga dapat tergali , seperti daerah yang akhirnya populer sejak dijadikan novel dan film. Yuk ah baca novel Yorick dan tonton filmnya!


Novel Yorick
Penulis         : Kirana Kejora
Editor           : Key Almira
Desain Sampul : Sidiq Yusliana
Penata Letak : Devandra Alby
Penerbit        : PT Netsky Prospekt Indonesia

No comments:

Post a Comment