Tuesday, 13 August 2019

Belajar Menjadi Manusia Unggul di The 5th Congress of Indonesian Diaspora


Di Hari Arafah 1440 H (Sabtu, 10 Agustus 2019) Saya mendapatkan kesempatan menangguk ilmu yang Insya Allah bermanfaat di masa depan . Sesuatu hal yang banget2 Saya syukuri ini . So menjalankan Puasa Arafah sambil menggali ilmu dari berbagai pakar berpengalaman dengan niat ibadah serta doa terus dalam hati selama menyimak pembahasan mereka yang berdiskusi serta berbagi ilmu dalam acara "The 5th Congress Of Indonesian Diaspora". Dihadiri partisipan dari 77 negara, 79 pembicara dan 20 sessions. Terselenggara di The Kasablanka Jakarta Selatan. The 5th Congress of Indonesian Diaspora mengangkat thema “Empowering Indonesia’s Human Capital”.


Saya hadir bersama Galuh yang baru 2 tahun kembali dari Berkeley USA, dia di USA mendapatkan kesempatan beasiwa LPDP dan magang di perusahaan besar di Amerika – hitungannya masih diaspora deh ya...hahaha. Sedangkan Saya juga Alhamdulillah sempat merasakan menjadi student plus bekerja paruh waktu di Belanda dan Selandia Baru. Pernah diterima di satu perusahaan di Parnell Auckland Selandia Baru, tetapi kalau kondisi yang tidak mengizinkan akhirnya kesempatan tersebut Saya lepas dengan ikhlas. Kami berdua sampai lokasi acara tepat parallel sessions akan dimulai. Kami berdua memang sengaja tidak menghadiri grand opening dan main session yang dimulai pada pukul 10 pagi hingga pukul 12.30.


Kami  mengikuti diskusi parallel sessions,yang  kami pilih saat parallel session 1 di adakan di Barbados Room dengan panelis :
H.E. Airlangga Hartarto (Minister of Industry of Indonesia), Arief Hakim (Founder and CEO of Indonesian Diaspora Connect App), Syafri Bahar (VP of Growth & Data Science, GOJEK), Bima Tjahja (AVP Data of Bukalapak), Dimoderatori oleh Antonius Alexander Tigor (Head of Digital Business Complience, Telkomsel Chevening Alumni). Sayangnya Ilham Habibie (Commissioner of PT Regio Aviasi Industri) berhalangan hadir. Pembahasannya mengenai Dispora Perspective : Steps for Indonesia to Thrive in The Era of Industrial Revolution 4.0.
Menteri Perindustrian RI, Airlangga Hartarto memaparkan presentasi berbagai program dan visi kementrian yang dipimpinnya. Berbagai langkah dan strategi untuk menghadapi persaingan global di dunia industri. Sedangkan panelis lainnya lebih bercerita tentang berbagai pengalaman dan strategi sesuai bidang yang mereka geluti – berikut berbagai pengalaman mereka menjadi diaspora. Alhamdulillah, di akhir session tersebut Saya dapat berfoto bersama Airlangga Hartarto. Secara Saya pernah memenangkan kompetisi flashblogging dari Kementrian Perindustrian bersama Kompasiana di bulan Desember 2017 , maka harus dong Saya berfoto dengan mentrinya ,,,,hehehe...


Parallel Session 2 kami berdua mengikuti "A Conversation with Ridwan Kamil and Cinta Laura : Being Creative in A Creative World" . Dimoderatori oleh Dino Patti Djalal (Chairman of the Board of Trustees IDN Global). Session ini terselenggara di Main Hall, karena “judulnya” conversation, jadi lebih bersifat talkshow atau ngobrol ringan. Obrolan ringan ini jelas berbobot, tetapi santai – apalagi celetukan dan gaya bertutur Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat) seperti seorang komika di Stand Up Comedy. Begitu selesai bertutur dengan menggunakan bahasa Inggris, mantan Walikota Bandung ini nyeletuk,”Bahasa Inggrisnya udah mirip Cinta Laura belum?!” Hahaha...RK juga banyak bercerita mengenai pengalamannya berkarir di Amerika. Ternyata ia juga memiliki almamater yang sama dengan Galuh, Universty of California Berkeley yang berjejalan orang Indonesia sukses di bidang pendidikan, karir serta dunia usaha. RK menyentil masalah budaya dalam berekspresi mengenai kelebihan ketrampilan yang kita miliki. Saat di Amerika awalnya ia sering merendahkan hati jika memiliki ketrampilan karena jika di Indonesia masih banyak yang menganggap seseorang adalah sombong jika mereka mengakui ketrampilan yang dia miliki. Khan sering tuh saat ditanya seseorang, apakah kamu menguasai internet? Maka jawabannya,”Alhamdulillah...bisa sedikit-sedikit. Nggak terlalu ahli sih, tapi bisa-lah..” Wah, kalau kamu menjawab seperti ini di Amerika pada saat kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan/project, maka jangan harap bisa diterima! Yess, kita harus percaya diri dan menunjukkan ketrampilan kita dengan semangat! Perhatikan budaya ini juga ya...


Cinta Laura, alumni Columbia University USA bercerita tentang pengalaman barunya di Jember Jawa Timur. Ia mengatakan bahwa Jember Festival tidak kalah (bahkan lebih bagus) dari festival serupa yang di Brazil. Pokoknya kita harus percaya diri dan berani berekspresi deh! Cinta Laura memberikan quote,”Di hidup ini kalian memiliki pilihan, tidur dan terus bermimpi atau bangun dari tidur dan kejar mimpi kamu!” Hayooo, kamu pilih mana?


Parallel Session 3 Saya dan Galuh memisahkan diri, Saya mengikuti "Diaspora Perspective : Developing Indonesia's Human Capital for the Future". Speaker : Bambang Brodjonegoro (Minister of National Development Planning), Yanuar Nugroho (Deputy to the Presidential Chief of Staff), Said Zaidansyah (Deputy Country Director, Indonesia Resident Mission-ADB/First Deputy President of IDN Global), Najeela Shihab (Founder of Sekolah and Kampus Guru Cikal/Board of Advisors at Pusat Studi Pendidikan Dan Kebijakan). Dimoderatori oleh Rene Suhardono Canoneo (President Commissioner of Ancol). Session ini ruaameee, dihidupkan oleh sang moderator yang kocak dan bikin suasana cair karena sebenarnya Najeela sempat melemparkan uneg-uneg betapa gawat daruratnya pendidikan dasar menengah di Indonesia, serta pihak swasta lebih berperan dalam membantu pendidikan di Indonesia. Saat ini lembaga pendidikan milik swasta lebih banyak dibanding pendidikan negeri, dan pendidikan yang terbaik hingga “terburuk” juga dimiliki oleh pihak swasta.
Di waktu yang sama (parallel session 3) , Galuh memilih session yang berpartner dengan KADIN ttg "Practical Tips to Create Successful Business Abroad". Sebenarnya daku ingin juga mengerti soal ini, apalagi salah satu panelisnya adalah Rosan Roeslani (Chairman of KADIN) yang erat hubungan bisnisnya dengan Sandiaga Uno.
Semoga semakin banyak  acara dengan panelis/speaker sebanyak dan sepakar seperti acara ini, supaya Indonesia segera mewujud jadi negara adidaya di dunia. Saya yakin, siapapun pemimpin negaranya maka Indonesia akan menjadi negara adidaya dalam waktu 10-20 tahun lagi karena potensi rakyat dan alamnya sudah luar biasa kaya sejak zaman dahulu kala. So nggak perlu-lah ada perdebatan si capres/presiden ini lebih baik dari capre/presiden itu, karena yang menentukan maju atau tidaknya diri kita atau negara adalah kita sendiri! Presiden mah hanya rezeki “lebih” yang diberikan kepada orang tertentu. Rezeki ada yang halal dan haram yee...hehehe...so kita pilih semua yang halal-halal aja ya buat diri kita. Insya Allah hidup kita kreatif produktif dan terbaik bagi nusa bangsa dan agama. Aamiin.
Bukan maksud “menghibur diri” jika Saya katakan bahwa Saya sangat bersyukur karena tidak memperjuangkan visa permanent residence di suatu negara karena ternyata kini Indonesia akan menjadi negara adidaya.Negara jaya dan adidaya : Eropa adalah masa lalu, Amerika adalah sekarang, Asia (khususnya Indonesia) adalah masa depan. So buat diaspora yang masih diluar sana, adakah minat untuk menawarkan diri berperan dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045?

No comments:

Post a Comment