Di Hari Arafah 1440 H (Sabtu, 10 Agustus 2019) Saya mendapatkan kesempatan menangguk ilmu yang Insya Allah bermanfaat di masa depan . Sesuatu hal yang banget2 Saya syukuri ini . So menjalankan Puasa Arafah sambil menggali ilmu dari berbagai pakar berpengalaman dengan niat ibadah serta doa terus dalam hati selama menyimak pembahasan mereka yang berdiskusi serta berbagi ilmu dalam acara "The 5th Congress Of Indonesian Diaspora". Dihadiri partisipan dari 77 negara, 79 pembicara dan 20 sessions. Terselenggara di The Kasablanka Jakarta Selatan. The 5th Congress of Indonesian Diaspora mengangkat thema “Empowering Indonesia’s Human Capital”.
Saya hadir bersama Galuh yang
baru 2 tahun kembali dari Berkeley USA, dia di USA mendapatkan kesempatan
beasiwa LPDP dan magang di perusahaan besar di Amerika – hitungannya masih
diaspora deh ya...hahaha. Sedangkan Saya juga Alhamdulillah sempat merasakan
menjadi student plus bekerja paruh waktu di Belanda dan Selandia Baru. Pernah
diterima di satu perusahaan di Parnell Auckland Selandia Baru, tetapi kalau
kondisi yang tidak mengizinkan akhirnya kesempatan tersebut Saya lepas dengan
ikhlas. Kami berdua sampai lokasi acara tepat parallel sessions akan dimulai.
Kami berdua memang sengaja tidak menghadiri grand opening dan main session yang
dimulai pada pukul 10 pagi hingga pukul 12.30.
Kami mengikuti diskusi parallel sessions,yang kami pilih saat parallel session 1 di adakan
di Barbados Room dengan panelis :
H.E. Airlangga Hartarto (Minister
of Industry of Indonesia), Arief Hakim (Founder and CEO of Indonesian Diaspora
Connect App), Syafri Bahar (VP of Growth & Data Science, GOJEK), Bima
Tjahja (AVP Data of Bukalapak), Dimoderatori oleh Antonius Alexander Tigor
(Head of Digital Business Complience, Telkomsel Chevening Alumni). Sayangnya
Ilham Habibie (Commissioner of PT Regio Aviasi Industri) berhalangan hadir.
Pembahasannya mengenai Dispora Perspective : Steps for Indonesia to
Thrive in The Era of Industrial Revolution 4.0.
Menteri Perindustrian RI,
Airlangga Hartarto memaparkan presentasi berbagai program dan visi kementrian
yang dipimpinnya. Berbagai langkah dan strategi untuk menghadapi persaingan
global di dunia industri. Sedangkan panelis lainnya lebih bercerita tentang
berbagai pengalaman dan strategi sesuai bidang yang mereka geluti – berikut
berbagai pengalaman mereka menjadi diaspora. Alhamdulillah, di akhir session
tersebut Saya dapat berfoto bersama Airlangga Hartarto. Secara Saya pernah
memenangkan kompetisi flashblogging dari Kementrian Perindustrian bersama
Kompasiana di bulan Desember 2017 , maka harus dong Saya berfoto dengan
mentrinya ,,,,hehehe...
Parallel Session 2 kami berdua
mengikuti "A Conversation with Ridwan Kamil and Cinta Laura : Being Creative in A
Creative World" . Dimoderatori oleh Dino Patti Djalal (Chairman of
the Board of Trustees IDN Global). Session ini terselenggara di Main Hall,
karena “judulnya” conversation, jadi lebih bersifat talkshow atau ngobrol
ringan. Obrolan ringan ini jelas berbobot, tetapi santai – apalagi celetukan
dan gaya bertutur Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat) seperti seorang komika di
Stand Up Comedy. Begitu selesai bertutur dengan menggunakan bahasa Inggris,
mantan Walikota Bandung ini nyeletuk,”Bahasa Inggrisnya udah mirip Cinta Laura
belum?!” Hahaha...RK juga banyak bercerita mengenai pengalamannya berkarir di
Amerika. Ternyata ia juga memiliki almamater yang sama dengan Galuh, Universty
of California Berkeley yang berjejalan orang Indonesia sukses di bidang
pendidikan, karir serta dunia usaha. RK menyentil masalah budaya dalam
berekspresi mengenai kelebihan ketrampilan yang kita miliki. Saat di Amerika
awalnya ia sering merendahkan hati jika memiliki ketrampilan karena jika di
Indonesia masih banyak yang menganggap seseorang adalah sombong jika mereka
mengakui ketrampilan yang dia miliki. Khan sering tuh saat ditanya seseorang,
apakah kamu menguasai internet? Maka jawabannya,”Alhamdulillah...bisa
sedikit-sedikit. Nggak terlalu ahli sih, tapi bisa-lah..” Wah, kalau kamu
menjawab seperti ini di Amerika pada saat kesempatan untuk mendapatkan
pekerjaan/project, maka jangan harap bisa diterima! Yess, kita harus percaya
diri dan menunjukkan ketrampilan kita dengan semangat! Perhatikan budaya ini
juga ya...
Cinta Laura, alumni Columbia
University USA bercerita tentang pengalaman barunya di Jember Jawa Timur. Ia
mengatakan bahwa Jember Festival tidak kalah (bahkan lebih bagus) dari festival
serupa yang di Brazil. Pokoknya kita harus percaya diri dan berani berekspresi
deh! Cinta Laura memberikan quote,”Di hidup ini kalian memiliki pilihan, tidur
dan terus bermimpi atau bangun dari tidur dan kejar mimpi kamu!” Hayooo, kamu
pilih mana?
Parallel Session 3 Saya dan Galuh
memisahkan diri, Saya mengikuti "Diaspora
Perspective : Developing Indonesia's Human Capital for the Future".
Speaker : Bambang Brodjonegoro (Minister of National Development Planning),
Yanuar Nugroho (Deputy to the Presidential Chief of Staff), Said Zaidansyah
(Deputy Country Director, Indonesia Resident Mission-ADB/First Deputy President
of IDN Global), Najeela Shihab (Founder of Sekolah and Kampus Guru Cikal/Board
of Advisors at Pusat Studi Pendidikan Dan Kebijakan). Dimoderatori oleh Rene
Suhardono Canoneo (President Commissioner of Ancol). Session ini ruaameee,
dihidupkan oleh sang moderator yang kocak dan bikin suasana cair karena
sebenarnya Najeela sempat melemparkan uneg-uneg betapa gawat daruratnya
pendidikan dasar menengah di Indonesia, serta pihak swasta lebih berperan dalam
membantu pendidikan di Indonesia. Saat ini lembaga pendidikan milik swasta
lebih banyak dibanding pendidikan negeri, dan pendidikan yang terbaik hingga “terburuk”
juga dimiliki oleh pihak swasta.
Di waktu yang sama (parallel
session 3) , Galuh memilih session yang berpartner dengan KADIN ttg
"Practical Tips to Create Successful Business Abroad". Sebenarnya daku
ingin juga mengerti soal ini, apalagi salah satu panelisnya adalah Rosan
Roeslani (Chairman of KADIN) yang erat hubungan bisnisnya dengan Sandiaga Uno.
Semoga semakin banyak acara dengan panelis/speaker sebanyak dan
sepakar seperti acara ini, supaya Indonesia segera mewujud jadi negara adidaya
di dunia. Saya yakin, siapapun pemimpin negaranya maka Indonesia akan menjadi
negara adidaya dalam waktu 10-20 tahun lagi karena potensi rakyat dan alamnya
sudah luar biasa kaya sejak zaman dahulu kala. So nggak perlu-lah ada
perdebatan si capres/presiden ini lebih baik dari capre/presiden itu, karena
yang menentukan maju atau tidaknya diri kita atau negara adalah kita sendiri!
Presiden mah hanya rezeki “lebih” yang diberikan kepada orang tertentu. Rezeki
ada yang halal dan haram yee...hehehe...so kita pilih semua yang halal-halal
aja ya buat diri kita. Insya Allah hidup kita kreatif produktif dan terbaik
bagi nusa bangsa dan agama. Aamiin.
Bukan maksud “menghibur diri”
jika Saya katakan bahwa Saya sangat bersyukur karena tidak memperjuangkan visa
permanent residence di suatu negara karena ternyata kini Indonesia akan menjadi
negara adidaya.Negara jaya dan adidaya : Eropa adalah masa lalu, Amerika adalah
sekarang, Asia (khususnya Indonesia) adalah masa depan. So buat diaspora yang
masih diluar sana, adakah minat untuk menawarkan diri berperan dalam mewujudkan
Indonesia Emas 2045?
No comments:
Post a Comment