Phuiiiwh...akhirnya selesai juga project mengenai Kopi dari Markplus yang pernah Anna ceritakan disini. Ini project...ya tentang Kuliner (khan tentang kopi alias beverage), ya traveling (ngikutin responden weekdays and weekend – termasuk ke coffeeshop) plus ya kerja juga (emang tugas Observer dari riset Field Markplus). Ya jadi camera person (handycam plus camdig pocket and prosumer), sekaligus wawancara ala reporter liputan (full MP3 recording). Recruiter, Interviewer, Team Leader, Observer, Caller...dalam project Raflesia ini Anna melakukan tugas – tugas tersebut. Gubrak dah, kesannya multitalenta sekaleee....;-p
Jadi teringat film ‘Coffee and Allah’ yang Anna tonton di Blitz Grand Indonesia event JIFFEST 2009.Film New Zealand yang meraih beberapa penghargaan. Tentang seorang muslimah Ethiopia yang tinggal di Mt.Albert (dekat kampusku euy! Cuma berseberangan jalan dengan Great North Road juga udah sampai tempat tinggalku di Point Chevalier Road).
Jadi teringat film ‘Coffee and Allah’ yang Anna tonton di Blitz Grand Indonesia event JIFFEST 2009.Film New Zealand yang meraih beberapa penghargaan. Tentang seorang muslimah Ethiopia yang tinggal di Mt.Albert (dekat kampusku euy! Cuma berseberangan jalan dengan Great North Road juga udah sampai tempat tinggalku di Point Chevalier Road).
When a cup of coffee is a gift from Allah.An Ethiopian Muslim woman's appetite for coffee, Islam and a good game of badminton.
2008 64th Venice Film Festival
2008 52nd Valladolid International Film Festival
2008 28th Louis Vuitton Hawaii International Film Festival
2008 Winner of Best Short Film- 28th Louis Vuitton Hawaii International Film Festival
2008 51st San Francisco International Film Festival
http://www.nzfilm.co.nz/filmcatalogue/Films/Coffee___Allah.aspx
Akhirnya Anna “make movie” about coffee juga deh karena project ini. “Menceritakan” tentang 2 orang, pertama masuk kategori ‘Social Coffee Drinker’ dan seorang lagi masuk ‘Coffee Connoiseur’. Karena project ini pula, Anna yang semula masuk dalam kategori ‘Heavy Coffee Drinker’ – walau hanya kopi instan dan 3 in 1, akhirnya menjadi ‘Coffee Connoiseur’ yang menemukan keindahan dalam seni dunia perkopian, khususnya kopi Indonesia. Do you know that Indonesia has the most expensive coffee in the world!
Rabu malam, 28 April 2010 Anna sempat minta antar Amel untuk melengkapi data mengenai kopi ini di Pondok Indah Mall 1. Bertemu dengan 1 partisipan. Kami menikmati Kopi Lanang yang dibuatnya dengan cara yang unik,menu khas dan unggulan dari ‘Tator Boutique Coffee’ yang pemiliknya sama dengan Wardjok Asli. Anna jadi ingat saat berkumpul dan membahas sesuatu dengan Rinaldi, Pak Bram, Pak Aswin, Mas Eko, Rian, Diah dan Monik (pilot cewek Air Asia) di Tator Dharmawangsa Square. Serta teringat tanggal 9 November 2009 usai menonton di Mall Ratu Indah bersama Ardian Yunianto, rekan-rekan Ardian Yunianto melanjutkan stay di Tator Coffee Mall Ratu Indah Makassar, sedangkan Anna lebih memilih melanjutkan perjalanan ke TransStudio Makassar. Ah andai mengerti kalau di cafe tersebut terdapat minuman favorit yang penyajiannya unik dan kopi tersebut berasal dari daerah dekat sana (Toraja), tentu Anna akan sejenak menikmati kopi tersebut. Setelah Anna mencobanya...hhmmm dashsyat! Huuh, kenapa waktu di Makassar Anna nggak keliling kafe atau warung kopi menikmati kekhasan kopi Sulawesi ya? ;-)
Proses penyajiannya ,seperti yang Anna dapatkan di web Tator dan Anna amati secara langsung adalah :
Waiter membawa alat yang disebut : Sypon. Alat ini berasal dari Jepang, dengan harga berkisar Rp 1,2 juta perunit-nya. Namun alat ini bukan berarti populer di Jepang.
Sypon tersusun dari sepasang labu kaca berukuran kecil yang dapat disusun atas bawah pada sebuah penyangga dari baja stainless. Labu yang berada di bagian atas disebut dengan 'upper', sedangkan bagian bawah disebut dengan 'lower'. Dibawah 'lower' terdapat semacam kompor kecil berbahan bakar spiritus yang mudah terbakar, apinya berwarna biru. Alat semacam kompor tersebut berfungsi untuk memanaskan air yang dituangkan di labu 'lower'.
Bubuk Kopi Toraja yang disajikan kepada Responden dituang di labu 'upper'. Bagi yang ingin kental dipilih takaran reguler, sedangkan yang ingin sedikit lebih kental dipilih medium strong. Saat itu Responden memilih medium strong.
Setelah air yang terdapat di labu 'lower' panas, maka air terserap ke atas menuju labu 'upper' hingga melarutkan bubuk kopi Toraja biji Tunggal tersebut. Pemanas air atau kompor disingkirkan ketika air di labu 'lower' habis terserap, lalu dengan sendirinya larutan kopi dan air di labu 'upper' turun ke labu 'lower' sebagai larutan yang telah tersaring. Dan itulah saripati dari Kopi Toraja yang memiliki manfaat bagi vitalitas , khususnya bagi pria. Untuk menyajikan kopi tersebut ke dalam cangkir memiliki teknik tersendiri pula, yakni larutan kopi di labu dituang ke dalam cangkir berukuran 50ml dengan memberi jarak yang cukup jauh antara kedua wadah saat penuangan. Hal tersebut berguna supaya aroma kopi Toraja yang khas tersebut bisa keluar dan menyebar keharuman aromanya. Kemudian Responden menaburkan brown sugar dan creamer ke cangkir yang telah dituangkan kopi tersebut.
Aaah, betapa kaya-nya bumi Indonesia-ku, baik alam maupun aneka tradisi-nya.So hanya katak kampung dalam tempurung yang menyatakan bahwa saya 'luar negeri minded' ;D
No comments:
Post a Comment