Tuesday 20 March 2018

Semalam di Johor Bahru Malaysia


Salah satu sudut Komtar JBCC
Setelah menenami seorang teman berfoto-foto ria di Singapore selama 3 hari 2 malam, maka memasuki hari pertama di bulan February 2018 kami melanjutkan perjalanan ke Johor Bahru Malaysia. Ini  merupakan ke-empat kalinya saya menjejakkan kaki ke negeri jiran Malaysia, 2x di Kuala Lumpur dengan penerbangan Malaysia Airlines dan Garuda Indonesia. 1x di Johor Bahru sekedar menikmati Teh Tarik di negeri asalnya ketika saya stopover di Singapore dengan penerbangan Singapore Airlines. Nah ke-4 kembali saya ke Johor Bahru – bukan sekedar melipir untuk menambah stempel pasport, tetapi kami menginap 1 malam di hotel yang berlokasi di Johor Bahru Malaysia.


Perjalanan Raffles Place – Johor Bahru Sentral City
Sekitar pukul 10an pagi kami berdua naik MRT dari Raffles Place menuju Kranji MRT Station. Sebelumnya kami melakukan top up EZ-Link yang kami miliki. Setidaknya jangan sampai nge-pas deh, maka kami masing-masing melakukan top up SG $ 10. Saya kurang memperhatikan berapa jumlah yang berkurang setelah menempuh perjalanan dari Raffles Place hingga Kranji. Setibanya di Kranji (station MRT yang sangat biasa. Lebih keren  Stasiun CL Pasar Minggu Jakarta...bangga sama negeri sendiri ah!) kami menunggu bis menuju imigrasi Malaysia. Dari situ kami tidak melanjutkan perjalanan dengan bis tersebut, karena hotel kami terletak di area ini.

CIQ Central Hotel Johor Bahru

Ngopi di Lobby Hotel
Entah kenapa sejak awal saya ke Johor Bahru, orang Singapore yang mengetahui bahwa kami akan ke Johor Bahru selalu menasehati kami dan mengatakan bahwa kondisi Johor Bahru sangat tidak nyaman, banyak copet dan berbagai cerita yang seakan menakut-nakuti. Maka untuk lebih amannya saya bertanya langsung ke information tourist atau petugas berseragam yang ramah-ramah terhadap saya. Hanya yang membuat saya “terpana”, setiap saya yang  bertanya  maka mereka akan menjelaskan dengan menggunakan bahasa Melayu kepada saya. Duh pliiisss, sejak kuliah saya memiliki banyak teman asal Malaysia dan sambil kuliah saya juga sempat bekerja parttime di restaurant Malaysia di Auckland NZ, namun saya lebih mengerti jika mereka berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris. Pening kepala awak nih kalau dengar orang cakap Melayu.... Saya-pun memberi tugas ke teman saya agar selama di Malaysia dia yang banyak bertanya ke orang lain karena selama di Singapore orang mengiranya orang Singapore atau Philipina. Sedangkan saya yang berkerudung, pasti deh langsung di jelaskan dengan menggunakan bahasa Malay walaupun saat bertanya saya memulainya dengan bahasa Inggris...pfuuuf...Masih untung orang-orang memanggil saya dengan panggilan “Kak”,”Miss” dan “Mam”. Kalau di panggil “Mak Cik” pasti saya protes keras...hahaha...

2 bed di kamar yang kami tempati. Nggak perlu "manjat2" kayak di hostel :D
Alhamdulillah akhirnya kami dapat menemukan hotel yang telah kami booking dari Jakarta. Jaraknya tidak sampai 1 kilometer dari Johor Bahru Sentral, namun berhubung jembatan penghubung/penyeberangan sedang direnovasi maka kami harus sangat berhati-hati menyeberang jalannya. Kecepatan tinggi dan saya tidak membeli travel insurance dalam perjalanan kali ini euy!
Jika kami amati di Johor Bahru terlihat berbagai nama hotel di atas gedung-gedungnya. Itu sangat membantu traveler untuk menemukan hotel yang dituju. 

Bathroom di dalam kamar kami
Saat check in kami diminta menunjukkan pasport dan deposit RM 50. Lobby hotelnya bening, padahal sebelahan pas sama warung macam di pasar traditional. Saat memasuki kamar hotel, kami bernafas lega dan langsung menyalakan AC dan televisi. Walaupun tidak senyaman bintang 4 – 5 namun setidaknya sangat layak bagi kami beristirahat setelah 2 malam menginap di hostel. Hehehe...padahal rate CIQ Central Hotel ini hanya Rp 320 ribu/malam, tetapi kami merasa puas-lah dengan fasilitas yang tersedia kecuali koneksi internetnya di kamar. Rate yang kami bayarkan tanpa breakfast, namun bukan masalah buat kami karena saya memang tidak terbiasa sarapan dan kami ingin menikmati kuliner setempat. Gituuu...



The 1st Indoor Angry Birds Activity Park in ASIA
Setelah check in hotel, shalat dan utak atik wifi (Perjalanan kali ini kami benar-benar menjadi fakir wifi...Bukannya nggak mampu beli SIM Card setempat, sewa wifi atau sok ngirit, namun kami – khususnya saya tidak mau terganggu oleh berita-berita atau chatingan2 gak jelas! Toch berita terburuk dalam hidup ini telah saya terima 3 hari sebelumnya – yakni ditinggalnya saya oleh wanita tercinta ke surga. Saya yakin tidak akan ada yang lebih buruk dari berita ini lagi, dan andai mendapatkan berita bahagia saat itu juga maka saya yakin berita tersebut tidak akan membalikkan kesedihan  menjadi kebahagiaan saya. Lebay? Oh no, ini memang peristiwa tersedih dalam hidup saya kok! Daripada saya sibuk dengan gadget, lebih baik sepanjang perjalanan ini saya melantunkan rangkaian doa  dan talk to  Allah Swt. “Merayu” DIA agar menempatkan kedua orang tua saya di tempat terbaik dan melancarkan jalan mereka ke surga-NYA. Perjalanan saya kali ini sekedar menepati janji, membayar janji bahwa saya harus menemani teman yang belum pernah keluar negeri dan tidak mau pergi dengan orang selain saya. Tidak memiliki hutang dan mendoakan kedua orang tua agar perjalanannya lancar menuju surga-NYA merupakan kebahagiaan yang tak terhingga bagi saya.

Eskalator menuju bioskop...
Aiiih serius amat yak. Sekarang saya tanyakan kepada teman saya, mau kemana dan mau ngapain? Dia menggeleng, apapun terserah saya katanya...Yo wis, saya menuju KOMTAR JBCC mengamati mall tersebut, melongok ke bioskopnya (Sayang film yang sedang tayang bukan film yang saya mau tonton) dan menuju ANGRY BIRDS ACTIVITY PARK. Taman bermain indoor ini merupakan Angry Birds Activity Park pertama di ASIA. Tetapi hal ini tidak memancing keinginan untuk masuk ke dalamnya. Harga tanda masuk ‘The 1st Indoor Angry Birds Activity Park in ASIA’ ini adalah RM 75 untuk single tiket hingga RM 850 untuk family annual pass (4 orang) . Terkadang ada harga diskon.
Setelah berfoto disekitarnya dan melihat-lihat aneka souvenir di depannya, kami kembali menuju JB Sentral. Teman saya membeli oleh-oleh snack untuk keluarga dan teman-temannya di Indonesia. Saya sih hanya membeli air mineral dan melihat-lihat majalah yang di jual disana. Wiiih, Laudya Chintia Bella jadi cover salah satu majalah Malaysia loh, dan selain itu ada majalah dengan cover depan foto 2 orang wanita cantik bersama seorang pria. Sekilas saya baca profil mereka...uhuuuk, ternyata 1 pria bersama dengan 2 istrinya yang kesemuanya akuuur...hohoho, poligami di negeri ini ternyata lebih “berani” euy!

Di depan hotel Legoland
Legoland Malaysia – The first-of-its-kind in Asia and The First International Park in Malaysia
Bis Causeway Link yang melewati Legoland berangkat pukul 5 sore dari JB Sentral. Dengan membayar RM 4.50 perorang kami duduk dengan tenang. Saya pikir dalam hitungan 15 – 20 menit kami sudah tiba di depan Legoland. Ternyatah??? Lebih dari 50 menit alias nyaris 1 jam kami baru tiba di Medini Area. Padahal jalan menuju sana sangat lancar, seperti melalui highway gitu deh. Hanya mampir menurunkan dan menaikkan penumpang di terminal Lankin. Itupun tidak sampai 5 menit! Huaaa...bersyukur deh, pukul 6 – 7 malam matahari masih memancarkan sinarnya di sekitar Legoland. Lagi ada pembangunan. Teman saya yang memang bukan penggemar wahana pemacu adrenalin tidak berminat masuk ke Legoland. Sedangkan saya? Waah, seluruh theme park di dunia ini harus saya nikmati wahana-nya. Oke-lah bukan sekarang, tapi saya akan kembali lagi bersama orang-orang yang gemar memacu adrenalin.


Tiket bis JB Sentral - Legoland
Saat ingin kembali ke JB Sentral, kami kena omel wanita berjilbab yang merupakan sopir bis  tetapi gaya ngomel dan mata mendelik bercelaknya macam cewek antagonis di film India :p  Penyebabnya? Saya menyodorkan uang RM 100 untuk membayar tiket bis yang hanya RM 9 (berdua). Yaelaaah, dimana-mana orang kena omel karena nggak punya uang untuk membayar! Kita mah banyak duiiit yeee, mosoq kena omel juga. Lagipula ini area wisata international loh, harusnya sedia’in kembalian napah? Petugas bis yang di loket juga tidak memiliki uang kembalian, saya diminta untuk membelanjakan uang tersebut ke souvenir shop yang ada di situ. Lagi-lagi, souvenir shop tersebut tidak memiliki kembalian...hadeuuuuh, miskin amat sih loe pada! Jadi ingat, ketika kita tiba di area ini tadi, ada turis cewek (sepertinya dari Jepang atau Korea) yang keluar dari toko tersebut dan menanyakan money changer ke petugas bis di loket. Mungkin tuh cewek juga puyeng nggak punya duit kecil...hihihi...Saya suruh saja bis tersebut meninggalkan kami! Mending naik bis selanjutnya dan saya makan dulu di resto yang ada disana. Petugas loket bis yang sebenarnya ganteng itu dengan baik hati mengingatkan kami agar kembali tepat waktu agar kami tidak ketinggalan bis. Sempat juga ada sopir taksi yang menawari kami menuju JB Sentral, tetapi berhubung hari sudah mulai gelap dan kami masih daerah tersebut maka kami menolak tawaran tersebut. Medini area dan perjalanan menuju ke mari tadi memang lancar, sekaligus sepi. Banyak distrik bisnis yang sedang dibangun disana. Terkesan sekali Johor Bahru siap melampaui negeri jirannya, Singapore sebagai pusat bisnis dan kota metropolitan di Asia. Hhhhmmm, tapi kalau sumber daya manusianya masih mendelik-delik ke turis berduit mah kalian semua akan kalah telak dengan negeri gemah ripah penduduk nan ramah gemar menolong, Indonesia.....Ayooo Indonesia, tingkatkan pelayanan dan kejujuran kita nyook!! :))

๐Ÿ˜๐Ÿ˜‡๐Ÿ˜

Kami memasuki salah satu resto di Medini Lifestyle Mall @ Medini North Nusajaya bernama The Chicken Rice Shop. Saya memesan Wanton Soup dan Teh Tarik Cold dengan total harga RM 14.70. Saya sodorkan uang kertas RM 100 . Kasirnya seperti panik tidak memiliki kembalian...beuh, jangan sampek kami ngamuk nih setelah kami kecewa tidak adanya free wifi di resto ini. “Mending di Jakarta khan? Di fastfood outlet kita bisa dapat free wifi dengan modal beli softdrink aja...” . Teman saya manggut-manggut mendengar gerutu-an saya. Ada lagi yang bikin kesal?! Yess, pihak kasir nggak memberikan nota pembayaran sampai saya memintanya. Kalau di Indonesia, pembayaran tanpa nota bisa dikasih gratis nih kalau kita laporan.

Kuliner di Johor Bahru 

Mee Rebos, Wonton Soup dan Teh Tarik (Dok.Pribadi)
Setelah di dekat hotel, kami membeli nasi goreng di rumah makan depan hotel. Teman saya khan tadi tidak makan di Medini. Assistennya seorang cewek dari Jawa Timur yang dengan girangnya melayani kami dan menambah-nambah berbagai makanan yang kami pesan.”Nggak apa-apa, Mbak...nanti saya tambahin ayamnya yang banyak. Sambalnya Mbak mau seberapa? Pakek teri juga khan? Kol-nya Mbak nggak mau khan? Saya ganti telor aja yaa...” Hhhhmmm, niat dia baik sekali, padahal malam ini saya nggak mau banyak makan loh! Pihak hotel tidak melarang kami makan di dalam kamar, jadi dengan perut yang sangat kenyang kami tertidur. Ya Allah...ampuni saya yang kekenyangan.
Keesokan paginya kami nggak lapar. Cukup ngopi, dan snack yang kami nikmati saat akan check out. Oh ya walaupun tidak diberikan breakfast namun di lobby disediakan kopi, teh serta snack untuk para tamu hotel. Jam 11 siang kami berdua telah duduk di kios makanan Selera Utama di JB Sentral . Teman saya makan Nasi Lemak dengan beberapa lauk, sedangkan saya memesan Mee Rebos dan Teh Tarik. Saya benar-benar menikmati makanan tersebut, rasanya sangat mirip dengan masakan chef resto Malaysia di Auckland NZ tempat saya pernah bekerja parttime. Ya iyaaalaaah, yang masak benar-benar orang Malaysia asli cuuy! Demikian pula Teh Tarik-nya yang rasanya sangat pas! Hahaha...saya jadi ingat “keributan” saya dan Hiromi (teman kerja di resto Malaysia saat di NZ), kami berdua langsung “tuding2an” nggak mau membuat Teh Tarik jika tamu yang datang asli orang Malaysia...hahaha, secara gitu tamu-nya pasti akan protes jika rasanya tidak pas seperti selera mereka. Yaa, maklum dong , Dato’, kami khan orang Indonesia dan Jepang....
Total yang harus saya bayar untuk Mee Rebos dan Teh Tarik yang saya nikmati itu adalah RM 10.90
Aaah, sebenarnya sangat kurang menikmati kuliner di Malaysia hanya dalam semalam. Malaysia, aku akan kembali deh...apalagi kalau pekerja di hospitality industri-nya bisa lebih ramah lagi dan menyediakan uang kembalian selalu. Eh tapi selama saya di Kuala Lumpur, petugas-petugas di sana ramah-ramah dan baik terhadap saya loh!
Ah sudahlah, terpenting janji saya untuk mengantar teman ke Singapore dan Malaysia sudah terlunasi...dan teman saya juga happy tuh jalan-jalan...Berikutnya saya siap jalan-jalan lagiiii.... :))

No comments:

Post a Comment