Doc. Quarters |
Untuk kedua kalinya saya bermalam
di sebuah hostel di Singapore. Jujur saja, sebenarnya saya merasa tidak nyaman
menginap di hostel. Namun saya juga merasa "tidak tega" mengajak
teman saya sharing di hotel Singapore yang rate perkamarnya rata-rata diatas Rp
1 juta/malam. Memang masih ada hotel di daerah Geylang yang memiliki roomrate
tidak berselisih jauh dari hostel, tapi sebisa mungkin saya menghindar dari
kawasan tersebut karena ada beberapa pengalaman buruk yang terjadi di daerah
tersebut dialami oleh kenalan-kenalan saya dan pengalaman tersebut berdampak
buruk ke psikologis anaknya dan lansia yang mereka ajak juga. Apalagi teman
saya mengatakan,"Gue percaya sama elo, An karena loe biasa ke Singapore.
Dan gw yakin loe gak akan milih hotel di daerah Bang X dan keluarganya ngalamin
kejadian yang nggak ngenakin."
Yang akhirnya sempat saya
sahutin,"Gue emang udah belasan kali ke Singapore, tapi selalu stay di
hotel minimal berbintang 4." :D
Setelah jelajah sana sini melalui dunia maya, akhirnya saya memutuskan untuk
memilih Quarters Hostel di kawasan Clark Quay sebagai penginapan kami selama 2
malam. Kami memilih privat room dan melakukan transaksi melalui e-commerce
wisata dan lifestyle.
Source : FB Quarters |
Kenapa Saya Memilih Daerah Clarke Quay?
Karena beberapa tahun lalu saya
pernah jalan-jalan di arena ini bersama kakak, kakak ipar, keponakan, adik
kakak ipar, adik ipar kakak ipar dan keponakan kakak ipar (Hahaha, mulai ribet
nih silsilah! :p) . Seingat saya, ketika itu wisata kuliner dan hiburan-nya
asyik sekali di area ini. Pengalaman juga dahulu menyusuri Singapore River
dengan kapal air yang melintasi area
ini. Foto saya di Singapore River Cruise sedang melintas di patung Merlion ada
tuh, tetapi nggak bakal saya tayangkan ke public area karena saya belum
menutupi rambut kepala...hihihi...
Kenapa memilih daerah Clarke Quay
juga karena lokasinya berada di downtown Singapore. Ke Merlion Park dan
Raffless Palace cukup berjalan kaki. Secara teman saya berniat ke Singapore
“sekedar” berfoto-foto...hahaha, jadi saya pilih lokasi yang sangat strategis.
Kenapa Saya Memilih Quarters Hostel?
Saya nggak membandingkan dengan
hotel-hotel yang biasa saya inapi jika saya berkunjung ke Singapore loh.
Pengalaman menginap saya di hostel Singapore juga hanya sekali dan karena “terpaksa”. Jadi ini benar-benar
saya observasi dari dunia maya.
Penampakan foto dan menurut
informasi dari beberapa web, hostel ini bersih dan berlokasi strategis.
Menyediakan kamar privat serta nggak terlalu murah dan nggak terlalu mahal.
Privat Room yang kami tempati. Nggak dapat motret semua ruang karena kecilnya |
Kesan Setelah 2 Malam Stay di Quarters Hostel :
Dari Changi International Airport
saya memilih turun di Raffles Place MRT Station dibandingkan di Clarke Quay MRT
Station. Instruksi yang diberikan dari website hostel terkesan lebih mudah
menemukan lokasi dari arah Raffles Place. Ternyata nggak semudah
itu...hahahaha, atau mungkin karena saking mudahnya yach jadi kita “nggak
percaya” untuk melanjutkan pencarian saat sudah berada di depan Mc Donalds yang
menjadi patokan keberadaan hostel tersebut. Kami berdua kembali ke gedung
perkantoran UOB. Kembali menelaah peta di teras gedung tersebut, sampai
akhirnya seorang pria berwajah Asia menanyakan apa yang kami cari. Ia langsung
memberi petunjuk keberadaan hostel yang kami cari...hehehe, padahal tadi kami
sudah ke arah tersebut, tetapi khawatir makin menjauh dan membuat kami kembali
ke gedung UOB.
Kami menyusuri Circular Road yang
berjajar aneka club dan “resto gaul” seperti yang banyak terdapat di kawasan
Kemang Jakarta atau Kuta/Legian/Seminyak Bali. So buat traveler yang membawa
anak-anak atau lansia, sebaiknya tidak berjalan kaki melewati sepanjang jalan
ini. Lebih baik pilih Clarke Quay MRT Station jika akan ke Quarters Hostel.
Resepsionist Hotel :
Recepsionis hostel seorang cewek
cantik yang terkesan easy going. Menyambut kami dengan ramah dan meminta kami
berdua menunjukkan pasport. Selain itu kami dikenakan SG $ 20 sebagai jaminan
untuk 1 kunci kamar dan 1 loker. Ia mengantarkan kami ke kamar di lantai 3
(tanpa lift) dan menjelaskan mengenai fasilitas dan aturan dengan jelas.
Recepsionis hostel di hari kedua
saat breakfast terlihat tidak banyak omong. Kesannya judes, dan saya sama
sekali tidak berinteraksi dengannya. Untungnya saya nggak ketemu dia lagi,
karena sore hari saat kami kembali ke hostel, cewek resepsionisnya sudah cewek
yang kemarin menerima check in-an kami. Saat kami check out, resepsionisnya
seorang cewek manis yang berbeda lagi. Ia memotret kami berdua sebelum
meninggalkan hostel tersebut.
Kamar Privat Room 301 : Kamar privat yang kami dapatkan sangat
kecil untuk saya yang biasa tidur di kamar yang lebih besar dari studio sebuah
apartment (huuuu...ngebandinginnya kok sama kamar pribadi di rumah sih!?) .
Hanya ada 1 bed susun single , 2 locker tapi kami hanya gunakan 1 karena kami
hanya diberi 1 kunci, AC split namun tidak terlalu dingin – lebih dingin dari
AC kamar pribadi saya di Jakarta...hehehe. Asyiknya kamar mandi ada 3 pas di
depan kamar 301, begitu membuka pintu kamar hanya 2 – 3 langkah sudah masuk
bathroom/toilet, jadi saya merasa bathroom privat. Ada hairdyer en westafel pas
depan kamar. Teman saya ngeringin rambut di depan kamar doang deh. 2 bathroom
boleh untuk cowok dan cewek, serta 1 bathroom untuk cewek. Saya pilih yang
bathroom cewek saja demi kenyamanan. Bathroom-nya kecil dan sempit,paling2 ukuran 2x2 tuh dan gak ada gantungan baju. Syukurnya
dekat dengan kamar dan “sepi” , jadi saya bisa mondar mandir ke bathroom tanpa
mengenakan busana lengkap. Kerudungan pakek handuk yang ingin dipakek
aja...saya pikir mah nggak ada yang lihat, eh pas check out ternyata area
tersebut tertangkap jelas banget di monitor CCTV...hahaha...semoga saat saya
mondar mandir dengan tank top atau menutupi kepala hanya dengan handuk cewek
resepsionistnya tidak sedang mengamati monitor CCTV. Oh iya toiletnya nggak ada
semprotan air untuk membersihkan air sehabis buang air, trus showernya juga terlalu
tinggi buat saya – harus jinjit dan lompat untuk mengembalikan shower pada
tempatnya.
Untuk shalat? Jujur aja...repot karena
untuk mengambil air wudhu saya harus ngangkat-ngangkat kaki di westafel. Kamar privat
juga nggak nyaman untuk shalat. Pertama karena saya tidak mengetahui pasti
kemana arah kiblat, dan kedua adalah space di sisi tempat tidur sering dilewati
teman saya yang bersepatu. Dia seringkali terlupa kalau space tersebut harus
saya gunakan untuk shalat...hahaha... Jadilah beberapa kali saya shalat dalam
keadaan tidak berdiri sempurna karena saya lakukan di atas tempat tidur. Kalau
ada yang berminat menginap di hostel ini, sebaiknya shalatnya di masjid saja
deh. Ada kok masjid yang dekat, yakni di sisi gedung UOB.
Resepsionis plus tempat breakfast and ngumpul |
Breakfast and Dinner at Quarters
Hostel
Setiap pagi kami mendapat jatah
sarapan. Sarapan saya sih hanya cereal plus fresh milk dan ngopi instan yang
bikin sendiri dan nyuci sendiri perlengkapan makannya setelah selesai.
Sedangkan teman saya makan 2 tangkup roti berselai. Air minum di hostel ini
diambil dari dispenser “cold/hot” sehingga saya selalu mengisi air minum dari
dispenser sebelum pergi atau masuk kamar. Saya belum terbiasa lagi minum air
dari kran air seperti yang saya lakukan ketika tinggal di New Zealand, apalagi kran di Singapore
sering kami temui di dekat toilet...hihihi...lebih baik saya beli air putih di
mini market deh atau ambil di hostel ini dari dispenser. Kran air-nya juga jauh
dari toilet. Oh ya, yang mau bikin omelet atau telor goreng juga disediakan
telor mentahnya. Kita diperbolehkan mengambil telor tersebut secara gratis. Kompornya
diletakkan di trotoar depan hostel...hahaha...
Selama 2 malam kami juga makan di
luar hostel, kami makan di sekitar hostel. Malam pertama makan Nasi Goreng Ikan
Bilis seharga SG $ 4.50 di BK Eating House yang terletak di seberang hostel.
Keesokan harinya makan Nasi Padang di Sinar Pagi Nasi Kapau Padang tepat di
sebelah kiri hostel.
Akan Menginap di Quarters Hostel lagi? Hhhmmm, nggak yakin deh. Walaupun
dari score 10 saya memberi nilai 8 untuk sebuah hostel, namun saya sepertinya akan
lebih memilih hotel berbintang dimanapun saya traveling. Atau sekedar transit seperti yang pernah kakak saya lakukan ketika menginap di hostel bersama saya. Saya juga berniat menginap di apartment saat traveling ke luar negeri bila bersama teman-teman lagi.
( Baca : Semalam ala Backpackers di Singapore )
Namun saya termasuk
akan merekomendasikan untuk kamu yang memang senang menginap di hostel. Memang
banyak aturannya di hostel ini, seperti tidak boleh makan di dalam kamar, make
up tidak boleh menodai sprei, dll...namun ini membuat hostel menjadi lebih
bersih kok.
Maaf, saya nggak banyak memotret
hostel – apalagi female bathroom-nya yang imut banget...hehehe...susah
motretnya juga.
Tarif Quarters Hostel Twin Room with Shared Bathroom untuk 2 guest pertanggal 30 January - 1 February 2018 total Rp 1.013.993 , belum termasuk diskon ya :)
Quarters Hostel
12 Circular Road
Singapore
Tarif Quarters Hostel Twin Room with Shared Bathroom untuk 2 guest pertanggal 30 January - 1 February 2018 total Rp 1.013.993 , belum termasuk diskon ya :)
Quarters Hostel
12 Circular Road
Singapore
No comments:
Post a Comment