Sunday 18 February 2018

Quarters Hostel, Penginapan Strategis di Clarke Quay Singapore

Doc. Quarters
Untuk kedua kalinya saya bermalam di sebuah hostel di Singapore. Jujur saja, sebenarnya saya merasa tidak nyaman menginap di hostel. Namun saya juga merasa "tidak tega" mengajak teman saya sharing di hotel Singapore yang rate perkamarnya rata-rata diatas Rp 1 juta/malam. Memang masih ada hotel di daerah Geylang yang memiliki roomrate tidak berselisih jauh dari hostel, tapi sebisa mungkin saya menghindar dari kawasan tersebut karena ada beberapa pengalaman buruk yang terjadi di daerah tersebut dialami oleh kenalan-kenalan saya dan pengalaman tersebut berdampak buruk ke psikologis anaknya dan lansia yang mereka ajak juga. Apalagi teman saya mengatakan,"Gue percaya sama elo, An karena loe biasa ke Singapore. Dan gw yakin loe gak akan milih hotel di daerah Bang X dan keluarganya ngalamin kejadian yang nggak ngenakin."


Yang akhirnya sempat saya sahutin,"Gue emang udah belasan kali ke Singapore, tapi selalu stay di hotel minimal  berbintang 4." :D Setelah jelajah sana sini melalui dunia maya, akhirnya saya memutuskan untuk memilih Quarters Hostel di kawasan Clark Quay sebagai penginapan kami selama 2 malam. Kami memilih privat room dan melakukan transaksi melalui e-commerce wisata dan lifestyle. 
Source : FB Quarters

Kenapa Saya Memilih Daerah Clarke Quay?
Karena beberapa tahun lalu saya pernah jalan-jalan di arena ini bersama kakak, kakak ipar, keponakan, adik kakak ipar, adik ipar kakak ipar dan keponakan kakak ipar (Hahaha, mulai ribet nih silsilah! :p) . Seingat saya, ketika itu wisata kuliner dan hiburan-nya asyik sekali di area ini. Pengalaman juga dahulu menyusuri Singapore River dengan kapal air  yang melintasi area ini. Foto saya di Singapore River Cruise sedang melintas di patung Merlion ada tuh, tetapi nggak bakal saya tayangkan ke public area karena saya belum menutupi rambut kepala...hihihi...
Kenapa memilih daerah Clarke Quay juga karena lokasinya berada di downtown Singapore. Ke Merlion Park dan Raffless Palace cukup berjalan kaki. Secara teman saya berniat ke Singapore “sekedar” berfoto-foto...hahaha, jadi saya pilih lokasi yang sangat strategis.
Kenapa Saya Memilih Quarters Hostel?
Saya nggak membandingkan dengan hotel-hotel yang biasa saya inapi jika saya berkunjung ke Singapore loh. Pengalaman menginap saya di hostel Singapore juga hanya sekali  dan karena “terpaksa”. Jadi ini benar-benar saya observasi dari dunia maya.
Penampakan foto dan menurut informasi dari beberapa web, hostel ini bersih dan berlokasi strategis. Menyediakan kamar privat serta nggak terlalu murah dan nggak terlalu mahal.

Privat Room yang kami tempati. Nggak dapat motret semua ruang karena kecilnya
Kesan Setelah 2 Malam Stay di Quarters Hostel :
Dari Changi International Airport saya memilih turun di Raffles Place MRT Station dibandingkan di Clarke Quay MRT Station. Instruksi yang diberikan dari website hostel terkesan lebih mudah menemukan lokasi dari arah Raffles Place. Ternyata nggak semudah itu...hahahaha, atau mungkin karena saking mudahnya yach jadi kita “nggak percaya” untuk melanjutkan pencarian saat sudah berada di depan Mc Donalds yang menjadi patokan keberadaan hostel tersebut. Kami berdua kembali ke gedung perkantoran UOB. Kembali menelaah peta di teras gedung tersebut, sampai akhirnya seorang pria berwajah Asia menanyakan apa yang kami cari. Ia langsung memberi petunjuk keberadaan hostel yang kami cari...hehehe, padahal tadi kami sudah ke arah tersebut, tetapi khawatir makin menjauh dan membuat kami kembali ke gedung UOB.
Kami menyusuri Circular Road yang berjajar aneka club dan “resto gaul” seperti yang banyak terdapat di kawasan Kemang Jakarta atau Kuta/Legian/Seminyak Bali. So buat traveler yang membawa anak-anak atau lansia, sebaiknya tidak berjalan kaki melewati sepanjang jalan ini. Lebih baik pilih Clarke Quay MRT Station jika akan ke Quarters Hostel.

Resepsionist Hotel :
Recepsionis hostel seorang cewek cantik yang terkesan easy going. Menyambut kami dengan ramah dan meminta kami berdua menunjukkan pasport. Selain itu kami dikenakan SG $ 20 sebagai jaminan untuk 1 kunci kamar dan 1 loker. Ia mengantarkan kami ke kamar di lantai 3 (tanpa lift) dan menjelaskan mengenai fasilitas dan aturan dengan jelas.
Recepsionis hostel di hari kedua saat breakfast terlihat tidak banyak omong. Kesannya judes, dan saya sama sekali tidak berinteraksi dengannya. Untungnya saya nggak ketemu dia lagi, karena sore hari saat kami kembali ke hostel, cewek resepsionisnya sudah cewek yang kemarin menerima check in-an kami. Saat kami check out, resepsionisnya seorang cewek manis yang berbeda lagi. Ia memotret kami berdua sebelum meninggalkan hostel tersebut.

Kamar Privat Room 301 : Kamar privat yang kami dapatkan sangat kecil untuk saya yang biasa tidur di kamar yang lebih besar dari studio sebuah apartment (huuuu...ngebandinginnya kok sama kamar pribadi di rumah sih!?) . Hanya ada 1 bed susun single , 2 locker tapi kami hanya gunakan 1 karena kami hanya diberi 1 kunci, AC split namun tidak terlalu dingin – lebih dingin dari AC kamar pribadi saya di Jakarta...hehehe. Asyiknya kamar mandi ada 3 pas di depan kamar 301, begitu membuka pintu kamar hanya 2 – 3 langkah sudah masuk bathroom/toilet, jadi saya merasa bathroom privat. Ada hairdyer en westafel pas depan kamar. Teman saya ngeringin rambut di depan kamar doang deh. 2 bathroom boleh untuk cowok dan cewek, serta 1 bathroom untuk cewek. Saya pilih yang bathroom cewek saja demi kenyamanan. Bathroom-nya kecil dan sempit,paling2  ukuran 2x2 tuh dan gak ada gantungan baju. Syukurnya dekat dengan kamar dan “sepi” , jadi saya bisa mondar mandir ke bathroom tanpa mengenakan busana lengkap. Kerudungan pakek handuk yang ingin dipakek aja...saya pikir mah nggak ada yang lihat, eh pas check out ternyata area tersebut tertangkap jelas banget di monitor CCTV...hahaha...semoga saat saya mondar mandir dengan tank top atau menutupi kepala hanya dengan handuk cewek resepsionistnya tidak sedang mengamati monitor CCTV. Oh iya toiletnya nggak ada semprotan air untuk membersihkan air sehabis buang air, trus showernya juga terlalu tinggi buat saya – harus jinjit dan lompat untuk mengembalikan shower pada tempatnya.
Untuk shalat? Jujur aja...repot karena untuk mengambil air wudhu saya harus ngangkat-ngangkat kaki di westafel. Kamar privat juga nggak nyaman untuk shalat. Pertama karena saya tidak mengetahui pasti kemana arah kiblat, dan kedua adalah space di sisi tempat tidur sering dilewati teman saya yang bersepatu. Dia seringkali terlupa kalau space tersebut harus saya gunakan untuk shalat...hahaha... Jadilah beberapa kali saya shalat dalam keadaan tidak berdiri sempurna karena saya lakukan di atas tempat tidur. Kalau ada yang berminat menginap di hostel ini, sebaiknya shalatnya di masjid saja deh. Ada kok masjid yang dekat, yakni di sisi gedung UOB.

Resepsionis plus tempat breakfast and ngumpul

Breakfast and Dinner at Quarters Hostel
Setiap pagi kami mendapat jatah sarapan. Sarapan saya sih hanya cereal plus fresh milk dan ngopi instan yang bikin sendiri dan nyuci sendiri perlengkapan makannya setelah selesai. Sedangkan teman saya makan 2 tangkup roti berselai. Air minum di hostel ini diambil dari dispenser “cold/hot” sehingga saya selalu mengisi air minum dari dispenser sebelum pergi atau masuk kamar. Saya belum terbiasa lagi minum air dari kran air seperti yang saya lakukan ketika tinggal  di New Zealand, apalagi kran di Singapore sering kami temui di dekat toilet...hihihi...lebih baik saya beli air putih di mini market deh atau ambil di hostel ini dari dispenser. Kran air-nya juga jauh dari toilet. Oh ya, yang mau bikin omelet atau telor goreng juga disediakan telor mentahnya. Kita diperbolehkan mengambil telor tersebut secara gratis. Kompornya diletakkan di trotoar depan hostel...hahaha...
Selama 2 malam kami juga makan di luar hostel, kami makan di sekitar hostel. Malam pertama makan Nasi Goreng Ikan Bilis seharga SG $ 4.50 di BK Eating House yang terletak di seberang hostel. Keesokan harinya makan Nasi Padang di Sinar Pagi Nasi Kapau Padang tepat di sebelah kiri hostel.
Akan Menginap di Quarters Hostel lagi? Hhhmmm, nggak yakin deh. Walaupun dari score 10 saya memberi nilai 8 untuk sebuah hostel, namun saya sepertinya akan lebih memilih hotel berbintang dimanapun saya traveling. Atau sekedar transit seperti yang pernah kakak saya lakukan ketika menginap di hostel bersama saya. Saya juga berniat menginap di apartment saat traveling ke luar negeri bila bersama teman-teman lagi.


Namun saya termasuk akan merekomendasikan untuk kamu yang memang senang menginap di hostel. Memang banyak aturannya di hostel ini, seperti tidak boleh makan di dalam kamar, make up tidak boleh menodai sprei, dll...namun ini membuat hostel menjadi lebih bersih kok.
Maaf, saya nggak banyak memotret hostel – apalagi female bathroom-nya yang imut banget...hehehe...susah motretnya juga.

Tarif Quarters Hostel Twin Room with Shared Bathroom untuk 2 guest pertanggal 30 January - 1 February 2018 total Rp 1.013.993 , belum termasuk diskon ya :)

Quarters Hostel
12 Circular Road 
Singapore

No comments:

Post a Comment