Sunday 14 October 2018

Liam Dan Laila , Kisah Adat Antara Minang Dan Perancis

Satu lagi karya anak bangsa dengan mengangkat kearifan lokal budaya Indonesia hadir menghiasi layar sinema Indonesia. Terinspirasi dari kisah nyata, film Liam dan Laila menampilkan kisah dengan latar sosial budaya Minangkabau Sumatera Barat. 

Laila diperankan oleh Nirina Zubir, dikisahkan sebagai seorang wanita Minang berusia 31 tahun berstatus single, pendidikan S2 dan beraktifitas memiliki online shop yang sukses dengan pelanggan dari berbagai penjuru dunia. Dengan kecerdasannya, Laila tetap dapat menjalin networking secara luas dengan memanfaatkan internet, walaupun ia tidak pernah meninggalkan kampung halamannya di Bukittinggi.
Hingga akhirnya Laila memiliki kedekatan dengan Liam (Diperankan oleh Jonatan Cerrada, French Idol 2003), seorang pria peternak sukses asal Rouen kota kecil di Utara Perancis. Liam yang awalnya berkenalan dan bertanya mengenai Islam melalui internet datang ke Indonesia untuk lebih mengenal agama serta budaya masyarakat Indonesia. Sekaligus ingin mempersunting Laila yang keluarga besarnya masih memegang adat istiadat Minang.
Walaupun kita menyaksikan pertentangan ideologis pada keluarga besar Laila, namun di film ini kita tidak merasa digurui untuk mengenal lebih dekat adat keluarga suku Minang , salah satu suku besar yang berada di Indonesia. Keadaan yang rumit karena pertentangan ideologis itu membuat Jamil (David Chalik) yang merupakan salah satu paman Laila dan adik Laila bernama Pian (Praz Teguh) menelusuri dan terlibat dalam urusan antara Liam dan Laila. Satu persatu masalah dapat terurai dengan pesan bahwa siapapun kita maka jika urusan ingin lancar harus mentaati segala aturan yang berlaku. Namun disaat segala urusan Liam yang disiplin pada aturan terselesaikan , tiba-tiba muncul Haris (Gilang Dirga) pria yang jelas asal keturunannya pernah melamar Laila untuk menikah.


Lokasi film Liam dan Laila berlokasi di Bukittinggi, Jakarta dan Paris menegaskan tentang kebebasan dalam memilih pasangan hidup. Semua orang dapat memilih pasangan hidupnya tanpa harus “durhaka” dengan keluarga besarnya. Walaupun berlokasi di Bukittinggi namun film ini tidak menonjolkan keindahan alam di Sumatera Barat yang terkenal memesona, karena pesan adat dan budaya yang ingin disampaikan oleh film yang diproduksi oleh Mahakarya Pictures. Sutradara dan penulis naskah film adalah Arief Malinmudo, pria muda berdarah Minang. Sehingga dialog Minang yang hadir sangat begitu kental pada film ini. Bahkan dibandingkan bahasa Indonesia, maka bahasa Minang lebih dominan terdengar. Ini merupakan film layar lebar pertama bagi Jonatan Cerrada, jika kalimat bahasa Indonesia-nya terdengar fasih dikarenakan ia lama bermukim di pulau Bali Indonesia, bahkan suara Jonatan turut menjadi lagu dalam film ini. Tentunya ia bernyanyi dengan berbahasa Indonesia. Selain Jonatan, hampir semua pemain di film memiliki darah Minang.
Mari kita dukung film Nasional – khususnya yang memiliki pesan moral dari kearifan lokal Indonesia seperti film Liam dan Laila yang mulai tayang di bioskop-bioskop Indonesia pada tanggal 4 Oktober 2018.

No comments:

Post a Comment