Sunday 24 December 2017

Indonesia Poverty Outlook 2018 : Ikhtiar Dompet Dhuafa Dalam Mendorong Infrastruktur Si Miskin

Bertempat di Museum Kebangkitan Nasional Jakarta Pusat bertepatan pada tanggal 21 September 2017 diselenggarakan diskusi Indonesia Poverty Outlook 2018 yang mengangkat tema Pembangunan ‘Infrastruktur’ Untuk Si Miskin. Acara diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa bekerjasama dengan IDEAS (Indonesia Development and Islamic Studies).


Pada acara itu saya mendapat kesempatan untuk hadir serta mengikuti diskusi-nya. Sebagai narasumber dalam diskusi adalah :
Dr.Ir. Rachmat Mardiana,MA, Direktur Energi, Telekomunikasi dan Informatika Kementerian PPN/Bappenas yang memaparkan materi “Dampak Pembangunan Infrastrukur Terhadap Pengentasan Kemiskinan”
Prof.Ahmad Erani Yustika, Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Pedesaan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang memaparkan materi “Infrastruktur Desa dan Membangun Indonesia dari Pinggir”
Marsudi Nur Wahid, Pemimpin Redaksi Jawa Pos yang memaparkan “Review Pembangunan Infrastruktur Untuk Si Miskin”
Subroto, Redaktur Pelaksana Republika yang memaparkan “3 Tahun Nawacita dan Evaluasi Pembangunan Infrastruktur di Indonesia”
Yusuf Wibisono, Direktur IDEAS yang memaparkan “Evaluasi dan Prospek Penanggulangan Kemiskinan 2018”


Diskusi tersebut dimoderatori oleh Vena Annisa dari V & V Communication. Sebelum narasumber memaparkan materi diskusinya, drg.Imam Rulyawan,MARS – Direktur Utama Dompet Dhuafa Filantropi memberikan keynote speech. Menurutnya pada 2,5 tahun pertama pemerintahan Jokowi, penduduk miskin di pedesaan turun 274 ribu jiwa, sedangkan di perkotaan kemiskinan justru mengalami peningkatan 317 ribu jiwa. Pada kurun September 2014 hingga Maret 2017 kedalaman dan Marsudi Nur Wahid, Pemimpin Redaksi Jawa Pos yang memaparkan “Review Pembangunan Infrastruktur Untuk Si Miskin”
Subroto, Redaktur Pelaksana Republika yang memaparkan “3 Tahun Nawacita dan Evaluasi Pembangunan Infrastruktur di Indonesia”
Yusuf Wibisono, Direktur IDEAS yang memaparkan “Evaluasi dan Prospek Penanggulangan Kemiskinan 2018”
Diskusi tersebut dimoderatori oleh Vena Annisa dari V & V Communication. Sebelum narasumber memaparkan materi diskusinya, drg.Imam Rulyawan,MARS – Direktur Utama Dompet Dhuafa Filantropi memberikan keynote speech. Menurutnya pada 2,5 tahun pertama pemerintahan Jokowi, penduduk miskin di pedesaan turun 274 ribu jiwa, sedangkan di perkotaan kemiskinan justru mengalami peningkatan 317 ribu jiwa. Pada kurun September 2014 hingga Maret 2017 kedalaman dan keparahan kemiskinan pedesaan justru meningkat significan, masing-masing 10,7 % dan 17,5 %. Kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh Jokowi menunjukkan anomali, yaitu cenderung bias ke penduduk miskin pedesaan namun membuat kondisi kemiskinan pedesaan semakin memburuk.

Red Dragon yang dibagikan ke peserta diskusi merupakan hasil dari mitra binaan Dompet Dhuafa
Dirut Dompet Dhuafa ini mengatakan,”Dompet Dhuafa memiliki banyak program terintegrasi di wilayah pedesaan yang dinamakan dengan klaster mandiri. Memberdayakan masyarakat dari program kesehatan, pendidikan, agama dan ekonomi dalam satu wilayah desa sehingga masyarakat desa sebagai unit-unit produksi bisa mandiri secara perekonomian.”
Pertumbuhan ekonomi di wilayah perkotaan lebih dinikmati sebagian besar oleh kelompok orang kaya saja, tidak merata di kelompok masyarakat termiskin. Kantong kemiskinan dengan kepadatan penduduk miskin dan biaya hidup yang tinggi di dominasi oleh kota-kota besar di Sumatera diikuti Jawa, seperti kota Medan, Bekasi, Palembang, Tangerang dan Surabaya. Kota-kota ini menghadapi masalah kemiskinan paling berat karena besarnya jumlah penduduk miskin, tingginya kepadatan penduduk miskin dan tingginya biaya hidup minimum. Hal ini menunjukkan pembangunan perkotaan di kota-kota inti tersebut gagal menghasilkan pertumbuhan yang inklusif.
Agar kualitas modal manusia dapat meningkat dan akan memutus rantai kemiskinan maka diperlukan penyediaan infrastruktur dasar yang ditujukan unttuk kelompok miskin. Seluruh warga negara Indonesia harus mendapatkan fasilitas infrastruktur pendidikan dan kesehatan secara merata. Fasilitas kesehatan dan pendidikan dasar harus tersedia merata sesuai dengan jumlah pendidik di 511 kabupaten-kota, 7.098 kecamatan dan 82.629 desa-kelurahan di seluruh Indonesia. Sejauh ini penyediaan infrastruktur kesehatan dan pendidikan dasar di Indonesia masih belum merata, bahkan banyak yang kualitasnya tidak memadai.
Dalam hal ini,”Dompet Dhuafa akan tetap fokus dalam pemberdayaan wilayah desa, wilayah terluar dan wilayah termiskin, wilayah terbelakang dengan tetap bertumpu pada lima pilar pemberdayaan kesehatan, pendidikan, ekonomi, budaya dan agama. Dengan mentargetkan 100 desa di wilayah Indonesia dengan memakai indikator keberhasilan Desa Development (DD) Index yang sedang kami kembangkan.” Tutur drg.Imam Rulyawan,MARS.

Infrastruktur kesehatan di Bogor  hasil ZIS Wakaf Donatur Dompet Dhuafa (Dok.Pribadi)

Kinerja dan Prospek Kemiskinan – Data dari IDEAS
Pemaparan dari Dirut Dompet Dhuafa dipaparkan lebih detail lagi oleh IDEAS, kinerja penanggulangan kemiskinan dan pertumbuhan era Presiden SBY dan Jokowi dijelaskan lebih detail berdasarkan survey yang telah dilakukan di seluruh Indonesia.
Berdasarkan fakta data yang ada, maka IDEAS memberikan gambaran/prospek di tahun 2018, yakni :

  • Menjelang tahun politik, kemiskinan menjadi fokus kebijakan. Sayangnya program penanggulangan kemiskinan yang mendapat penguatan dalam APBN 2018 dominan di bantuan social yang rawan ditunggangi kepentingan pragmatis jangka pendek, bukan pengembangan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihoood)
  • Perubahan iklim dan cuaca ekstrim menjadi tantangan berat untuk stabilitas harga pangan. Di sisi lain, ke depan harga komoditas dunia berpotensi besar menguat. Meski dapat mendorong pertumbuhan dari sisi ekspor, namun hal ini juga berpotensi menciptakan tekanan pada administered price seperti harga BBM dan TDL.
  • Dengan berbagai pertimbangan diatas, kami memproyeksikan penurunan kemiskinan pada 2018 hanya akan berjalan konservatif di kisaran 27,52 juta penduduk miskin, sekitar 10.35 % atau hanya turun 250 ribu orang dari 2017 yang 27,77 juta penduduk miskin. Angka ini sangat jauh dari target RPJMN 2015 – 2019 yang mematok angka kemiskinan 7,00 – 8,00 % pada 2019.

Lantas bagaimana “tugas” kita sebagai warganegara Indonesia yang baik dan bersyukurnya tidak masuk kategori masyarakat miskin di Indonesia? Alhamdulillah yaaa....dan untuk mensyukuri segala karunia Allah Swt, maka alangkah mulia-nya kita turut berperan dalam pembangunan infrastruktur untuk si miskin yang merupakan saudara kita setanah air. Salah satu cara berperan dalam pengentasan kemiskinan adalah melaksanakan wakaf.
Potensi wakaf di Indonesia sangat besar. Potensi untuk wakaf tanah saja adalah 3,7 milliar m2 dengan potensi ekonomi sebesar RP 370 trilyun. Sedangkan potensi wakaf uang di Indonesia mencapai Rp 7,2 trilyun pertahun. Berdasarkan jika 20 juta umat Islam di Indonesia menyisihkan uang Rp 1000/hari untuk wakaf (Republika, 30 Desember 2016). Insya Allah apabila kita membayar wakaf maka semua-nya akan kembali pula kepada kita. Semakin sering ber-wakaf maka kita juga semakin kaya raya. Ingat saja akan QS Al Zalzalah 99 : 1 – 8 “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apapun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apapun, niscaya dia juga akan melihat (balasan)nya pula.”

No comments:

Post a Comment