Saturday, 3 September 2016

Jihad Selfie Jihad Masa Kini?

Beberapa tahun lalu saya selalu membaca berbagai buku berthema Islam, tanpa melihat aliran atau kelompok manakah penulis/penerbit buku tersebut meyakini. Semakin sering membaca buku-buku tersebut tanpa bimbingan khusus guru, maka saya semakin bingung. Ada yang menuliskan bahwa amalan harus dilakukan dengan lemah lembut, ada pula yang menceritakan bahwa jihad adalah melakukan bom bunuh diri atau melemparkan batu-batu ke musuh hingga sang musuh benjol. Padahal belum tentu korban bom tersebut adalah pribadi yang mendzolimi mereka (Alhamdulillah, Allah memberikan kesempatan kepada saya untuk berziarah ke Palestina ketika  masih kuliah. Saat itu saya bisa duduk dengan santai bersama tentara2 Israel yang ganteng2 dengan senjata pistolnya ,tetapi mereka sedang menunggu instruksi dari atasannya agar kami mendapat izin melaksanakan ibadah shalat di kompleks Masjidil Aqsa dan Dome of The Rock. Kemudian kami berkunjung ke tempat kelahiran Nabi Isa Almasih di Betlehem yang dijaga oleh tentara muslim Palestina, dan melihat langsung saudara/i Kristiani dari berbagai penjuru dunia melakukan ibadah di gereja tersebut. Kami umat Islam tetap berdoa dan tenang, tidak mengusik mereka yang tengah beribadah di gereja tsb.) .Suatu hari saya juga pernah “diculik” oleh seseorang dan ternyata dipertemukan dengan seseorang yang berpenampilan ala eksekutif central business Jakarta namun menceramahi dengan berbagai tafsir. Ujung-ujungnya saya diajak untuk ba’iat dengan membayar sejumlah uang, dan katanya nggak akan masuk surga orang yang tidak diba’iat bersama kelompok mereka. Yeeee, emang surga situ yang punya?!



Beberapa tahun kemudian Mom Icha menawarkan  untuk menyaksikan film Jihad Selfie di Liputan 6 SCTV Tower. Ada jeda waktu kosong di hari itu, 18 Agustus 2016 (Sore harinya ada undangan di tempat lain), sehingga saya menerima tawaran tersebut. Apalagi nonton,Bo’...! Sekilas saya pernah mendengar judul film tersebut, sampai akhirnya saya cari tahu di internet mengenai film ini. Ingatan mengantar film ‘Road to Heaven’ yang saya tonton di bioskop. Kisah yang dilatar belakangi kisah bom Bali. Ternyata berbeda, film ‘Jihad Selfie’ merupakan film pendek dokumenter.
Seusai menyaksikan film berdurasi 49 menit ini kami dipersilakan menikmati snack dan minuman yang telah disediakan, kemudian berdiskusi dengan Noor Huda Ismail sang sutradara  serta Teuku Akbar Maulana yang menuturkan kisahnya ketika tertarik bergabung ke ISIS hingga yang menyadarkannya untuk kembali ke negeri tercinta, Indonesia. Tahun 2014 Akbar merupakan murid SMA Imam Hatib,Kayseri di Turky. Ia peraih beasiswa dari pemerintah Turky untuk belajar agama Islam.

Akbar, Huda,Crew Liputan6.com (Dok.Pribadi)
Secara visual film ini tidak menyodorkan beraneka pemandangan yang indah. Bahkan ada beberapa adegan sadis, untungnya hanya sekilas. Namun film ‘Jihad Selfie’ merupakan film yang sangat dianjurkan untuk ditonton oleh ibu-ibu muda yang anaknya beranjak remaja dan juga untuk remaja yang memasuki masa galau. Agar remaja galau mencurahkan perasaan kepada ibu mereka, dan ibu mereka menampung inspirasi atau kegalauan mereka. Pengertian dan komunikasi. Sayang khan andai para ibu mendidik anak-nya dengan sebaik mungkin dan anaknya berhasil menjadi penghafal Al QURAN, menguasai berbagai bahasa asing, cerdas dan berpotensi, namun saat anaknya tengah menikmati prestasi-prestasinya tersebut sekelompok mengiming-imingi surga yang belum pasti hingga potensi dewasa mereka yang sebenarnya cerah dihancurkan bersama bom bunuh diri yang mereka lakukan. Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi umat banyak?? Kalau bom bunuh diri manfaatnya apa? Sangat perlu diketahui bahwa remaja yang direkrut oleh kelompok radikal ini melalui media social. Remaja yang direkrut itu tidak ada ikatan sama sekali dengan jaringan kelompok lama yang sudah dikenal di Indonesia.
Teknik Cinema verite ala Jean Rouch diadopsi Huda dalam pembuatan film. Teknik tersebut adalah tanpa skenario atau skrip dari sang sutradara. Sang sutradara bersama kamera-nya mengikuti kehidupan narasumber film tersebut. Film memberikan kesempatan kepada penonton untuk ikut mendengarkan suara dari berbagai pihak.
Noor Huda Ismail menyatakan bahwa ‘Jihad Selfie’ merupakan film dengan genre : Digital Literasi dan Parenting. Karena inilah maka ia banyak melakukan roadshow dan ‘merangkul’ para mahmud (mamah muda) anak muda kisaran usia 20 – 26 tahun. Film ini dibuat sekaligus menyelesaikan riset disertasi-nya di Monash University Australia. S2 International Security-nya diselesaikan di St Andrews University, Scotlandia dengan dana dari British’s Chevening Scholarship. Kegemarannya berpetualang ilmu ini hingga mempertemukannya dengan teroris Kristen/Khatolik di Irlandia. Selama ini khan kebanyakan orang mengaitkan teroris dengan Islam. Noor Huda yang percaya dengan kekuatan film merupakan sosok yang memahami terorisme, tetapi bukan mendukung! Juga pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian atau The Isntitute for International Peace Building tahun 2008 dan mendapatkan penghargaan Ashoka Award 2013. Spesial koresponden koran Amerika The Washington Post 2002 – 2005 ini bukunya “Temanku,Teroris?” terpilih dalam Frankfurt International Book Festival 2015.
Sedangkan sebagai ‘Multimedia Producer’ film ‘Jihad Selfie’ adalah Tito Ambyo, seorang dosen bidang jurnalisme dan media di RMIT University Australia. Saat ini tengah menyelesaikan PhD bidang Digital Ethnography di RMIT University. Sumpaaah, saya tertarik banget dengan bidang Digital Ethnography!!! Secara gitu beberapa tahun saya terjun ke riset marketing dan dengan metode ethnography ginih! Asyik banget! *Bikin saya pengen survey kampus yang nyedia’in distance learning bidang ini deh.

Jihadnya Influencers? Ya selfie dong...ke FB/IG/Twitter/Blog :D (Dok.Blogger Cihuy)
Akbar kini bertekad untuk menjadi manusia yang lebih bermanfaat bagi nusa, bangsa dan negara serta orang tua. Telah menerbitkan buku yang juga akan segera diangkat ke layar lebar. Akbar mengatakan bahwa jihad lebih mulia dengan bersenjatakan pena oleh karenanya buku ‘Boys Beyond The Light’ ditulisnya. Berjihad dengan cara sendiri dengan mengharumkan nama bangsa. Pesan Akbar untuk remaja Indonesia yang sholeh dan sholehah, bahwa ingatlah pesan orang tua, ridho orang tua adalah ridho Allah. Akbar teringat akan cerita seorang remaja yang ingin berjihad menyatakan keinginannya untuk berjihad ke medan perang, dan Rasulullah menjawab,”Jika kamu masih memiliki orang tua, maka kembalilah ke orang tuamu dan buatlah orang tua-mu selalu tersenyum.” Itulah jihad bagi remaja.

No comments:

Post a Comment