Apakah kalian masih akrab
dengan dunia koperasi? Alhamdulillah saya masih menyentuh ranah koperasi
sesekali di era internet kini. Sejujurnya dulu saya masih menganggap koperasi
adalah kegiatan yang masih konvensional. Waktu SD-SMP khan selalu dijelaskannya
mengenai Koperasi Unit Desa atau Koperasi Pasar. Jadi merasa aja tuh kalau
dunia koperasi kurang ngehiitzz gitu, sampai akhirnya teman saya menyodorkan
uang Rp 7.000.000,- untuk dipaksa pinjamkan kepada saya yang saat itu sangat
aktif di dunia usaha dagang. “Ini uang pinjaman dari koperasi. Gue belum perlu,
tapi kali ini giliran dapet fasilitas pinjaman dari koperasi. Loe pakek deh,
bayar cicilannya tiap bulan ya.” Kebayang khan, saya yang sebenarnya secara
pribadi tidak memerlukan dana disodorkan uang tersebut yang jumlahnya termasuk
lumayanlah ketika itu. Akhirnya dana tersebut saya gunakan untuk menambah
berbagai barang jualan dan saya mendaftar sebagai anggota koperasi di kota
metropolitan ini.
Tanggal 12 Juli 2016
Koperasi Indonesia memperingati hari jadinya yang ke-69. Senin 27 Juni 2016
bertempat di SMESCO Jln Gatot Subroto Jakarta saya mendapatkan kesempatan untuk
menyimak dan menambah ilmu mengenai dunia koperasi melalui Seminar Nasional
‘Revitalisasi Koperasi di Tengah Masyarakat Ekonomi ASEAN’ yang diselenggarakan
oleh Forum Wartawan Koperasi bersama Kementrian Koperasi dan UKM. Ada 4
pembicara dalam seminar setengah hari itu, yakni : Bowo Sidik Pangarso,SE
(Anggota DPR/MPR RI A-272), Choirul Djamhari (Deputy Kelembagaan Kementrian
Koperasi dan UKM), Agung Sudjarmoko (Ketua Harian Dekopin), Jimmy Gani (Executive
Director & CEO IPMI International Business School)
Sebagai pertanyaan awal yang dilontarkan oleh Bowo Sidik Pangarso,SE adalah sudah siapkah dunia usaha di Indonesia dalam menghadapi era MEA? Beliau menceritakan data yang ada dalam koperasi di Indonesia, antara lain prosentase Koperasi dan UKM yang siap dalam menghadapi MEA, indeks daya saing Indonesia di antara negara ASEAN yakni 4,1 – angka yang sama dengan negara Thailand. Tetapi Indonesia kalah dari Singapore dan Malaysia. Ketertinggalan koperasi dibandingkan dengan koperasi di Singapore dan Malaysia adalah : Bank Kerjasama Rakyat Malaysia koperasi kredit yang berkualitas international dengan anggota hampir 1 juta orang dan 2081 koperasi, serta di Singapore NUTC Fairprice koperasi konsumen menguasai 50 % pasar ritel dengan anggota 500.000 Apabila amanat konstitusi dan perundang-undangan tertib di laksanakan maka andil koperasi sebagai bagian UKM dapat meningkatkan daya saing, karena menurut data World Economic Forum peringkat daya saing UMKM Indonesia mengalami peningkatan dari nomor 53 menjadi 38.
Sebagai pertanyaan awal yang dilontarkan oleh Bowo Sidik Pangarso,SE adalah sudah siapkah dunia usaha di Indonesia dalam menghadapi era MEA? Beliau menceritakan data yang ada dalam koperasi di Indonesia, antara lain prosentase Koperasi dan UKM yang siap dalam menghadapi MEA, indeks daya saing Indonesia di antara negara ASEAN yakni 4,1 – angka yang sama dengan negara Thailand. Tetapi Indonesia kalah dari Singapore dan Malaysia. Ketertinggalan koperasi dibandingkan dengan koperasi di Singapore dan Malaysia adalah : Bank Kerjasama Rakyat Malaysia koperasi kredit yang berkualitas international dengan anggota hampir 1 juta orang dan 2081 koperasi, serta di Singapore NUTC Fairprice koperasi konsumen menguasai 50 % pasar ritel dengan anggota 500.000 Apabila amanat konstitusi dan perundang-undangan tertib di laksanakan maka andil koperasi sebagai bagian UKM dapat meningkatkan daya saing, karena menurut data World Economic Forum peringkat daya saing UMKM Indonesia mengalami peningkatan dari nomor 53 menjadi 38.
Membentuk koperasi
bukanlah hal yang sulit di Indonesia, namun bagaimana agar koperasi yang sudah
terbentuk ini bisa tumbuh dan berkembang. Tercatat dari tahun 2006 hingga 2015
jumlah koperasi aktif di Indonesia bertambah dari 98.944 menjadi 150.233.
Jumlah yang tidak aktif 49 ribuan. Indonesia menduduki peringkat terbanyak jumlah
koperasinya di seluruh dunia. Sayangnya jumlah terbanyak ini tidak dibarengi
dengan kwalitas-nya. Menurut International co-operative Alliance/ICA yang
membuat 300 koperasi terbaik, Indonesia hanya menduduki 1 koperasi-nya, yakni
Koperasi Telkomsel (KiSel) di rangking 123 pada tahun 2015. Tahun 2014 Koperasi
Warga Semen Gresik (KWSG) menduduki rangking 205 dan tahun 2013 menduduki
rangking 233.
Untuk terus meningkatkan
rangking tersebut, dan membuat semakin banyak koperasi di Indonesia menduduki
rangking terbaik – bukan sekedar penambahan kwantitas perlu adanya revitalisasi
koperasi di tengah MEA. Setidaknya koperasi kita mampu bersaing menjadi terbaik
di tingkat ASEAN (Lebih baik lagi di tingkat ASIA).
Strategi revitalisasi
koperasi di tengah MEA adalah :
Memperkuat
SDM.
SDM koperasi harus profesional. Interaksi dengan badan usaha yang profesional
dan profit harus intensif sehingga ada transfer nilai dan kultur profesional.
Memperkuat
Organisasi. Struktur, modah dan strategi bisnisnya berorientasi
profit.
Ciptakan
Inovasi. Manfaatkan
teknologi dalam semua aspek, dari produksi, manajemen hingga
marketingnya. Koperasi Indonesia harus jadi bagian penting pengembangan ekonomi
kreatif yang diantaranya adalah IT.
Menaikkan
Kelas. Koperasi yang awalnya sekedar mencukupi kebutuhan
anggota menjadi usaha yang kompetitif dan berdaya saing, tanpa meninggalkan
prinsip-prinsip dasar koperasi.
IT
di Dunia Koperasi
Pagi itu Jimmy Gani menayangkan video
mengenai koperasi terbesar di dunia, yakni koperasi bunga di negeri Belanda. Suatu
study case yang bagus, yang menurutnya hal ini disampaikan kepada mahasiswa/wi
di Harvard. Kita melihat bagaimana suatu koperasi mengaplikasikan system IT
dalam aktifitasnya. Mau ikut menyaksikan-nya? Silakan...
Dalam pembahasannya Jimmy
Gani juga menyampaikan mengenai 3 trends yang tidak dapat dihindari di era
sekarang dan akan datang, yakni : Globalization, Urbanisation dan
Digitalization. Hal ini pula yang harus diaplikasikan dalam menjalankan
kegiatan koperasi. Namun Jimmy Gani menekankan apa yang disampaikannya bukan
berarti merubah ‘koperasi menjadi korporation’, karena koperasi tetap harus
berjalan di ‘koridor’ ekonomi kerakyatan. Koperasi dapat juga berjalan dengan
mengaplikasikan konsep ekonomi berbagi yang saat ini sudah dilakukan oleh
berbagai usaha, seperti Gojeg/Uber/Grab dan Airbnb.
No comments:
Post a Comment