Saturday, 9 July 2016

Revitalisasi Koperasi di Tengah Masyarakat Ekonomi ASEAN

Apakah kalian masih akrab dengan dunia koperasi? Alhamdulillah saya masih menyentuh ranah koperasi sesekali di era internet kini. Sejujurnya dulu saya masih menganggap koperasi adalah kegiatan yang masih konvensional. Waktu SD-SMP khan selalu dijelaskannya mengenai Koperasi Unit Desa atau Koperasi Pasar. Jadi merasa aja tuh kalau dunia koperasi kurang ngehiitzz gitu, sampai akhirnya teman saya menyodorkan uang Rp 7.000.000,- untuk dipaksa pinjamkan kepada saya yang saat itu sangat aktif di dunia usaha dagang. “Ini uang pinjaman dari koperasi. Gue belum perlu, tapi kali ini giliran dapet fasilitas pinjaman dari koperasi. Loe pakek deh, bayar cicilannya tiap bulan ya.” Kebayang khan, saya yang sebenarnya secara pribadi tidak memerlukan dana disodorkan uang tersebut yang jumlahnya termasuk lumayanlah ketika itu. Akhirnya dana tersebut saya gunakan untuk menambah berbagai barang jualan dan saya mendaftar sebagai anggota koperasi di kota metropolitan ini.

Pembicara Seminar dan Moderator
Tanggal 12 Juli 2016 Koperasi Indonesia memperingati hari jadinya yang ke-69. Senin 27 Juni 2016 bertempat di SMESCO Jln Gatot Subroto Jakarta saya mendapatkan kesempatan untuk menyimak dan menambah ilmu mengenai dunia koperasi melalui Seminar Nasional ‘Revitalisasi Koperasi di Tengah Masyarakat Ekonomi ASEAN’ yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Koperasi bersama Kementrian Koperasi dan UKM. Ada 4 pembicara dalam seminar setengah hari itu, yakni : Bowo Sidik Pangarso,SE (Anggota DPR/MPR RI A-272), Choirul Djamhari (Deputy Kelembagaan Kementrian Koperasi dan UKM), Agung Sudjarmoko (Ketua Harian Dekopin), Jimmy Gani (Executive Director & CEO IPMI International Business School)

Sebagai pertanyaan awal yang dilontarkan oleh Bowo Sidik Pangarso,SE adalah sudah siapkah dunia usaha di Indonesia dalam menghadapi era MEA? Beliau menceritakan data yang ada dalam koperasi di Indonesia, antara lain prosentase Koperasi dan UKM yang siap dalam menghadapi MEA,  indeks daya saing Indonesia di antara negara ASEAN yakni 4,1 – angka yang sama dengan negara Thailand. Tetapi Indonesia kalah dari Singapore dan Malaysia. Ketertinggalan koperasi dibandingkan dengan koperasi di Singapore dan Malaysia adalah : Bank Kerjasama Rakyat Malaysia koperasi kredit yang berkualitas international dengan anggota hampir 1 juta orang dan 2081 koperasi, serta di Singapore NUTC Fairprice koperasi konsumen menguasai 50 % pasar ritel dengan anggota 500.000 Apabila amanat konstitusi dan perundang-undangan tertib di laksanakan maka andil koperasi sebagai bagian UKM dapat meningkatkan daya saing, karena menurut data World Economic Forum peringkat daya saing UMKM Indonesia mengalami peningkatan dari nomor 53 menjadi 38.
Membentuk koperasi bukanlah hal yang sulit di Indonesia, namun bagaimana agar koperasi yang sudah terbentuk ini bisa tumbuh dan berkembang. Tercatat dari tahun 2006 hingga 2015 jumlah koperasi aktif di Indonesia bertambah dari 98.944 menjadi 150.233. Jumlah yang tidak aktif 49 ribuan.  Indonesia menduduki peringkat terbanyak jumlah koperasinya di seluruh dunia. Sayangnya jumlah terbanyak ini tidak dibarengi dengan kwalitas-nya. Menurut International co-operative Alliance/ICA yang membuat 300 koperasi terbaik, Indonesia hanya menduduki 1 koperasi-nya, yakni Koperasi Telkomsel (KiSel) di rangking 123 pada tahun 2015. Tahun 2014 Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG) menduduki rangking 205 dan tahun 2013 menduduki rangking 233.
Untuk terus meningkatkan rangking tersebut, dan membuat semakin banyak koperasi di Indonesia menduduki rangking terbaik – bukan sekedar penambahan kwantitas perlu adanya revitalisasi koperasi di tengah MEA. Setidaknya koperasi kita mampu bersaing menjadi terbaik di tingkat ASEAN (Lebih baik lagi di tingkat ASIA). 

Strategi revitalisasi koperasi di tengah MEA adalah :
Memperkuat SDM. SDM koperasi harus profesional. Interaksi dengan badan usaha yang profesional dan profit harus intensif sehingga ada transfer nilai dan kultur profesional.
Memperkuat Organisasi. Struktur, modah dan strategi bisnisnya berorientasi profit.
Ciptakan Inovasi. Manfaatkan  teknologi dalam semua aspek, dari produksi, manajemen hingga marketingnya. Koperasi Indonesia harus jadi bagian penting pengembangan ekonomi kreatif yang diantaranya adalah IT.
Menaikkan Kelas. Koperasi yang awalnya sekedar mencukupi kebutuhan anggota menjadi usaha yang kompetitif dan berdaya saing, tanpa meninggalkan prinsip-prinsip dasar koperasi.

Saya nge-fans dengan beliau ketika menyaksikan beliau sebagai narasumber di salah satu stasiun tv thn 2009. Alhamdulillah bisa ketemuan langsung setelah 7 tahun berlalu. Ternyata 1 almamater di SMA Perguruan Cikini - beda angkatan tapinya. Doa'in saya bisa 1 almamater di Harvard dong,Pak :)
IT di Dunia Koperasi
Pagi itu Jimmy Gani menayangkan video mengenai koperasi terbesar di dunia, yakni koperasi bunga di negeri Belanda. Suatu study case yang bagus, yang menurutnya hal ini disampaikan kepada mahasiswa/wi di Harvard. Kita melihat bagaimana suatu koperasi mengaplikasikan system IT dalam aktifitasnya. Mau ikut menyaksikan-nya? Silakan...


Dalam pembahasannya Jimmy Gani juga menyampaikan mengenai 3 trends yang tidak dapat dihindari di era sekarang dan akan datang, yakni : Globalization, Urbanisation dan Digitalization. Hal ini pula yang harus diaplikasikan dalam menjalankan kegiatan koperasi. Namun Jimmy Gani menekankan apa yang disampaikannya bukan berarti merubah ‘koperasi menjadi korporation’, karena koperasi tetap harus berjalan di ‘koridor’ ekonomi kerakyatan. Koperasi dapat juga berjalan dengan mengaplikasikan konsep ekonomi berbagi yang saat ini sudah dilakukan oleh berbagai usaha, seperti Gojeg/Uber/Grab dan Airbnb.

No comments:

Post a Comment