Thursday, 30 June 2016

Smesco Digipreneur Day : Melesatkan Bisnis Go Global Melalui Berdigital

Berkunjung ke SMESCO Tower, tepatnya Galeri Indonesia Wow saya teringat akan usaha galeri aksesoris desain interior yang saya tekuni beberapa tahun lalu. Ketika itu level usaha saya masih tingkat reseller atau pedagang, belum sebagai produsen langsung sehingga saya dan assisten harus melakukan perjalanan Jakarta – Bali dan Jakarta – Jepara Jawa Tengah untuk memesan dan menjelaskan kepada produsen barang-barang yang akan saya jual atau yang sudah di pesan oleh konsumen.
Teringat pula betapa gembiranya kami saat barang yang kami pamerkan di acara  komunitas asal Inggris yang berlangsung di  Hotel Darmawangsa  terjual oleh beberapa ekspatriat dengan harga diatas dari harga yang biasa dijual apabila kami pameran di pusat perbelanjaan atau instansi lokal.
Kini, era digital sudah merambah dengan pesat. Dunia maya yang sangat membantu meningkatkan kinerja kerja dan produktifitas dunia nyata. Kita tidak perlu lagi melakukan perjalanan fisik seperti yang saya lakukan dulu untuk melakukan aktifitas bisnis. Jangankan yang masih dilakukan di Indonesia, sedangkan di dunia global alias seluruh penjuru dunia berbagai urusan dapat dipermudah dengan menguasai dunia digital.

Acara berharga di hadirkan oleh Kementrian Koperasi dan UMKM Republik Indonesia, MBCommunication -  Indoblognet dan Deboer Kreasi Asia bertajuk SMESCO Digipreneur Day. Salah satu talkshow yang diadakan  bagi digipreneur dan umum adalah UMKM Berdigital : Meningkatkan Penjualan dan Ekspor Produk. Dengan pembicara Andi Silalahi, Digital Practioner dan salah satu pemenang Google Awards Asia Tenggara untuk UKM. Dilanjutkan dengan diskusi bersama panelis Jose Ricardo Santos, co-founder bDigital.id , Pak Bagus Rachman (Direktur Komersial Smesco), Rubie Limpoyie (Director starup ecommerce Apana.id - produsen tali sepatu Lazy Lace), Nathan Roestandy (Owner Zulu, produk helm berfitur bluetooth)

Panelis Diskusi UMKM Berdigital
Kalau seseorang berpikiran “materialistis” dan haus akan ilmu (khususnya di bidang digipreneur atau industri kreatif), tentunya tak akan melewatkan kesempatan untuk hadir di acara pada tanggal 18 Juni 2016 ini. Sesungguhnya kunci untuk melesatkan bisnis/usaha kita untuk mengglobal semuanya di kupas tuntas dalam SMESCO Digipreneur Day. Di era kedepan – setidaknya dalam 3 tahun lagi dengan ikhtiar penjualan produk kita akan melejit. Tentunya itu akan menghasilkan pundi-pundi emas ke seluruh segi kehidupan kita – bukan sekedar rekening bank ya..hehehe...

GAYA HIDUP BERDIGITAL DI INDONESIA
Seperti yang dipaparkan oleh Andi Silalahi yang membuka talkshow sessie ini. Andi Silalahi membuka interaksi dengan menanyakan kepada kami peserta talkshow, siapa diantara kami yang sudah berdigital. Sebagian besar atau mungkin semua menjawab bahwa kami telah melakukan berdigital dalam kehidupan sehari-hari. “Contohnya apa? Atau apa kegiatan berdigital yang telah kalian lakukan?” . Beberapa menjawab dengan melakukan kegiatan blogging, social media, berjualan online. “Siapa yang tadi menggunakan jasa ojeg online untuk ke sini? Itulah salah satu cara berdigital dalam sehari-hari. Order makanan melalui aplikasi, melakukan transaksi melalui aplikasi di gadget. Itu semua merupakan melakukan berdigital dalam keseharian.” Siapapun dapat menjadi digitalpreneur selama kita telah melakukan dasar-dasar berdigital, misalnya melalui sosial media. Kita hidup di era digital. Namun ternyata masih banyak orang-orang di Indonesia yang melakukan pembelanjaan melalui offline dan sebelumnya melakukan riset untuk barang yang ingin dibelinya melalui internet. Mengapa mereka melakukan hal ini? Karena ingin membandingkan harga, bahan, model atau warna. Mainstream banget ya alasannya? Hehehe...saya jadi semakin yakin nih kalau belanja melalui website mitra binaan Smesco, pastilah barang-barang mereka sudah lolos kurasi sehingga tidak diragukan lagi kwalitas – apalagi standardnya kwalitas eksport. Ada pula orang yang belanja melalui online tetapi membayarnya offline. Cash on delivery istilahnya. Hal ini biasa dilakukan oleh orang-orang yang merasa khawatir akan terjadinya penipuan.
Sebenarnya banyak keuntungan yang kita dapatkan apabila kita menjadikan berdigital sebagai gaya hidup , contohnya di Australia, Amerika atau Korea. Di negara maju ini fitur belanja di online shop dapat disetting kapan dan jam berapa barang belanjaan bisa sampai di rumah. Dengan cara ini nggak bakalan deh ada kolom di laporan kurir bertuliskan ‘Rumah Kosong’, ‘Tidak ada orang di rumah’, ‘Di Terima oleh Tetangga’ , ‘Salah Alamat’ atau ‘Alamat palsu’,eh ini sih lagunya Ayu Ting Ting. seperti yang sering terjadi di Indonesia kebanyakan. Bahkan di beberapa negara maju membeli mobil-pun banyak membelinya melalui online. Inget gak buku directory atau Yellow Page di masa lalu? Saat itu kita selalu mencari-cari buku setebal batako apabila ingin mengetahui atau membeli suatu barang/jasa. Buku tersebut hilang, maka banyak waktu yang terbuang untuk kita mencarinya atau menanyakan terlebih ke Telecom 108. Hal yang lazim dilakukan oleh orang tua saya, karena saya khan dulu masih keciiiil...hihihihi...Sekarang jika membutuhkan directory atau info apapun juga sangat mudah, karena aplikasinya sudah terkoneksi di genggaman. Lakukan pencarian di mesin pelacak seperti google. Beres deh!
Trend yang berkembang di Indonesia pula bahwa banyak pelaku usaha yang menjadikan social media sebagai tempat untuk berjualan. Akun online shop di Instagram dan Facebook di Indonesia terus muncul bak jamur di musim hujan laksana lapak liar di kota metropolitan sebelum digusur oleh anak buahnya Ahok #NahLoe....

MENGAJAK UMKM BERDIGITAL AGAR GO GLOBAL

Kok ini tulisan jadi ngebahas anak buahnya Ahok yang ngegusur lapak liar sih? Hehehe, sebenarnya ini ada kaitannya dengan pelaku usaha yang berjualan melalui Instagram dan Facebook. Seperti yang dituturkan oleh Andi Silalahi bahwa tempat melakukan usaha/berjualan di internet adalah dengan memiliki website atau marketplace. Masih bisa dimaklumi deh kalau berjualan melalui media sosial hanya sekali-sekali, misalnya ada barang pribadi yang ingin kita jual karena ternyata kita tidak membutuhkan atau kita ingin menjual mobil atau gagdet  second yang sudah tidak kita gunakan lagi, tetapi itu hanya secara pribadi dan sesekali! Bukan karena kita sebagai pelaku usaha UKM. Saya saja nih walaupun pernah aktif sebagai pelaku usaha sangat tidak menyukai orang yang sering nge-tag barang dagangannya di timeline FB saya. Dia pikir timeline saya iklan kolom koran Pos Kota  kaliii...Pasang iklan baris di Pos Kota aja bayar :D Kalau dia teman dekat dan sesekali melakukan masih saya toleransi sih, tetapi kalau sampai berulangkali bahkan setiap kali dia mengeluarkan produk baru...duh sorry to say ya,terpaksa saya “moderasi” – visi saya menjadi pelaku usaha yang go global dan bukan inang-inang atau abang-abang lapak liar yang hidup tak tenang karena khawatir di gusur anak buah Ahok versi dunia nyata.
Pemikiran saya sejalan dengan Iwan,”Sebenarnya social media adalah jendelanya, sedangkan website adalah rumahnya.” Ya, apalagi menurut Iwan bahwa social media berkembang terus menerus, sekitar 10 tahun netizen ramai di Friendster, kemudian beralih ke Facebook, Twitter, Instagram, You Tube dan teruuus akan berkembang. Sedangkan website selalu ada selama dunia internet masih ada. Iya sih yang namanya internet dari pertama kali muncul khan ada website-nya. Bagaimana dengan blog??? Blog dapat menunjang website kita, bahkan di website dapat kita pasang blog kita yang berisikan review produk dan testimonial dari para konsumen. Untuk hosting juga saya rasa blog masih memiliki keterbatasan, sulit untuk memasukkan fitur-fitur bervariasi untuk online shop kita, seperti fitur pembayaran, fitur order langsung, fitur keranjang belanjaan...masih kurang interaktif jika untuk melakukan bisnis/usaha. Seperti yang dituturkan Nathan,Owner Zulu  pada talkshow ini bahwa,”Website berguna untuk jangka panjang. Instagram masih sangat manual, tetapi kalau kita sudah mendapatkan ratusan order, maka Instagram tidak bisa mencukupi kebutuhan kita.” Demikian pula dengan Rubie yang kini memiliki website dan menggunakan media social sebagai komunikasi bagi calon konsumennya.
Menurut Andi media social dapat dijadikan jendela untuk masuknya traffic ke website kita. Datangkan traffic ke rumah kita (website) melalui media social. Dengan website usaha kita jadi mudah terlacak oleh search engine – seperti google. Lebih abadi. Dengan media social usaha kita sulit terlacak oleh google. Dalam website ada 2 pilar yang harus dibangun, yaitu CONTENT dan KOMUNITAS. Kalau ada content tetapi tidak ada komunitas itu sama saja tidak berjualan.
Perkembangan e-commerce di Indonesia tumbuh secara cepat. Tercatat ada 15,7 juta buyer potensial. Dari jumlah tersebut 62% melakukan riset online terlebih dahulu (seperti tertulis diatas) sebelum membeli.  Untuk melesatkan pasar maka perlunya sebuah website yang kredibel. Untuk pelaku usaha profesional atau UKM tentunya lebih terkesan kredibel profesional jika kita menggunakan website profesianal berbayar yang harganya relatif terjangkau namun dapat mendatangkan transaksi penjualan bernilai ratusan atau ribuan dollar. Lakukan update website dengan content yang baik dan komunitas yang juga terus berjalan maka bisnis/usaha akan terus melesat go global. Jangan segan untuk mengadakan pendekatan ke komunitas yang sesuai pasar produk kita – baik di tingkat lokal maupun global. bDigital menyediakan solusi agar UKM dapat berkembang maksimal dengan maksimal melalui website, sistem marketing online dan media social dengan harga terjangkau. Sedangkan MB Communication – Indoblognet dan saya pribadi (ehm...) dapat membantu usaha Anda dalam konten apabila website sudah berjalan dengan berbagai tulisan, foto, video dan gambar yang menarik. Dan Smesco dapat menjadi rumah UKM  atau toko offline/show room yang juga dapat meningkatkan kepercayaan buyer potensial. Khan seperti yang saya tulis diatas bahwa produk yang masuk di Smesco pastilah produk yang sudah lolos kurasi dengan standard international. Pak Bagus Rachman pada siang itu juga menjelaskan kerjasama Smesco dengan blogger/content writer  yang bermanfaat bagi UKM di era digital. Percaya deh, go global melalui “google”, gak hanya ngegombal di media social yang terkadang bikin sial karena nge-tag dagangan ke orang yang tidak dikenal :D Dengan website kita juga jadi memiliki asset tambahan!
 

No comments:

Post a Comment