Monday, 15 November 2010

Story from Arafah

Hari ini, 15 November 2010, jamaah haji dari seluruh dunia berkumpul dan berdoa bersama di Arafah. Sebuah kenangan yang tergores di pengalaman hidup saya melaksanakan kewajiban yang seumur hidup hanya sekali. Ibadah yang dibanggakan kepada malaikat-Nya...bagi saya itu terjadi sebelas tahun yang lalu. Sebagian kisah akan tertulis di buku saya yang akan terbit, mohon doa-nya atas terbitnya buku ini.

Inilah satu bagian dari cerita di Arafah yang saya alami di tahun 1999 :

-->
PENJUAL MAKANAN DI ARAFAH
Bagi jamaah yang menunaikan ibadah haji di tahun 2006 mendapatkan kesempatan yang sama dengan saya ketika menjalankan ibadah haji tahun 1999, yakni haji Akbar yang wukuf di Arafah-nya pada hari Jum’at. Suatu keberuntungan tiada tara, namun cobaan sempat mendera jamaah haji dari Indonesia di tahun 2006. Mereka mengalami kelaparan ketika di Arafah dikarenakan pihak catering yang tidak dikordinasi dengan baik. Ya Dhoorru, Semoga rasa lapar yang mereka alami dapat diambil hikmahnya dengan sebaik-baiknya bagi hamba-Mu semua. Termasuk kami yang tidak berada disana saat kejadian.
Memang apa yang kita alami secara pribadi walaupun di satu tempat dan di satu waktu belum berarti sama dengan orang lainnya. Apalagi jika waktunya berbeda. Mendengar dan membaca berita mengenai jama’ah haji Indonesia yang kelaparan di Arafah melempar ingatan saya ketika saya berada di Arafah.
Ketika itu tanggal 8 Dzulhijah. Sore hari rombongan saya bertolak ke Arafah dari Mekkah. Jalanan sudah mulai ramai, namun Alhamdulillah kami yang terbiasa menghadapi kemacetan di Jakarta jadi tidak merasakan bahwa kemacetan sore itu begitu menyiksa. Bahkan kami termasuk yang cepat sampai di Arafah. Tenda jamaah haji Indonesia masih kosong. Kami rombongan pertama yang sampai di tenda tersebut.
Bagaikan petugas inspeksi saya berkeliling di sekitar tenda. Ada rasa ingin jajan seperti kebiasaan di Indonesia apabila sedang berkeliling perumahan. Aaahh...tapi saat ini saya sedang berada di Arafah. Lucu banget kalau tiba – tiba ada tukang jualan berkeliling.
Dan “kelucuan” itu memang terjadi! Begitu saya melintasi pagar kompleks tenda untuk melihat Jabal Rahmah ternyata ada wanita yang sedang berjualan. Berwajah khas Indonesia dan saya melihat keranjang jualannya.
“Gado – gado,Mbak.” Wanita itu menawarkan dagangannya.
“Gado – gado??” Aku balas bertanya. Masih belum percaya. Benarkah saya berada di Arafah?
Setelah diyakinkan oleh wanita itu saya langsung memesan gado – gado lontong dagangannya. Sedap! Penjual gado – gado tersebut berasal dari Madura. Tak seberapa lama temannya yang pedagang makanan khas Indonesia datang. Saya membeli makanan yang dia jual juga. Membungkusnya dan makan di dalam tenda bersama beberapa rekan yang terheran – heran melihat saya membawa makanan khas Indonesia seperti saya baru saja belanja di pasar Indonesia.
Mengingat kejadian yang saya alami sore itu di Arafah saya jadi terheran – heran dengan peristiwa kelaparan yang melanda jamaah haji tahun 2006. Bukankah di Arafah banyak penjual makanan Indonesia dan pedagang itu menjualnya juga dengan harga yang murah??
Hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui.

No comments:

Post a Comment