Bertempat di Museum Kebangkitan
Nasional Jakarta Pusat bertepatan pada tanggal 21 September 2017
diselenggarakan diskusi Indonesia Poverty Outlook 2018 yang mengangkat tema
Pembangunan ‘Infrastruktur’ Untuk Si Miskin. Acara diselenggarakan oleh Dompet
Dhuafa bekerjasama dengan IDEAS (Indonesia Development and Islamic Studies).
Pada acara itu saya mendapat
kesempatan untuk hadir serta mengikuti diskusi-nya. Sebagai narasumber dalam
diskusi adalah :
Dr.Ir. Rachmat Mardiana,MA,
Direktur Energi, Telekomunikasi dan Informatika Kementerian PPN/Bappenas yang
memaparkan materi “Dampak Pembangunan Infrastrukur Terhadap Pengentasan
Kemiskinan”
Prof.Ahmad Erani Yustika,
Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Pedesaan, Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang memaparkan materi “Infrastruktur Desa dan
Membangun Indonesia dari Pinggir”
Marsudi Nur Wahid, Pemimpin
Redaksi Jawa Pos yang memaparkan “Review Pembangunan Infrastruktur Untuk Si
Miskin”
Subroto, Redaktur Pelaksana
Republika yang memaparkan “3 Tahun Nawacita dan Evaluasi Pembangunan
Infrastruktur di Indonesia”
Yusuf Wibisono, Direktur IDEAS
yang memaparkan “Evaluasi dan Prospek Penanggulangan Kemiskinan 2018”
Diskusi tersebut dimoderatori
oleh Vena Annisa dari V & V Communication. Sebelum narasumber memaparkan
materi diskusinya, drg.Imam Rulyawan,MARS – Direktur Utama Dompet Dhuafa
Filantropi memberikan keynote speech. Menurutnya pada 2,5 tahun pertama
pemerintahan Jokowi, penduduk miskin di pedesaan turun 274 ribu jiwa, sedangkan
di perkotaan kemiskinan justru mengalami peningkatan 317 ribu jiwa. Pada kurun
September 2014 hingga Maret 2017 kedalaman dan Marsudi Nur Wahid, Pemimpin
Redaksi Jawa Pos yang memaparkan “Review Pembangunan Infrastruktur Untuk Si
Miskin”
Subroto, Redaktur Pelaksana
Republika yang memaparkan “3 Tahun Nawacita dan Evaluasi Pembangunan
Infrastruktur di Indonesia”
Yusuf Wibisono, Direktur IDEAS
yang memaparkan “Evaluasi dan Prospek Penanggulangan Kemiskinan 2018”
Diskusi tersebut dimoderatori
oleh Vena Annisa dari V & V Communication. Sebelum narasumber memaparkan
materi diskusinya, drg.Imam Rulyawan,MARS – Direktur Utama Dompet Dhuafa
Filantropi memberikan keynote speech. Menurutnya pada 2,5 tahun pertama
pemerintahan Jokowi, penduduk miskin di pedesaan turun 274 ribu jiwa, sedangkan
di perkotaan kemiskinan justru mengalami peningkatan 317 ribu jiwa. Pada kurun
September 2014 hingga Maret 2017 kedalaman dan keparahan kemiskinan pedesaan
justru meningkat significan, masing-masing 10,7 % dan 17,5 %. Kebijakan ekonomi
yang dilakukan oleh Jokowi menunjukkan anomali, yaitu cenderung bias ke
penduduk miskin pedesaan namun membuat kondisi kemiskinan pedesaan semakin
memburuk.
Red Dragon yang dibagikan ke peserta diskusi merupakan hasil dari mitra binaan Dompet Dhuafa |
Dirut Dompet Dhuafa ini
mengatakan,”Dompet Dhuafa memiliki banyak program terintegrasi di wilayah
pedesaan yang dinamakan dengan klaster mandiri. Memberdayakan masyarakat dari
program kesehatan, pendidikan, agama dan ekonomi dalam satu wilayah desa
sehingga masyarakat desa sebagai unit-unit produksi bisa mandiri secara
perekonomian.”
Pertumbuhan ekonomi di wilayah
perkotaan lebih dinikmati sebagian besar oleh kelompok orang kaya saja, tidak
merata di kelompok masyarakat termiskin. Kantong kemiskinan dengan kepadatan
penduduk miskin dan biaya hidup yang tinggi di dominasi oleh kota-kota besar di
Sumatera diikuti Jawa, seperti kota Medan, Bekasi, Palembang, Tangerang dan
Surabaya. Kota-kota ini menghadapi masalah kemiskinan paling berat karena
besarnya jumlah penduduk miskin, tingginya kepadatan penduduk miskin dan
tingginya biaya hidup minimum. Hal ini menunjukkan pembangunan perkotaan di
kota-kota inti tersebut gagal menghasilkan pertumbuhan yang inklusif.
Agar kualitas modal manusia dapat
meningkat dan akan memutus rantai kemiskinan maka diperlukan penyediaan
infrastruktur dasar yang ditujukan unttuk kelompok miskin. Seluruh warga negara
Indonesia harus mendapatkan fasilitas infrastruktur pendidikan dan kesehatan
secara merata. Fasilitas kesehatan dan pendidikan dasar harus tersedia merata
sesuai dengan jumlah pendidik di 511 kabupaten-kota, 7.098 kecamatan dan 82.629
desa-kelurahan di seluruh Indonesia. Sejauh ini penyediaan infrastruktur
kesehatan dan pendidikan dasar di Indonesia masih belum merata, bahkan banyak
yang kualitasnya tidak memadai.
Dalam hal ini,”Dompet Dhuafa akan
tetap fokus dalam pemberdayaan wilayah desa, wilayah terluar dan wilayah
termiskin, wilayah terbelakang dengan tetap bertumpu pada lima pilar pemberdayaan
kesehatan, pendidikan, ekonomi, budaya dan agama. Dengan mentargetkan 100 desa
di wilayah Indonesia dengan memakai indikator keberhasilan Desa Development
(DD) Index yang sedang kami kembangkan.” Tutur drg.Imam Rulyawan,MARS.
Infrastruktur kesehatan di Bogor hasil ZIS Wakaf Donatur Dompet Dhuafa (Dok.Pribadi) |
Kinerja dan Prospek Kemiskinan –
Data dari IDEAS
Pemaparan dari Dirut Dompet
Dhuafa dipaparkan lebih detail lagi oleh IDEAS, kinerja penanggulangan
kemiskinan dan pertumbuhan era Presiden SBY dan Jokowi dijelaskan lebih detail
berdasarkan survey yang telah dilakukan di seluruh Indonesia.
Berdasarkan fakta data yang ada,
maka IDEAS memberikan gambaran/prospek di tahun 2018, yakni :
- Menjelang tahun politik, kemiskinan menjadi fokus kebijakan. Sayangnya program penanggulangan kemiskinan yang mendapat penguatan dalam APBN 2018 dominan di bantuan social yang rawan ditunggangi kepentingan pragmatis jangka pendek, bukan pengembangan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihoood)
- Perubahan iklim dan cuaca ekstrim menjadi tantangan berat untuk stabilitas harga pangan. Di sisi lain, ke depan harga komoditas dunia berpotensi besar menguat. Meski dapat mendorong pertumbuhan dari sisi ekspor, namun hal ini juga berpotensi menciptakan tekanan pada administered price seperti harga BBM dan TDL.
- Dengan berbagai pertimbangan diatas, kami memproyeksikan penurunan kemiskinan pada 2018 hanya akan berjalan konservatif di kisaran 27,52 juta penduduk miskin, sekitar 10.35 % atau hanya turun 250 ribu orang dari 2017 yang 27,77 juta penduduk miskin. Angka ini sangat jauh dari target RPJMN 2015 – 2019 yang mematok angka kemiskinan 7,00 – 8,00 % pada 2019.
Lantas bagaimana “tugas” kita
sebagai warganegara Indonesia yang baik dan bersyukurnya tidak masuk kategori
masyarakat miskin di Indonesia? Alhamdulillah yaaa....dan untuk mensyukuri
segala karunia Allah Swt, maka alangkah mulia-nya kita turut berperan dalam
pembangunan infrastruktur untuk si miskin yang merupakan saudara kita setanah
air. Salah satu cara berperan dalam pengentasan kemiskinan adalah melaksanakan
wakaf.
Potensi wakaf di Indonesia sangat
besar. Potensi untuk wakaf tanah saja adalah 3,7 milliar m2 dengan potensi
ekonomi sebesar RP 370 trilyun. Sedangkan potensi wakaf uang di Indonesia
mencapai Rp 7,2 trilyun pertahun. Berdasarkan jika 20 juta umat Islam di
Indonesia menyisihkan uang Rp 1000/hari untuk wakaf (Republika, 30 Desember
2016). Insya Allah apabila kita membayar wakaf maka semua-nya akan kembali pula
kepada kita. Semakin sering ber-wakaf maka kita juga semakin kaya raya. Ingat
saja akan QS Al Zalzalah 99 : 1 – 8 “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
sekecil apapun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sekecil apapun, niscaya dia juga akan melihat
(balasan)nya pula.”
No comments:
Post a Comment